Widuri memilih kabur dari rumah, pergi jauh dari keluarga kakeknya yang tiba tiba menjodohkannya dengan sesosok pria yang bahkan tidak dia kenal.
Akibat perbuatannya itu sang kakek murka, tidak hanya menarik uang sakunya yang fantastis, sang kakek juga memblokir kartu kredit, mobil bahkan kartu kartu sakti penunjang hidup dan modal foya foya yang selama ini Widuri nikmati.
Akankah Widuri menyerah ataukah bersikeras pada pendiriannya yang justru membuatnya semakin terjerumus masalah??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kaa_Zee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.15
Daniel mengemudikan kendaraannya secepat kilat, mengabaikan sepupunya Widuri yang terus berteriak dan berusaha membuka pintu mobil sekuat yang dia bisa.
"Daniel, berhenti. Ada apa denganmu, buka pintunya dan biarkan aku pergi!"
"Maaf Wid, aku terpaksa melakukan hal ini!"
"Daniel!" sentak Widuri yang berusaha membuka pintu mobil yang terkunci otomatis setelah Daniel menekan tombol remote controlnya. "Daniel! Kau benar-benar membuatku marah!"
"Marah lah sepuasnya padaku Widi, karena akhirnya kau akan berterima kasih karena kelakuanku ini!" kata Daniel dengan mempercepat laju kendaraan yang ia bawa.
Kedua manik coklat milik Widuri terbeliak tajam saat mobil yang membawa mereka keluar jalur menuju luar kota.
"Daniel!" teriak Widuri dengan suara melengking, emosinya tidak terkendali sampai-sampai ia menjambak rambut sepupunya itu.
"Widi. Hentikan, kau ingin kita celaka?" geruh Daniel hingga tanpa sadar ia membanting stir kemudinya ke sebelah kiri.
Widuri tidak peduli jika saat ini mobil sedikit oleng karena konsentrasi Daniel terpecah akibat ulah nekatnya.
"Aku benar-benar muak padamu! Ku bilang hentikan mobilnya, Daniel!"
Daniel meringis, namun tidak juga mengabulkan permintaan Widuri sekalipun saat ini kepalanya sakit dengan rambut yang ditatanya rapi kini berantakan. Dia juga menstabilkan stir kemudi hingga kembali lurus dijalurnya tanpa peduli teriakan Widuri disampingnya.
"Kau tahu kenapa aku memutuskan pergi dari rumah dan meninggalkan kakek sekalipun harus kehilangan semua hal terbaik, Daniel?"
Amarah Widuri tak terelakan lagi, ia terus memberontak dan tidak ingin kembali pulang apapun terjadi. Meskipun harus kehilangan semua fasilitas terbaik yang ia punya, ia yakin bisa bertahan. Itulah tekadnya.
"Hah... kau tahu Daniel? Kau pasti sangat tahu. Orang itu ...!" Widuri terdiam sesaat, "Dia G AY... Dia G AY... Iya kan. Kau tahu semua itu Daniel, kau tahu dengan amat jelas!"
"Kau bahkan tidak mengenalnya Widi, kenapa kau bisa tahu hal itu?" Daniel terlihat kaget, ia menoleh sedikit ke arahnya dengan meringis, menggaruk kulit kepalanya yang sakit.
"Daniel. Jangan pura-pura didepanku. Aku sudah tahu beberapa hari sebelumnya bahkan ...!" Widuri menjeda ucapannya, "Bahkan aku tahu kau berkencan dengannya, kau berkencan. Kau dengar ... Kalian pasangan G AY...! Cuihhh! Iya kan... itu sangat menjijikan Daniel!" selorohnya lagi tanpa jeda.
Ckitttt....
Kampas rem berbunyi begitu nyaring saat Daniel menekannya dalam-dalam dan mobil berhenti tiba-tiba. Membuat tubuh Widuri terhuyung ke depan dan membentur kaca. Beruntung dibelakangnya tidak ada kendaraan lain, jika ada sudah pasti terjadi kembali tabrakan beruntun untuk kedua kalinya.
"Brengsek! Kau bisa nyetir tidak?"
Daniel terdiam, lidahnya kelu dengan mulut terkunci rapat. Hanya saja jemarinya merekat kuat stir mobil hingga urat-urat besar ditangannya tampak menonjol.
"Kenapa. Kau kaget aku tahu hal itu?" Tanya Widuri seraya mengusap keningnya. "Kau tidak menyangkanya bukan?"
"Widi... Apa... yang kau....,"
Gadis itu tiba-tiba terdiam, ia menoleh ke arah Daniel dan tersadar setelahnya, ia pun menggigit bibir bagian bawahnya sedikit saat melihat wajah Daniel yang sulit diartikan.
"Daniel, maafkan aku ... Aku tidak bermaksud apa-apa padamu dengan mengatakan semua ini. Aku hanya---,"
"Widi ..., Kakek sedang sakit dan saat ini berada di rumah sakit. Maaf, aku harus memberitahukanmu karena aku tidak ingin menyesal dikemudian hari dan akan merasa bersalah seumur hidup." tukas Daniel mengalihkan pembicaraan.
Jujur saja ini ia amat kaget, hatinya tiba-tiba terguncang atas penuturan yang dia dengar sendiri. Dari mana pula sepupunya tahu hal yang selama ini tersembunyi rapat.
Kedua mata Widuri terbeliak, ia kaget sekaligus heran akan sikap Daniel yang tidak berkomentar soal perkataannya dan malah mengalihkan. "Daniel??"
"Aku fikir kita tidak punya waktu, aku takut jika kau akan kembali kabur dan kita tidak lagi bertemu. Maka dari itu aku membawamu paksa. Terserah kau setelah ini, mau kembali kabur atau apapun aku tidak ingin ikut campur lagi. Yang pasti kau harus melihat kakek terlebih dahulu." ucap Daniel dengan wajahnya yang datar, namun bibirnya bergetar bertanda dia menyembunyikan sesuatu tentang perasaannya.
"Daniel maafkan aku. Sekarang bagaimana keadaan kakek?"
Daniel tidak menjawabnya, ia kembali fokus pada ruas jalan dengan mempercepat kendaraan. Widuri pun akhirnya hanya bisa diam dengan perasaan bersalahnya. Ia menyandarkan punggungnya dikursi jok, sekelebat bayangan Handoko hadir dipelupuk, pun dengan sosok Daniel yang memperlihatkan wajahnya yang sedih. Widuri memalingkan wajah dan memilih menatap pohon-pohon yang terlewati, rasanya ia tidak sanggup lagi bicara pada sepupu setelah mengungkap sesuatu yang teramat besar tadi.
"Maafkan aku Daniel, aku benar-benar tidak bermaksud membongkar aibmu. Kau yang memaksaku untuk mengatakannya, maaf, aku memang jahat dan ucapanku pasti menyakitimu. Tapi, aku... entahlah Daniel, aku tidak tahu harus mengatakan apa. Aku hanya bisa menghargai pilihanmu. Jadi aku pun berharap kau bisa menghargai pilihanku."
"Widi, maafkan aku karena aku menyembunyikan sesuatu yang seharusnya kau ketahui dari orang lain. Aku berniat memberitahumu tapi kakek terlihat sangat bahagia atas perjodohan ini. Jadi aku fikir kau akan memahaminya suatu hari nanti kau tahu itu. Sungguh aku tidak bermaksud merusaknya."
Hanya batin Widuri yang bicara saat ini, begitupun dengan Daniel. Entah apa yang ada difikirannya saat ini, wajahnya tampak datar dan tidak berekspresi seperti biasanya. Mereka berdua hanya saling diam tanpa suara. Tanpa perdebatan bahkan penjelasan apapun.
Sementara itu disatu tempat, Marcel duduk dengan menatap tas kecil juga paper bag diatas meja yang dibawa Ferdy dari hotel tempat acara, pria itu bergegas datang saat Ferdy mengabari jika Widuri pergi bersama seorang pria misterius.
Fredy inisiatif membuka paper bag dan mengeluarkan setumpuk dolar dari dalamnya, lalu menyimpannya diatas meja.
"Aku sungguh tidak tahu dari mana Widuri mendapatkan uang sebanyak ini, yang pasti sesaat sebelumnya dia sempat menghilang. Aku mencarinya kemana-mana tapi tidak menemukannya hingga dia kembali sendiri," terang Ferdy tanpa ada yang terlupa.
"Dia juga mengatakan hal yang sama seperti saat di interogasi di hotel waktu itu, dia bilang dia---,"
"Cukup, aku tahu!" sela Marcel, pria itu benar-benar muak mendengar Widuri yang bicara penuh percaya diri jika dirinya berasal dari keluarga kaya dan juga cucu orang terpandang. Ia memilih membuka tas kecil dan menghamburkan isi didalamnya hingga berantakan keluar.
Terlihat lipstik menggelinding ke lantai, tissu kecil dan sebuah kaca berserakan diatas meja. Kedua mata Marcel mengernyit saat melihat kertas catatan kecil berwarna kuning yang sudah teremas tak berbentuk.
Perlahan ia ambil lalu membukanya. Kedua dahinya kini terlihat mengerut penuh dengan rasa penasaran setelah membaca sebuah alamat rumah sakit lengkap dengan nomor kamarnya.
"Siapkan mobil Fer!"
cus lah update k. yg banyak