"Mencintaimu dengan Tulus: Kisah Cinta LDR"
Matara Vega Sakti dan Sherina Ayesha Wicaksono, dua mahasiswa semester satu yang menjalin cinta di tengah jarak. Mereka berbagi impian, harapan, dan tawa. Namun, ketika Sherina pulang ke Indonesia untuk liburan semester, perasaan cemburu Vega mulai menggerogoti hubungan mereka.
Konflik memuncak ketika Vega menemukan Sherina dekat dengan teman lamanya. Kesalahpahaman dan kecurigaan membuat hubungan mereka goyah. Apakah cinta mereka cukup kuat untuk menahan badai?
Di tengah kebimbangan dan kesulitan, Vega dan Sherina harus memilih antara memperbaiki hubungan atau berpisah. Akankah mereka menemukan jalan kembali ke pelukan each other?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Taurus girls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LYS Halaman 12
Vega mengangguk, merasa sedikit lebih baik setelah berbicara dengan Vario. Dia memutuskan untuk mencoba memahami perspektif Sherina dan memperbaiki hubungannya dengan dia.
"Terima kasih, Var," kata Vega, suaranya terdengar lebih ceria. "Aku akan mencoba memperbaiki hubunganku dengan Sherina."
Vario tersenyum. "Sama-sama, Veg. Aku percaya kamu bisa melakukannya."
Vega sangat berterima kasih pada Vario, berkatnya dia memiliki solusi dari permasalahannya.
Keesokan Harinya.
Suasana dapur dikediaman Antonio Sakti sudah ramai, terlihat dua pelayan tengah berkutat memasak menu sarapan pagi ini.
Menu yang dimasak pagi ini sangatlah sederhana dua pelayan tengah memasak gulai kambing, semur jengkol, dan nasi goreng kubis.
Jika dilihat-lihat sebenarnya menu itu tidaklah cocok tapi dua pelayan dikediaman Sakti ini tinggal menurut jadwal yang sudah tertulis dikertas dan sudah tertempel dipintu kulkas saja. Tidak perlu memusingkan menunya cocok atau tidak. Mudah sekali bukan?
Anton, muncul dipintu dapur dengan setelan kantor yang sudah rapih, dia mendekati dua pelayan yang tengah sibuk. "Bi, tolong siapkan bekal untuk saya ke kantor, ya?" kata Anton.
Bi Ida dan Bi Ika menoleh. "Tumben sekali. Biasanya Nyonya yang menyiapkan, Tuan?" tanya Bi Ida penasaran.
"Iya, tapi sekarang dia sedang lelah." jawab Anton sambil menilik jam tangannya. "Saya tunggu Bi, lima menit lagi saya sudah harus berangkat kantor." kata Anton.
Bi Ida mengangguk dan sedikit membungkuk. "Baik, Tuan. Saya siapkan segera."
Anton mengangguk dan berlalu dari dapur menuju kamar. Didalam kamar, Marina terlihat masih berbaring dengan selimut yang menutupi hingga lehernya.
Anton mendekat dan menyentuh kening istrinya. "Ma, kamu demam." kata Anton merasakan kening istrinya sedikit panas.
Marina terbatuk. "Hanya demam biasa Pa, tidak apa-apa." kata Marina yang sudah bangun sejak tadi tapi masih enggan bangun. Badannya terasa pegal dimana-mana, kepala terasa pusing, dan tubuh juga terasa lemas.
"Nanti ke Dokter saja Ma, jangan ke salon dulu. Lagipula disana juga sudah ada banyak karyawan. Papa ada meeting pagi ini, Ma. Papa mau berangkat."
Marina memanglah memilik salon kecantikan yang sudah 5 tahun ini dikelolanya, bukan karena tak memiliki uang atau uang pemberian suami masih kurang melainkan hanya untuk menyibukan diri.
Toh, putra satu-satunya Matara Vega Sakti sudah besar dan Marina sempat ingin memiliki anak lagi tapi waktu itu Vega menolak keras. Dia tidak ingin memiliki seorang adik menurutnya memiliki adik sangatlah menyebalkan, membuat Vega tidak bisa bebas jika ingin bepergian karena pastinya sang adik akan selalu mengikuti.
"Papa hati-hati, tidak perlu mengkhawatirkan Mama nanti Mama panggil Dokter untuk datang ke rumah." jawab Marina dan kembali terbatuk.
Anton mengangguk, dan mencium kening istrinya. Bertepatan dengan seseorang mengetuk pintu kamarnya.
Anton segera membuka pintu, dan disana terlihat Bi Ida berdiri dengan membawa bekal yang tadi dimintanya.
"Bekal sudah siap, Tuan." Bi Ida mengulurkan bekal tersebut.
Anton menerimanya. "Terima kasih, Bi. Saya titip Nonya, dia sedang demam." sebenarnya Anton tidak tega meninggalkan istrinya tetapi pekerjaannya juga tidak bisa ditinggalkan begitu saja.
Bi Ida mengangguk. "Baik, Tuan." kata Bi Ida, kembali ke dapur karena pekerjaan belum terselesaikan.
Anton pamit pada istrinya lalu keluar kamar dan menuju garasi, pergi ke kantor dengan mobilnya.
Dikamar atas, tepatnya kamar yang ada dilantai dua. Vega baru saja terbangun dari tidurnya, dengan masih mengantuk Vega beranjak dari tempat tidur dan menuju ke kamar mandi.
Kurang lebih lima belas menit, Vega sudah rapih dan siap pergi ke kampus. Vega mengambil ponsel yang ada diatas nakas dan melihat jam.
"Pukul 06:30, masih terlalu pagi hanya untuk pergi ke kampus." kata Vega, dia berjalan menuju balkon menikmati pemandangan pagi hari.
Saat tengah menikmati pemandangan, tiba-tiba Vega mendengar suara benda jatuh dari lantai bawah. Dia segera keluar kamar dan melihat apa yang terjadi.
Saat menuruni tangga, Vega melihat Bi Ika. "Bi Ika, ada apa?" tanya Vega.
Bi Ika menoleh ke atas dan melihat Vega yang sedang menatapnya dengan penasaran. "Tidak apa-apa, Mas. Saya hanya tidak sengaja menjatuhkan vas bunga," jawab Bi Ika sambil memungut potongan-potongan vas bunga yang pecah.
Vega mengangguk dan turun ke lantai bawah untuk membantu Bi Ika membersihkan potongan-potongan vas bunga. "Aku bantu, Bi," kata Vega sambil mengambil sapu dan mulai membersihkan lantai.
Bi Ika tersenyum. "Terima kasih. Mas Vega, sangat baik," kata Bi Ika.
Setelah selesai membersihkan lantai, Vega kembali ke kamar atas untuk mengambil tas dan siap pergi ke kampus. Bi Ika menatapnya. "Mas Vega, sarapan sudah siap."
Vega menggeleng. "Tidak, Bi. Aku ingin sarapan di kampus," jawabnya.
Bi Ika mengangguk. "Oh iya, Nyonya sedang demam, Mas." kata Bi Ika, memberitahu pada Vega.
Vega terkejut mendengar perkataan Bi Ika dan langsung berlari menuju kamar Mama sebelum pergi ke kampus.
"Ma, Vega masuk." kata Vega sebelum membuka pintu kamar orang tuanya.
Setelah masuk, Vega menutup pintu dan mendekati Mama. "Kata Bi Ika, Mama demam?" tanya Vega, menyentuh kening Mama dengan punggung tangannya.
Marina mengusap hidung dan merapatkan selimut supaya lebih hangat, sejak tadi entah mengapa badannya terasa sangat dingin.
"Mama demam biasa Veg, jangan khawatir." jawab Marina. "Kamu sarapan dulu jika ingin ke kampus." kata Marina lagi, mengingatkan.
"Kita ke Dokter, Ma. Vega, siapkan mobil." Vega mengabaikan perkataan Marina memilih keluar kamar dan menyiapkan mobil.
Dibalik selimut yang menutupi tubuhnya, Marina tersenyum senang karena Vega terlihat sangat peduli padanya.
Rumah sakit, X.
"Nyonya Marina, hanya demam biasa dan akan terserang batuk serta flu biasa. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan." kata seorang Dokter wanita yang baru saja selesai memeriksanya.
Vega merasa lega mendengar penjelasan Dokter. "Terima kasih, Dok." katanya.
Dokter tersenyum dan menyodorkan kertas resep pada Vega. "Ini resep obatnya. Semoga lekas sembuh, Nyonya."
Marina tersenyum. "Terima kasih, Dok."
................................
Sementara itu, didepan Universitas Z seorang gadis berambut coklat turun dari taxi. Gadis tersebut terlihat mengulurkan uang dua lembar pada sopir taxi. Setelahnya taxi tersebut pergi dari lokasi meninggalkan gadis tersebut sendirian.
Gadis tersebut melihat sekelilingnya, memastikan bahwa dia sudah berada ditempat yang benar.
Gadis tersebut adalah Sherina, dan dia datang ke kampus Z untuk bertemu Vega. Dia berharap bahwa hari ini akan menjadi hari yang lebih baik daripada hari sebelumnya.
Saat Sherina berjalan, dia melihat empat cowok yang sedang berada diparkiran berdiri disisi motor, Sherina menghampiri mereka.
"Permisi, diantara kalian ada yang mengenal Vega?" tanya Sherina.