Zu Satria Paksa

"Plis jangan marah sama gue. Kalau lo marah berarti lo udah jatuh cinta sama gue. Lo lagi cemburu"

"APA. Cemburu?" Eria mendongak menatap Satria yang lebih tinggi darinya.

"Aku nggak cemburu. Aku hanya nggak mau di tuduh orang ketiga aku nggak mau di tuduh merebut cowok orang. Aku di jakarta untuk cari ilmu Sat bukan untuk cari musuh. Harusnya kamu nggak usah deket-deket aku dari awal. Kalau kamu peka orang itu tuh lagi teror aku dia kasih aku peringatan supaya aku nggak deket-deket sama kamu lagi!"

Itu lah yang sejak tadi Eria pikirkan. Eria tidak mau punya musuh bukan cemburu.

Bahu Satria melemah mendengar penjelasan Eria.

"Maksudnya lo nyuruh gue buat nggak deket-deket lagi sama lo menjauh dari lo. Begitu?"

Eria mengangguk mantap.

Satria menggeleng tidak setuju dengan keputusan Eria.

"Tapi gue nggak bisa jauh dari lo Ri" Satria menatap Eria serius.

"Terus kamu maunya apa? Kamu mau liat aku dimusuhin sama cewek kamu?"

"Udah dibilang gue nggak punya cewek. Lo harus percaya sama gue Ri" Satria memohon.

Eria melepas tangan Satria yang menggenggam lengannya.

"Ngertiin ketakutan aku Sat. Mendingan kamu pergi dan jangan dekat-dekat aku lagi"

Eria masuk ke dalam kost.

"Eria!"

Panggil Satria tapi Eria tidak menggubrisnya. Eria justru menutup pintu kostnya.

"Arghhh!"

Satria menjambak rambutnya menendang angin melampiaskan kekesalannya.

"Kenapa jadi gini sih Ri? Gue tuh seriusan nggak punya cewek. Gue maunya elo yang jadi cewek gue"

Satria sedih menunggangi motornya dengan lesu. Pergi dari kost Eria tanpa memakai sarung tangan dan helmnya.

Di sepanjang perjalanan Satria terus teringat kata-kata Eria. Baru kali ini dirinya bersedih karena seorang cewek. Biasanya dirinya lah yang meminta si cewek untuk menjauh.

Lalu sekarang?

"Ria kenapa lo gini-in gue. Lo nggak perlu takut sama mereka ada gue yang stay buat jagain elo. Plis jangan minta gue untuk menjauh jujur gue nggak bisa"

Satria memutar gas kencang membuat motornya melaju pesat.

Tanpa disadari ada dua pasang mata yang melihat aksi Satria.

"Kejar dia"

"Baik Ndan"

Beberapa menit.

Satria melajukan motor pelan karena dispion terlihat ada pihak berseragam di belakangnya.

"Mas berhenti!"

Satria berdecak mau tidak mau harus berhenti.

Satria menepikan motor dan berhenti di pinggiran jalan.

"Ada apa pak?" Tanya Satria saat pihak berwajib menghampirinya.

"Mas-nya tadi melanggar lalu lintas. Mana SIM dan surat-surat motornya?"

Dengan sebal Satria menarik dompet yang ada disaku celana mengambil SIM dan surat-surat lainnya.

"Jangan lama-lama pak saya lagi patah hati"

"Makanya jangan pacaran kalau tidak mau patah hati"

Satria berdecak mendengar jawaban itu sambil menyodorkan SIM dan surat yang lainnya pada pak pihak berwajib.

Pak pihak berwajib pun menerima dan membacanya.

"Siapa juga yang pacaran pak. Saya ini masih jomblo tapi keren nggak kaya bapak sudah tua"

"Tua begini tapi saya sudah memiliki istri sudah memiliki dua anak. Tidak seperti situ keren tapi jomblo. Belum laku"

Jawab pihak berwajib ini sambil mengembalikan SIM dan surat-surat milik Satria.

Satria menerima dengan kasar dan kembali memasukan ke dalam dompet. Perkataan beliau membuatnya semakin jengkel.

"Palingan istri bapak jelek makanya mau sama bapak"

"Sudah-sudah. Saya tidak ada waktu untuk meladeni maha siswa seperti kamu. Besok-besok jangan sampai ketemu saya lagi. Paham kan maksud saya?"

Satria tersenyum mengejek.

"Kenapa pak? Pasti kata-kata saya benar ya istri bapak beneran jelek"

Petugas ini memutar mata jengah.

"Kalau kamu bertemu saya lagi tandanya kamu melanggar lalu lintas lagi. Apa kamu lupa kamu tadi menerobos lampu merah?"

Satria menghela. "Iya-iya saya minta maaf. Saya salah saya permisi pak"

"Iya. Hati-hati"

Satria pun menjalankan motornya menuju rumah besarnya.

🛐🛐🛐🛐

Eria membuka pintu kost menghela saat motor dan pemiliknya sudah pergi. Tak sengaja ada tukang jamu gendong lewat didepan kost.

"Jamu bu!" Eria berteriak keluar dari kost menghampirinya.

"Mau jamu apa dek?"

Tukang jamu melepas gendongannya menaruh keranjang jamu di atas paving.

"Kunir asem bu lima ribu"

Tukang jamu menuang kunir asam ke dalam plastik dan mengikatnya setelah itu memberikan pada Eria.

"Makasih ya bu"

Eria mengulurkan uang lima ribuan dan menerima jamunya.

"Sama-sama dek. Permisi ya"

"Iya ibu hati-hati semoga jamunya laris"

"Aamiin"

Eria masuk ke dalam kost menutup pintu dan menguncinya. Takut saja jika Satria tiba-tiba datang dan masuk.

Eria mengusap perutnya yang masih nyeri tetapi tidak senyeri tadi.

"Semoga aja habis minum jamu langsung enakan nggak nyeri-nyeri lagi"

Eria menggigit ujung plastik dan meminum jamunya.

🛐🛐🛐🛐

Zo baru saja pulang dari sekolah ia berlari menaiki tangga dan masuk ke kamarnya.

Brummm brummm

Suara khas motor Satria terdengar di telinga Zo.

"Pas banget abang pulang. Gue cegat ah"

"Bang!"

Seru Zo keluar kamar dan menuruni undakan tangga menyusul abangnya di garasi.

Sesampainya di garasi terlihat Satria sedang menaruh helm dan sarung tangan di atas tangki motor.

"Bang lo udah pulang? Rencananya gue mau pinjem motor lo"

"Motor lo kenapa?" Satria berjalan melewati Zo menaiki tangga dan masuk ke kamar.

"Motor gue di bengkel tadi bannya bocor"

Zo ikut masuk kamar menjatuhkan bobot di atas kasur.

Satria melempar tasnya di lantai melepas pakaiannya hanya menyisakan celana kolornya saja.

"Nanti sama gue aja ngambil motornya. Jangan sekarang gue lagi nggak mood"

Satria membuka pintu balkon menyender di pagar pembatas menikmati pemandangan.

Zo cemberut.

"Gue sama teman-teman mau tanding di arena bang. Gue pinjem motor lo aja boleh ya?"

Zo berjalan mendekati Satria ikut menyender di pagar pembatas.

"Nggak usah tanding-tandingan entar lo kalah lo malah nangis" Satria mengejek.

"Ck. Gitu banget sama adek sendiri" Zo cemberut memeluk Satria dari belakang.

"Apaan sih Zo? Geli gue lo main peluk-peluk aja" Satria melepas pelukan Zo meninggalkan Zo sendiri di balkon.

Satria memilih menjatuhkan badan di atas kasur memeluk guling membelakangi arah balkon.

Zo meninju angin kesal pada abangnya.

"Hadiahnya tuh lumayan buat beli hape baru lho bang. Gue lagi butuh banget. Mau minta sama Mama gue takut"

"Berisik banget sih lo. Keluar sana ntar gue transfer buat beli hape baru. Hus hus"

Satria melempar bantal pada Zo secepatnya Zo keluar dari kamar abangnya.

"Jangan boong bang gue tunggu!" Zo berteriak sebelum benar-benar masuk ke dalam kamarnya.