Hidup satu atap dengan pria yang berstatus sebagai suami namun sikapnya dingin dan mungkin tidak menganggap kita ada itu rasanya sakit.
Humaira seorang gadis yang setuju di jodohkan dengan pria pilihan orang tuanya. Humaira setuju di jodohkan agar semua orang yakin dan percaya lagi pada dirinya dengan apa yang telah dia lakukan pada istri sang om.
Namun nasib berkata lain, pria yang dia nikahi adalah pria yang sangat membencinya karena tau kelakuan Humaira.
Namun Humaira berusaha untuk menjadi istri baik hingga dirinya jatuh cinta pada sang pria namun sikapnya masih sama seperti pertama mereka menikah.
Apa Humaira sanggup bertahan atau memilih mundur?.
Yu baca ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Astri Reisya Utami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ternyata karena Gilang.
Lagi dan lagi aku harus berakhir di rumah sakit. Aku tersadar saat pagi hari dan mama yang di temani aku.
"Ma" panggil ku dan membuat mama bangun.
"Sayang, akhirnya kamu bangun" ucap mama dengan merasa lega.
"Maafin aku karena mama harus temani aku di rumah sakit lagi" ucapku dan mama tersenyum.
"Gak apa-apa sayang kalau bukan mama siapa lagi, Renaldi gak mungkin dia saja masih sakit" balas mama.
"Aku kenapa ma? " tanya ku yang penasaran kenapa perut ku tiba-tiba sakit banget.
"Gak apa-apa sayang, mungkin karena kamu kecapean jadi saat datang bulan sakitnya luar biasa" jawab mama dan aku pun percaya.
"Ma, hari ini bang Renaldi pulang tolong mama kasih tah kalau aku gak bisa jemput jangan bilang aku disini" ucapku minta mama jangan memberitahu Renaldi.
"Iya sayang tar mama telepon mama Intan" balas mama.
Akhirnya aku hanya bisa istirahat di rumah sakit sampai benar-benar kondisiku stabil lagi. Aku berada di rumah sakit selama dua hari dan selama dua hari itu Renaldi terus menghubungi ku karena aku tidak datang menemuinya. Hingga akhirnya aku jujur saja jika saat ini aku sedang di rumah sakit karena aku gak mau jika Renaldi punya pikiran macam-macam padaku. Namun setelah di beritahu aku malah kena omel karena tidak mengabarinya. Hari ini aku pulang dan aku minta sama papa untuk mampir dulu ke rumah papa Rio untuk melihat keadaan Renaldi. Tibanya di rumah papa Rio aku langsung turun dan masuk. Renaldi dia sedang belajar jalan dan aku langsung menghampirinya.
"Bang" panggil ku dan Renaldi langsung melihat ke arah ku.
"Aku mau istirahat dulu" ucapnya pada suster yang membantunya belajar jalan.
Renaldi duduk di kursi roda dan aku langsung mendekatinya.
"Kenapa kesini? " tanya Renaldi.
"Ya pengen jenguk abang" jawab ku.
"Ya kan bisa besok lagian kamu baru pulang dari rumah sakit" ujar Renaldi.
"Salah terus" ucapku karena kesal.
"Bukan gitu, abang cuman gak mau nanti kamu sakit lagi" ucap Renaldi setelah membalik tubuhku menghadapnya.
Aku hanya diam saja memasang wajah kesal.
"Minggu depan kamu mulai pindah lagi ke rumah ini agar kita bisa dekat lagi" beritahu Renaldi.
"Kenapa minggu depan? " tanya ku kenapa gak besok saja pikir ku.
"Besok aku mau ke luar kota dulu sama papa untuk berobat kakiku agar cepat pulih" beritahu Renaldi.
"Berapa lama? " tanya ku.
"Tiga hari aku di sana jadi kalau kamu pindah kesini sekarang nanti kamu kesepian karena gak ada teman" jawab nya.
"Oh ya sudah kalau memang begitu" balas ku.
Setelah cukup lama kami bicara akhirnya aku pulang bersama mama dan papa. Sampainya di rumah aku istirahat.
Selama satu minggu ini aku benar-benar istirahat total agar tubuhku sehat. Hari ini aku sudah berkas untuk tinggal lagi di rumah Renaldi karena hari ini dia akan menjemput ku. Namun tiba-tiba ponselku berdering tanda pesan masuk, saat aku membukanya aku terkejut ternyata itu Gilang dia mengucapkan selamat karena akhirnya aku balik lagi pada Renaldi. Dia juga tidak lupa mengucapkan terimakasih karena aku pernah membantunya dan dia juga bilang hutangnya padaku sudah lunas dengan menyatukan aku dan Renaldi.
"Sayang, sudah siap kan? "panggil mama dari bawah.
" Iya ma, aku turun sekarang"teriak ku lagi.
aku pun segera membawa tas yang akan aku bawa ke rumah Renaldi dan saat turun ternyata dia sudah datang dan aku kaget karena Renaldi sudah bisa jalan menggunakan tongkat.
"Kenapa? " tanya Renaldi yang melihat ku bengong.
"Abang udah bisa jalan pakai tongkat? " tanya ku.
"Ya seperti yang kamu lihat" balas Renaldi.
Aku pun tersenyum lalu pamit pada kedua orang tua ku dan kami langsung pergi. Sepanjang jalan Renaldi tidak pernah melepaskan tangan ku dari genggaman nya. Aku yang mendapat perlakuan seperti itu sangat senang karena pada akhirnya penantian ku tidka sia-sia karena aku bisa mendapatkan balasan cinta dari Renaldi. Tibanya di rumah aku di sambut baik oleh mama Intan dan papa Rio mereka sangat senang karena pada akhirnya aku dan Renaldi tidka jadi pisah. Aku dan Renaldi masuk kamar lalu aku membereskan baju dan aku melihat amplop coklat berisi uang yang sengaja aku pisahkan uang dari Gilang karena kemarin aku sempat pakai uang Renaldi.
"Bang" panggil ku sambil mendekati Renaldi yang sedang duduk di atas tempat tidur sambil main ponsel.
"Ada apa? " tanya nya sambil menyuruh ku duduk di sampingnya.
"Aku mau kembalikan ini" ucapku setelah duduk dan menyerahkan amplop coklat itu.
"Apa ini? " tanya Renaldi.
"Ini uang yang dulu pernah aku pakai buat ngasih Gilang" jawab ku.
"Maksud kamu? " tanya nya tidka mengerti.
"Dulu waktu Gilang memeras ku aku sempat pakai uang abang yang abang kasih ke aku" jawab ku.
"Ya terus ngapain kamu kembalikan ke aku, itu kan uang udah aku kasih ke kamu" ucapnya.
"Gilang sebelum kabur dia mengembalikan uang yang pernah aku kasih padanya dulu dengan melalui Fajar" beritahu ku.
"Gilang juga temui aku" balas Renaldi membuat aku terkejut.
"Ngapain dia temui abang? " tanya ku.
"Dia ceritakan semuanya kenapa kamu sama dia bertemu dan itu karena Vidio aku kan?" tanya Renaldi dan aku pun mengangguk.
"Dia juga banyak cerita tentang kamu selama kamu dekat dengannya dan aku sangat kaget jika apa ya g aku lihat tidak sesuai" ucapnya.
"Jadi itu alsan abang baik sama aku? " tanya ku.
"Iya karena ternyata selama ini aku salah dan aku gak mau kehilangan kamu, wanita satu-satunya yang aku cinta" jawabnya.
"Dih gombal" ucapku dengan hendak pergi namun malah di tarik Renaldi membuat aku terjatuh di pelukannya.
"Abang ih"
"Apa? " tanya nya dan tanpa aba-aba dia langsung menempelkan bibirnya pada bibirku dan itu membuat aku kaget dan langsung pergi.
Namun Renaldi dia malah tersenyum melihat aku yang malu. Aku keluar kamar dan saat di tangga aku malah berpapasan dengan adiknya Renaldi yaitu Amelia.
Aku tersenyum padanya namun dia malah menatapku sinis entah kenapa. Aku pun tidak menghiraukannya dan langsung turun menuju dapur untuk membantu bibi buat makan malam.
"Aduh neng gak usah biar bibi saja" cegah bibi saat melihat aku hendak membantunya.
"Gak apa-apa bi, aku sudah biasa di rumah mama bantu mama masak" balas ku membuat bibi terdiam dan membiarkan aku membantunya.
Selesai masak aku pun kembali ke kamar untuk pergi mandi dulu baru selesai mandi nanti makan malam.