Desya yang terlahir dari keluarga sederhana ia dijodohkan oleh kedua orang tuanya dengan seorang lelaki yang dimana lelaki itu inti dari permasalahannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon veli2004, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kabur
Rupanya setelah aku selesai mandi Evan telah meninggalkan rumah entah pergi kemana, perasaanku tidak nyaman seperti ada sesuatu yang akan terjadi.
Bergegas aku turun ke lantai bawah namun, saat hendak berjalan keluar rumah tiba-tiba saja aku ditahan seseorang yang memegang pundakku.
"Anda mau kemana Nyonya? " tanya pria itu kepadaku, saat aku membalikkan badanku ternyata ia adalah penjaga dirumah besar Evan yang bernama Doni.
"Aku pengen keluar untuk membeli sesuatu" jawabku.
"Saya akan menemani anda" ucapnya.
"Tidak perlu aku bisa sendiri lagian yang aku mau beli itu pribadi untuk wanita jadi kamu dirumah saja aku nggak akan lama" sahutku kemudian bergegas aku keluar sebelum ia banyak tanya.
Ku hidupkan mobil yang berada di garasi mobil itu adalah pemberian dari Evan untukku. Mobil itu kulanjukan dengan kecepatan sedang berharap mobil Evan masih bisa kutemukan.
Perasaanku sungguh gelisah entah apa itu jujur saja ini baru pertama kalinya perasaanku tidak seenak ini, seperti ada yang akan terjadi namun sama sekali aku tidak tau pasti.
Fikiranku tidak tenang sepagi ini Evan keluar entah pergi kemana, sementara hari ini tidak ada jadwal kerja nya. Aku mencoba menghela nafas lalu membuangnya.
Saat mobil ku lanjukan dengan sangat cepat didepanku ada satu mobil berwarna hitam yang tidak asing ku lihat, benar saja itu adalah mobil Evan suamiku.
Aku mengikuti mobil itu dengan perlahan jarak mobilku dengan mobilnya sangat jauh tapi masih bisa ku lihat dengan jelas, Aku tidak tau mobil itu akan kemana.
Aku terus mengikuti mobil itu sampai tiba-tiba mobil itu berhenti tepatnya di depan halaman rumah yang sangat bersih itu.
Evan pun turun begitu juga denganku yang penasaran, aku berjalan dengan pelan saat Evan sudah masuk kedalam rumah tersebut, Rumah yang tidak terlalu besar namun sangat rapi dan sangat bersih.
Dari jendela rumah itu sangat bisa terlihat jelas pemandangan di dalam rumah tersebut aku juga menemukan Evan yang sedang berdiri tepatnya di ruang tamu karena memang kain di jendela itu terbuka sedikit.
“Dia sama siapa? “ Batinku bertanya-tanya.
Aku melihat dengan seksama untuk memastikan Evan sedang bersama siapa, Aku terkejut saat tau Evan tiba-tiba meraih tangan seorang wanita yang keluar dari kamar.
Mataku berkaca-kaca aku melihat mereka berciuman diruang tamu itu, sesaat kemudian mereka melakukan hal yang tidak seharusnya mereka lakukan.
Air mataku pun berlinang dadaku sesak melihat pemandangan yang tidak ingin kulihat, aku juga tidak tau siapa sebenarnya wanita yang sedang bercumbu mesra dengan suamiku.
Kakiku seperti tak bisa ku langkahkan aku memegang lututku untuk bisa bangkit dari tempat itu, inikah jawabannya mengapa perasaanku tak enak.
Aku terus bertanya-tanya kepada diri sendiri apakah mereka sudah bersama semenjak aku menikah? apakah itu baru aku tidak tau.
Ku kemudikan mobilku untuk segera meninggalkan tempat jahanam itu, tempat yang tak seharusnya aku datangi. Perasaan itu yang membuatku sampai disini dan mengetahui apa yang tidak ku ketahui.
Sampai rumah aku belum sanggup untuk turun dari mobil aku bersandar lalu merenungkan apa yang telah aku lihat, aku menghela nafasku berkali-kali untuk membuat perasaanku nyaman.
Akupun turun dengan langkah yang berat namun, ekspresiku harus tetap sama karena aku sama sekali tidak mau apabila Evan tau aku telah mengikutinya. Ku hembuskan nafasku dengan perasaan yang biasa saja akupun masuk kedalam rumah agar semua orang tidak bingung dengan perlakuanku yang tiba-tiba berubah.
Aku bertekad untuk segera meninggalkan rumah ini dan tidak berhubungan lagi dengan Evan, disisi lain aku berfikir untuk cerai dengan lelaki jahanam itu namun tanda tanganku sudah tercantum dalam surat yang ia berikan.
Sudah malam hari namun Evan sama sekali belum pulang hal inilah yang sangat menguntungkan untukku, aku bergegas mengambil semua pakaianku yang bukan ia belikan dan semua barang lainnya ku masukkan kedalam kain panjang dan lalu ku ikat.
Aku ingin membawa koper namun sangat mustahil karena akan keberatan bagiku, rencana ini sudah ku siapkan sedari awal sebelum malam.
Kain yang sudah ku siapkan, kain itu sangat panjang dan kuat aku melempar kain tersebut sampai turun kebawah rumah besar Evan, dan mengingatnya ditempat yang menurutku sangat kuat agar bisa menopang tubuhku.
Sebelum terjun, aku membuka pintu kamar untuk memastikan bahwa tidak ada seorang pun yang bisa melihatku karena memang ketatnya penjagaan yang membuatku kesusahan untuk pergi dari rumah ini.
Semuanya sudah siap dan semua berjalan dengan baik, aku mengambil buntelan yang berisikan semua pakaianku dan segera turun melewati jendela kamar.
Hawa-hawa dingin menghantam tubuhku, aku merasakan tiupan angin itu sangat lah dingin tetapi sama sekali aku tidak menyerah dengan berhati-hati aku meraih kain tersebut dan turun dengan pelan.
Nasib memang sial untukku ternyata kain itu tidak sampai ke tanah, tanpa berfikir panjang akupun langsung lompat agar bisa sampai kebawah.
"Arghh" pekik ku saat tubuhku menghantam tanah, aku langsung menutup mulutku dan melihat ke arah para penjaga yang terlihat sangat sibuk bermain kartu.
Aku merangkak dengan pelan namun saat tengah melihat para penjaga yang berada di depan rumah aku tidak sengaja menabrak sesuatu.
"Apa yang anda lakukan disini Nyonya? " tanya pria itu kepadaku yang tak lain dia adalah salah satu penjaga rumah Evan.
Aku kaget bukan main, aku juga tidak menyangka akan ada orang yang berjaga di samping rumah, aku melihatnya dengan wajah ketakutan.
"A-aku" jawabku dengan terbata-bata.
"Pergilah saya tidak akan membocorkan hal ini kepada Tuan " Ucapnya yang seolah-olah tau apa yang akan aku lakukan.
"Terima kasih" ucapku lalu bergegas meninggalkan rumah itu dengan berjalan kebelakang rumah tersebut.
Aku segera berjalan dengan sangat cepat tanpa menghiraukan apapun yang ada dibelakangku, bajuku penuh dengan tanah serta ada beberapa memar ditanganku serta tubuhku saat aku terjatuh namun, itu sama sekali tidak ku hiraukan yang terpenting bagaimana aku bisa menjauh dari rumah sial*n ini.
Sudah hampir sejam aku berjalan dan sekarang aku berjalan dijalanan yang sangat sepi, tidak ada satupun kendaraan yang lewat karena sudah sangat larut malam yang bisa ku tandai dengan suara jangkrik yang bersahutan.
Aku merogoh ponselku, nomor yang pertama aku hubungi adalah Tika temanku.
"Halo? Tik bisa nggak jemput aku di jalan mawar putih nggak jauh dari rumah yang aku tempati dengan suamiku" ucapku ditelfon itu saat Tika sudah mengangkatnya.
"Kok bisa kamu disitu? apa kalian lagi bertengkar? " tanyanya.
"Nanti aku jelasin pas sampai dirumahmu, yang terpenting jemput aku dulu " ucapku.
"oke-oke aku langsung kesitu yah" jawabnya lalu mematikan telfon tersebut.