Bagi Krittin, pernikahan ini bukanlah tentang cinta—melainkan tentang balas dendam. Bertahun-tahun ia menyimpan kebencian mendalam terhadap keluarga Velora, yang dianggapnya telah menghancurkan keluarganya dan merampas segalanya darinya. Kini, dengan perjodohan yang dipaksakan demi kepentingan bisnis, Krittin melihat ini sebagai kesempatan emas untuk membalas semua rasa sakitnya.
Velora, di sisi lain, tidak pernah memahami mengapa Krittin selalu dingin dan penuh kebencian terhadapnya. Ia menerima pernikahan ini dengan harapan bisa membawa kedamaian bagi keluarganya, tetapi yang ia dapatkan hanyalah suami yang memandangnya sebagai musuh.
Ruang hati sang kekasih adalah kisah tentang pengkhianatan, luka masa lalu, dan perjuangan antara kebencian dan cinta yang tak terelakkan.
bagaimana kisah mereka? yuk kepoin kelanjutan nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yarasary, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 (kepedulian Krittin )
Cahaya matahari menyilaukan penglihatan seseorang yang masih bergelung di bawah selimut tebal, kelopak matanya perlahan terbuka meski sedikit memaksa karena rasa kantuk yang terus menjerat nya. Rasa pening di kepala akibat alkohol masih terasa hingga membutuhkan beberapa saat untuk Krittin menormalkan tubuh nya supaya benar- benar sadar. Tatapan Krittin bertambarakan dengan plafon kamar yang tak asing, pemandangan pohon pinus di jendela dan perabotan yang lebih sedikit dari mansion.
" Ughh... " Krittin meleguh dengan tangan memijat tengku lehernya, terduduk di samping tempat tidur, mengingat- ingat seberapa banyak dia minum kemarin malam. Mengumpulkan tenaga untuk berjalan ke kamar mandi untuk bersiap.
Tiga puluh menit berlalu. Krittin menuruni anak tangga, Jayden bangkit dari duduk nya setelah melihat Krittin sudah berpakaian rapih dan terlihat segar. " Apa anda ingin ke mansion dulu tuan? "
" Tidak, kita akan langsung ke kantor. "
" Baik tuan. "
Kedua nya melangkah keluar dari penthouse. Semalam setelah pergi dari mansion Krittin memutuskan untuk tinggal di penthouse milik nya dan minum seorang diri di sana. Dan untuk Jayden, pria itu baru tiba pagi ini pukul 07:00 di penthouse, menunggu Krittin tanpa berniat membangunkan nya meski hampir tiga jam ia berada di sana.
" Tuan ada kabar dari orang-orang yang anda tugaskan untuk mengawasi nona Hanian. "
" Kenapa? Apa anak itu mau mencuri lagi? "
" Tidak tuan, tapi... " Jayden terlihat ragu untuk melanjutkan perkataan nya, banyak pertimbangan untuk pilihan kalimat yang tepat untuk memberitahu Krittin.
" Katakan dengan jelas aku tidak bisa membaca pikiran mu jika kau diam saja Jayden. "
" Tuan saya rasa orang-orang tuan Orion mengikuti anda dan melihat kedekatan anda dengan nona Hanian hari lalu."
Krittin yang semula tak terlalu peduli kini berubah terkejut, "apa mereka melakukan sesuatu? "
" Iya tuan, nona Hanian terlihat sangat ketakutan saat dua orang bawahan tuan Orion mengejar nya."
" Lalu bagaimana dia sekarang? " Krittin bertanya tak sabaran, perasaan nya tak enak membayangkan kejahatan pria iblis yang selalu ingin menghabisi nyawa nya.
" orang-orang kita terlambat menemukan nya dan... sekarang nona Hanian sudah di larikan ke rumah sakit setelah mengalami tabrakan tunggal. "
Rahang Krittin mengeras, " Sial, Bawa aku ke sana sekarang."
" Baik tuan, tapi ada satu hal lagi yang perlu anda tahu tuan, kalau nona Hanian di rawat di rumah sakit yang sama dengan nyonya Velora." Jayden melirik Krittin dari kaca spion.
Ekspresi itu lagi... sebenarnya apa yang membuat anda terlihat begitu khawatir tuan, tidak mungkin hanya karena nona Hanian, atau kabar nyonya Velora yang membuat anda seperti ini.
Krittin memejamkan mata rapat, tangan nya terkepal kuat sampai buku-buku kukunya memutih, urat-urat leher nya mencuat sebab hanya bisa menahan geraman di tenggorokan, rahang Krittin mengeras menelan rasa frustasi yang muncul mengobrak- abrik hati nya. Berusaha mencari ketenangan, walau sadar jika itu hal yang sia- sia.
Beraninya kau....
Perlahan Krittin menarik nafas dan menghembuskan nya, melakukan hingga berulang-ulang sampai rasa pening dan sesak di dada nya mereda.
Jangan sampai terjadi sesuatu dengan mu Velora, aku tidak akan membiarkan mu mati dengan mudah... Jangan berharap bisa mati secepat ini, awas saja kau kalau sampai berani melakukan sesuatu pada tubuh mu.
Setelah hampir empat puluh menit perjalanan, akhirnya mobil mewah itu tiba di rumah sakit. Kehadiran Krittin langsung di sambut oleh empat pengawal yang sudah menunggu nya, mengawal masuk menuju ruang VVIP tempat Hanian di rawat. Di salah satu ruangan itu berdiri Gena dengan wajah basah karena air mata, sudah bisa di tebak siapa pemilik nya. Krittin menoleh lewat kaca yang menampilkan suasana jelas di dalam ruangan, tatapan nya meluruh mendapati wajah pucat istrinya yang memakai alat bantu pernafasan. Tapi tidak lama sebelum kembali berekspresi datar dan melangkah melewati Gena, menuju ruangan lain.
Melihat itu Gena hanya bisa menghela nafas, bergerak masuk ke dalam ruang inap Velora dan kembali menangisi wanita itu yang hampir empat belas jam tak sadar kan diri. Gena tidak bisa membayangkan bagaimana kalau diri nya sempat terlambat menyadari kondisi Velora yang langsung mengunci pintu setelah pembicaraan wanita itu selesai dengan suaminya. Gena tak tahu apa saja yang di bahas majikan nya, tapi melihat dari kejauhan Gena bisa bernafas lega karena Krittin tidak seperti biasa nya yang akan berakhir membentak Velora dan menghancurkan barang-barang di sekitar. Malam itu lebih tenang dari malam- malam terakhir mereka, tapi entah apa yang terjadi hingga membuat Velora memilih jalan keputusasaan dan ingin mengakhiri hidupnya dengan menelan banyak pil penenang yang membuat nya overdosis tak sadarkan diri.
Gena masih bisa mengingat ketakutan nya ketika mendapati tubuh Velora yang tergeletak di atas lantai, mulut yang mengeluarkan busa dan degup jantung melemah hingga tak dapat di bayangkan kalau terlambat sedikit saja apakah Velora masih mampu bernafas sekarang.
" Maaf nyonya Alexa, saya tidak bisa menjaga putri anda dengan baik, maafkan saya yang tak bisa melakukan apapun untuk putri anda nyonya. Maaf. " Gena bergumam lirih, dengan tangan menggenggam tangan Velora.
Sementara di ruangan lain, kamar inap Hanian. Krittin mendudukkan diri di samping kasur, meraih tangan dingin gadis itu dan mengusap nya lembut. Rasa bersalah menyelimuti hati Krittin kala melihat kondisi Hanian yang terbilang tidak baik-baik saja, pipi kanan Hanian membiru dengan luka terbuka di pelipis yang sekarang sudah terbalut perban. Entah apakah masih ada luka lain di tubuh nya, Krittin tak kuasa melihat gadis yang beberapa hari lalu selalu membantah nya kini hanya terbaring lemah dengan segala luka di tubuhnya.
" Maafkan aku karena terlambat menolong mu," Lirih Krittin dengan satu tarikan nafas kasar.
Maaf kan aku, sungguh... aku tidak bisa berbuat apa pun. aku terlalu pengecut untuk mengakui semua nya, aku takut kau akan semakin menderita jika terlibat lebih dalam dengan ku. maaf kan aku yang hanya bisa menghindari mu, bukan aku tak mampu untuk melindungi mu, tapi aku terlalu takut untuk kehilangan lagi orang yang aku cinta.
Krittin menarik nafas kasar, mata nya terasa panas dan mulai berembun. kembali fokus menatap wajah pucat di hadapan nya untuk mengalihkan perasaan nya sesaat, " kalau saja aku tidak mendekati mu waktu itu mungkin hal ini tidak akan terjadi. Kau tidak akan menjadi incaran musuh ku, dan hidup mu pasti baik-baik saja jika waktu itu aku membiarkan mu mencuri."
Krittin menyudahi ucapan nya kala mendapatkan respon dari jemari yang ada dalam genggaman nya, perlahan mata Hanian terbuka. Lensa coklat itu terlihat memutari sekitar nya, lalu terhenti tepat pada Krittin yang sekarang tersenyum tipis pada nya.
Sedang di ruang rawat Velora, Gena segera menekan tombol hijau untuk memanggil dokter ketika Velora mulai sadar. Puji syukur tak ada habis nya karena perasaan lega yang membanjiri jiwa saat netra coklat terang yang begitu ia kagumi kembali terlihat meski terdapat kehampaan di sana.
" Bagaimana kondisi nyonya Velora dokter? " Gena terlihat sangat antusias padahal dokter Arsenal masih belum selesai memeriksa keadaan Velora.
Dokter Arsenal mengangguk pelan untuk menenangkan gena, lalu melangkah keluar untuk menjelaskan " Nyonya Velora sudah berhasil melewati masa kritisnya, hal yang wajar jika tubuh nyonya Velora lemah karena efek obat yang di minum terlalu berlebihan. tapi anda tenang saja, nyonya Velora hanya butuh istirahat penuh untuk pemulihan dan jangan melakukan kegiatan yang berlebihan dulu, kalau bisa hindari stress, karena selain kondisi tubuh seperti nya mental nyonya tidak stabil. "
Gena mengerti, bagaimana pun dia orang yang hidup dekat setiap hari dengan Velora, dan dia yang paling tahu sepedih apa penderitaan seorang wanita yang setiap hari nya terus berusaha terlihat tegar.
" Saya sarakan supaya nyonya melakukan terapi psikologis, akan saya bantu untuk mencari dokter terbaik nanti. "
" Baiklah, terima kasih dokter. "
" Sama-sama, kalau begitu saya permisi dulu. " Arsenal berlalu pergi.
Gena menatap punggung tegap itu yang sekarang melangkah mendekati ruangan di mana Krittin berada, tidak tahu siapa yang terbaring sakit di sana sampai terlihat begitu penting bagi tuan nya dari pada istrinya sendiri yang hampir kehilangan nyawa.
" Nyonya bagaimana perasaan anda? Ada yang tidak nyaman atau anda membutuhkan sesuatu? " Suara Gena lirih dengan tatapan teduh menatap wajah pucat Velora.
" Aku masih hidup, " Velora bergumam lirih, tatapan nya kosong. Melepas oksigen yang membantu pernafasan nya.
" Nyonya apa yang anda lakukan? " Gena hendak menghentikan tapi tak ingin melakukan hal yang membuat Velora merasa tak nyaman. jadi biarkan saja selama itu tak mengganggu kondisi Velora.
" Aku haus, bisakah kau mengambil kan ku minum Gena. " Pinta Velora.
" Tentu saja nyonya. " Dengan lekas Gena beranjak pergi ke luar.
Velora beringsut duduk menyandarkan diri di sandaran kasur, pegangi dadanya yang terasa ngilu dengan tarikan nafas yang memberat. Netra Velora tak sengaja menangkap bayangan seseorang yang melintas melewati ruangan nya, lalu Gena muncul dengan sebotol air mineral beserta gelas beling di tangan wanita itu.
" Silahkan di minum nyonya, "
Velora menerima dan meneguk nya cepat. Memberikan kembali pada Gena setelah di rasa tenggorokan nya cukup nyaman dan tidak kering lagi.
" Gena? "
" Iya nyonya? "
" Aku melihat Jayden barusan, apa tuan Krittin juga sedang sakit? "
Gena membeku, bagaimana dia akan menjelaskan pada Velora, tidak mungkin dia akan menceritakan dengan jujur jika bukan suaminya yang sakit melainkan orang lain yang terlihat begitu penting bagi Krittin.
" Gena? " Panggil Velora ketika tak mendapat jawaban hingga ia berpikir tebakan nya benar dan mulai merasakan khawatir.
" Nyonya sebaiknya anda istirahat, kondisi anda belum sepenuhnya pulih, dokter menyarankan supaya anda melakukan istirahat total dan tak memikirkan apapun yang memberat kan anda. "
Velora menggeleng " Kau menyembunyikan sesuatu dari ku, Gena tolong katakan yang sebenarnya, suamiku baik-baik saja kan Gena? Apa dia sakit? Atau terluka? Gena... "
" Nyonya.... "
" Baiklah aku akan mencari tahu sendiri. " Velora menyingkirkan selimut yang menutupi sebagian tubuh nya, bergerak turun meski Gena dengan sekuat tenaga menahan nya.
Baru beberapa langkah Velora menjauh dari kasur, pintu ruangan terbuka hingga memaksa Velora menghentikan langkah nya dan melihat siapa yang datang.
" Ayah?! "
*****
Ngobrol sama yaras yuk....