Kesalahan Fatal
Namaku Desya, banyak orang yang memanggilku dengan nama Sya. Aku lahir dari keluarga yang biasa saja dengan ibuku yang bernama Bu Fatma dan Ayahku yang bernama Pak Karyo. Dan aku mempunyai beberapa teman diantaranya Citra, Tika, dan jesika.
"Makan yang banyak nak, nggak bagus loh anak gadis makan hanya sedikit nanti gimana tubuhmu " Ucap ibuku dengan memberikanku satu piring nasi lagi, Awalnya aku ingin menolak tetapi saat melihat wajahnya yang sangat bersemangat penolakan itu akhirnya aku urungkan.
"Betul yang ibumu bilang Sya kamu harus jadi anak yang sehat nggak boleh sakit " Sambung Ayahku.
Kehidupan yang harmonis dengan kedua orang tuaku yang sayang terlebih lagi mereka selalu memperhatikan kesehatanku. Hari ini dimana tepatnya aku berumur 22 tahun dan saat itu hari dimana yang aku fikir baik ternyata berubah drastis.
"Apa dijodohkan? " Ucapku saat mendengar kedua orang tuaku bicara mengenai perjodohan yang akan mereka lakukan dengan keluarga ternama dikota yang aku tinggali.
Keluarga yang sangat disegani orang lain, keluarga yang sangat kaya dengan bergelimpangan harta. Sudah jelas aku yang mendengarnya terkaget hingga tak bisa mengatakan apapun lagi.
"Iyah nak ini akan dibicarakan dirumah kita, besok malam keluarga mereka akan kesini dengan membawa anak laki-laki yang akan mereka jodohkan dengan kamu" Ucap ibuku.
Perasaanku tak karuan sebenarnya kalau bisa aku ingin menolak perjodohan ini namun, tak bisa dikarenakan mereka adalah keluarga ternama dikota ini bagaimana bisa aku akan menolaknya.
"Apapun keputusan dari Ibu dan Ayah Desya ikuti" Jawabku dengan pelan.
Jawaban inilah yang kedua orang tuaku tunggu dimana wajah mereka terlihat bahagia karna putri tunggalnya akan menikah apalagi dengan keluarga ternama. Tapi tidak dengan fikiranku, aku memang menginginkan sebuah pernikahan tetapi aku tak mau jikalau menikah dengan keluarga yang statusnya lebih tinggi dariku.
"Kamulah anak yang kami sayang" Ucap Ibuku mengelus pucuk kepalaku. Perlakuan mereka kepadaku sangatlah baik namun dibalik semua itu ada anak sepertiku yang sangat bandel dan keras kepala apalagi saat mereka menginginkan agar aku kuliah dan aku lebih memilih untuk bekerja karena tak mau merepotkan mereka.
"Persiapkan dirimu sebaik mungkin dihadapan keluarga itu ya nak" Ucap Ayahku.
Aku tak menjawab aku hanya mengangguk saja dengan senyuman yang selalu menghias di bibirku aku perlihatkan kepada mereka walau semua ini aku tak inginkan, ya perjodohan ini lebih tepatnya tapi demi kedua orang tuaku dan aku juga tak mau menanggung malu baiklah aku akan nurut.
Keesokan harinya seperti biasa aku mandi dan bersiap-siap untuk berangkat bekerja, cuaca yang mendung sangatlah membuat semangatku berkobar. Dan saat itu juga bunyi bel dirumahku berbunyi.
"Om, Tante" Terdengar suara yang tak asing kudengar yang mungkin tak lain adalah teman kecilku yah bernama Tika, dia memang biasa ke rumah untuk jalan bersamaan denganku ke tempat kerja karena tempat kerja kita sama.
"Duh cepat dong Sya ntar keburu telat habis deh dimarahin bos kita" Teriak Tika yang dimana saat itu membuatku sangat terburu-buru agar cepat turun ke lantai bawah.
Yang membuatku sangat suka kepadanya karena dia adalah tipe perempuan yang sangat asik untuk diajak bicara dan selalu memberikan semangat untukku.
Jarak umur kami itu hanya beda 3 tahun saja, dan dia sudah menikah tepatnya di tahun kemarin yang dimana dia sudah di anugrahkan seorang anak perempuan cantik dan imut.
"Iya bentar napa sih aku masih dandan padahal" Ucapku dengan memberikan senyuman kecil kepadanya.
"Makin hari makin cakep juga kamu nih, bagaimana Sya kapan nih bakal nikah? tinggal kamu doang loh yang belum nyusul teman-teman lainnya" Tanya Tika kepadaku saat kami sudah berada diperjalanan dengan mobil yang ia kemudi.
"Itu hmmmm" jawabku dengan lemas kala mengingat perjodohan yang tepatnya akan dilakukan secepat mungkin.
"Cerita aja Sya aku lihat sedari tadi kamu seperti sedang memikirkan sesuatu" Ucap Tika lagi yang memang dialah orang yang selalu tau bagaimana perasaanku.
"Aku akan dijodohkan dengan keluarga ternama di kota ini Tik" Jawabku dengan wajah yang melas.
"Akh keluarga ternama yah? bukannya itu keluarga Lin?" Tanya Tika.
"Aku juga nggak tau Tik hanya mendengar sedikit tentang keluarga itu dan nggak tau keluarga yang mana tapi katanya keluarga itu sangat disegani oleh kebanyakan orang-orang" Jawabku tanpa menoleh ke arah Tika yang saat ini sedang mengemudi.
"Yap memang betul namanya juga keluarga ternama Sya maklum lah, tapi bagaimana pendapatmu tentang perjodohan itu? " Tanya Tika lagi yang membuatku seketika terdiam.
Hanya ada keheningan didalam mobil dan suara pengendara lainnya yang terdengar di telingaku.
"Sya? " Aku terkejut saat tangan Tika memegangi bahuku, seketika aku menoleh kearah nya.
"Soal itu aku tak yakin Tik bagaimana bisa keluarga biasa bisa bersama dengan keluarga yang kaya seperti mereka aku hanya takut Tik kelak aku akan dihina oleh mereka" Jawabku dengan kedua tanganku yang sudah gemetar .
"Mungkin itu hanya fikiranmu Sya, tapi nggak mungkin kan mereka mau menjodohkan anaknya denganmu kalau hanya untuk dihina? bukannya begitu?" Ucap Tika menenangkan fikiranku.
Ada benarnya juga tidak semua orang kaya menilai seseorang dari kehidupannya dan dari fisiknya maupun hal lainnya tetapi tak banyak yang seperti itu dan kecil kemungkinan orang-orang kaya suka menghina orang yang lemah yang tak memiliki kedudukan tinggi.
"Aku hanya takut Tik, tapi mau bagaimanapun aku nggak bisa menolak di mana mereka keluarga ternama atau terpandang, aku takut kalau aku nolak mereka akan menghina ataupun memberikan kata-kata yang nggak enak didengar kepada kedua orang tuaku, dan aku nggak bisa menolak karna Ayah dan Ibu sudah senang dan bahagia mendengar anaknya akan menikah" Ucapku panjang lebar.
Satu pelukan yang menenangkan itu di berikan dari Tika saat dia tiba-tiba menghentikan mobilnya, dia memelukku dengan erat.
"Apapun itu keputusanmu aku setuju dan berdoa agar pernikahanmu lancar dan diberikan kehidupan sepertiku yang lebih bahagia dari sebelumnya" Ucap Tika.
Dialah sosok teman sekaligus yang sudah seperti aku anggap sebagai kakak kandung ku sendiri yang selalu memperhatikanku, yang selalu baik padaku dan yang selalu memberikan semangat untukku.
Dijam 8 pagi kami pun sampai ditempat kerja yang untungnya kami nggak terlambat walau mobil yang dikemudi oleh Tika sangatlah lambat.
"Tumben nih nggak telat" Ucap Citra saat kami sudah masuk kedalam.
"Nih biang keroknya tumben cepat bangun" Ucap Tika menunjuk kearahku. Yang aku balas hanya tertawa melihat tingkah mereka.
"Cepat masuk geh" Ucap Citra lagi.
Kami bekerja sebagai fashion designer di tempat Citra yang dimana ia adalah teman kecil kami. Tidak hanya kami bahkan ada lagi beberapa orang yang bekerja di tempat itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments