Novel ini adalah Sequel dari Novel ANTARA LETNAN TAMVAN DAN CEO GANTENG, cinta segitiga yang tiada akhir antara Cindra, Hafiz dan Marcelino.
Cinta Marcel pada Cindra boleh dikatakan cinta mati, namum cintanya harus terhempas karena kekuatan Cinta Cindra dan Hafiz. Akhirnya Marcel mengaku kalah dan mundur dalam permainan cinta segitiga tersebut.
Karena memenuhi keinginan anak-anaknya, Marcel dijodohkan dengan Namira (Mira) yang berprofesi sebagai Ballerina dan pengajar bahasa Francis.
Kehidupan Namira penuh misteri, dia yang berprofesi sebagai Ballerina namun hidup serba kekurangan dan tinggal di sebuah pemukiman kumuh dan di kolong jembatan, rumahnya pun terbuat dari triplek dan asbes bekas. Namira yang berusia 28 tahun sudah memiliki dua orang anak.
Apakah akan ada cinta yang tumbuh di hati Marcel untuk Namira, atau Namira hanya dijadikan pelampias gairahnya saja?
Yuk, ikuti kisah Cinta Marcel dan Namira.
Jangan lupa untuk Like, share, komen dan subscribe ya..Happy Reading🩷🩷
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19. Disisimu, setiap hari rasanya menyenangkan.
"Mama, kemarin Romy menelpon mama tapi gak bisa. Emang telepon mama kenapa?" Ucap Wulan saat mereka sarapan
Mira melirik Marcel sebentar, lalu mengelus rambut Wulan. "Ponsel Mama rusak sayang, nanti kalau ponsel Mama sudah di servis, Romy boleh telepon mama" Namira tersenyum tipis
"Romy cuma mau bilang, masakan mama enak sekali, terus hari ini Romy mau main ke rumah kita yang di kolong jembatan" celoteh Wulan tanpa beban
"Uhukk..uhuukk" Marcel tersedak makanannya
Namira memberikan segelas air pada Marcel dengan wajah cemas.
"Wulan, kalau lagi makan jangan banyak bicara ya" Ucap Marcel lembut
"Iya Papa, maaf. Mumpung Wulan ingat, kuatirnya Wulan lupa nyampein pesan Romy" Cicit Wulan
"Romy boleh main ke sini hari ini, akan banyak permainan dan makanan di sini" Marcel meletakkan garpu dan sendoknya
"Ponsel Mama sebentar lagi om Deo bawakan yang baru, tapi hanya boleh telepon Romy bukan papanya. Dan Romy hanya boleh telepon 1x dalam sehari, bilang begitu" sambungnya lagi, Marcel berencana menyudahi makannya yang baru sedikit.
Namira langsung menahan tangan Marcel agar tidak segera berdiri. Dia tahu suaminya sangat antusias makan tapi seleranya hilang karena ucapan Wulan.
"Aku suapin ya, Tuan baru makan sedikit" Marcel tadinya mau menolak, Namira menampilkan wajah memohon.
"Boleh gak papa disuapin mama?" Tanya Marcel hati-hati
"Boleh Pah" Jawab Ilyas cuek
Dengan tatapan lembut Marcel memandangi wajah Namira yang pagi ini terlihat cerah, Namira menyadari dirinya sedang di tatap serius oleh suaminya, tapi dia berusaha tenang dan menyelesaikan tugas menyuapi suaminya hingga suapan terakhir.
'Namira, disisimu setiap hari rasanya sangat menyenangkan. Aku seperti menyukai diriku yang sekarang'
Terdengar suara melengking dari arah ruang tamu.
"Ya ampuuunn Marcel, sejak kapan kamu manja begitu" Reni terkejut melihat pemandangan di depannya, dan wanita itu sudah berdandan cantik dengan baju pesta yang indah.
"Apa seperti ini tiap hari rutinitas kalian? Bikin cemburu saja" Pekik Reni sambil duduk di salah satu kursi meja makan.
"Pagi-pagi Kamu sudah bikin heboh, Ren!" Marcel menatapnya malas
"Aku mengantarkan MUA untuk istrimu, Cel" Jawab Reni
"Nami bisa dandan sendiri, Ren. Tidak usah pakai MUA" Marcel tau riasan Mira sangat cocok, tidak menor dan sesuai seleranya.
"Tamu kita orang-orang penting, Cel. Namira harus tampil cantik dan elegant" Jawab Reni memastikan rencananya harus disetujui Marcel
"Ya sudah terserah kamu saja" Marcel segera berdiri dari kursi makan
Namira memasangkan jas pada tubuh Marcel juga merapihkan dasi dan kerah kemeja suaminya.
Pemandangan itu tidak luput dari tatapan Reni, wanita itu hanya geleng-geleng kepala takjub melihat keberuntungan sepupunya memiliki istri yang perhatian.
"Aku pulang sore, amour. Nikmati pestanya, jangan gugup. Dan minta bantuan Reni kalau kamu butuh sesuatu" Marcel mengecup kening Namira sedikit lama.
"Iya, Aku sangat gugup hari ini" Jawab Namira pelan.
"Nanti aku telepon kalau rapat sudah selesai, agar kamu tidak gugup" Namira mengambil punggung tangan Marcel.
Begitu juga anak-anaknya sudah bersiap mencium punggung tangan Papanya, mereka langsung berdiri di sisi Marcel.
"Wowww..." Reni melongo dan menggelengkan kepalanya seakan tidak percaya.
"Ren!" Marcel mengedipkan sebelah matanya dengan wajah bangga lalu berjalan ke arah luar setelah menerima tas bekal dari tangan Mira.
"Di-dia bawa apa ituu.." Tanya Reni saat melihat Marcel menenteng tas bekal
"Bawa bekal makan siangnya, Ka" Jawab Namira malu-malu
"Dia? Seorang Marcel?" Reni menatap Namira tak percaya
"K-kalau aku kasih ke Deo atau pak Ayus, Marcel akan marah Ka" Namira jadi tidak enak hati
"Iya aku tahu Marcel, dia sangat keras kepala. Hanya saja dia tidak pernah mau menenteng sesuatu di tangannya. Bahkan ponselnya saja seringkali Deo yang memegangnya" Reni masih terkesima dengan kejadian langka barusan.
"Tapi, hal itu setiap hari sudah di lakukan ka" Namira menunduk malu.
Reni menatap Namira, menelusuri wajah polos wanita di depannya yang terlihat sangat biasa tapi mampu merubah sepupunya menjadi berbeda.
"Wanita ini tidak sesederhana yang terlihat, ada apa dengan Marcel dan Namira? Kurasa dia bukan sekedar wanita simpanan" Batin Reni.
***
Sapuan koas menari-nari di wajah mulus Namira yang berwarna kuning langsat. Reni dengan cerewet mengarahkan MUA langganannya agar mendadani Namira menjadi lebih elegan dengan garis wajah Namira yang berkarakter.
Setelah berdandan, Namira dibantu memakai gaun pesta yang terlihat seperti baju pengantin dengan hiasan sworovski. Namira mematut diri di cermin setinggi tiga meter yang berada di kamar tamu.
"Bagaimana kamu puas, Mira?" Reni memutar tubuh Namira
"Sangat suka ka, aku berbeda tapi tidak berubah seperti orang lain karena make up"
"Mira, apa gak sekalian saja kamu minta dinikahi Acel? Dia terlihat sangat mencintaimu"
"Uhuk..uhuukk" Namira tersedak salivanya sendiri
"Ka Ren, a-aku gak berani"
"Nanti aku yang push Marcel untuk menikahimu"
"Ka, jangan.."
"Kenapa? Kamu tidak mencintainya"
Tok! Tok! Tok!
Dio yang sudah diambang pintu sejak tadi mendengar obrolan kedua wanita tersebut.
"Mira, Aku mengantarkan ponsel dari Marcel" Ucap Deo
Namira mendekati Deo dan mengambil kotak kecil seukuran ponsel. Mata Deo tidak berkedip melihat penampilan Mira yang seperti barbie, dengan leher jenjangnya terekspos.
"Jadi, kemana bos kamu Deo, Apa dia tidak hadir nanti siang?" Tanya Reni
"Marcel sedang meeting, Ren"
Kedua wanita itu sudah terlibat obrolan serius lagi, diam-diam Deo memvideokan Namira dan mengirimkannya pada Marcel.
DI RUANG MEETING
Tring! Notif pesan masuk pada ponsel Marcel, lelaki itu segera memakai headset dan memutar video yang dikirim Deo. Di mana obrolan di sana membahas status Marcel dan Namira.
Reni yang terus mendesak agar Namira menikah dengan Marcel, dan kegugupan Namira menanggapi desakan pertanyaan Reni membuat Marcel mengepalkan tangannya dan harus berbuat sesuatu.
"Tuan-tuan saya ada urusan mendadak, mohon maaf saya harus meninggalkan rapat hari ini" Marcel bergegas meninggalkan ruang rapat. Seluruh peserta rapat saling tatap dan menghela napas, karena pembahasan rapat yang sedang memanas membutuhkan keputusan dari pimpinan perusahaan. Namun apalah daya sang bos besar memiliki urusan yang lebih penting daripada pembahasan rapat yang bernilai milyaran dollar.
Kendaraan yang dipacu dengan kecepatan tinggi membuktikan bahwa kehadiran Marcel di sisi Namira saat ini adalah hal yang lebih penting dari rapat yang bernilai milyaran.
"Ayus, apa sudah kamu ambil perhiasan yang aku pesan?" Tanya Marcel sedang wajah gelisah
"Sudah Tuan, pesanan tepat waktu datangnya walaupun baru kemarin sore anda pesan"
"Ok, semoga kehadiran kita sebelum mama ada di rumah Namira" Ayus menganggukkan kepalanya dan melirik pada kaca spion di tengah.
Saat mobil memasuki kediaman Marcel dan Namira, sudah banyak mobil-mobil mewah berjajar di parkiran dan sekitaran jalan komplek mewah tersebut.
Marcel turun dari kendaraannya dengan sangat berwibawa, banyak pasang mata mengalihkan pandangan ke arahnya dan kalangan kaum hawa pada saat ini sedang mengagumi ketampanannya sambil berbisik-bisik.
"Bukankah dia Tuan Marcel ? Ada apa dia di sini, apakah ini rumahnya?" Salahsatu tamu memekik keheranan karena nama Marcel sangat terkenal sebagai pengusaha dengan kekayaan yang fantastis.
Marcel menemui Reni yang sedang berbincang dengan salah seorang tamu, "Ren, kita harus bicara!" Reni menoleh ke arah Marcel yang terlihat gelisah.
Mereka mengambil sisi perbatasan antara sanggar ballet yang akan diresmikan dengan Rumah kediaman Marcel dan Namira.
"Namira istriku!" Ucap Marcel tegas dan datar. Reni membelalakkan matanya dan menutup mulutnya yang terbuka dengan jemarinya.
"Kapan?Lalu kenapa Namira.." Reni tidak meneruskan ucapannya karena tingkah Marcel yang gelisah menunjukan kalau ucapan Marcel adalah kebenaran.
"Aku belum siap mengumumkannya, jadi tolong kamu rahasiakan hubungan kami terutama pada mama"
"Kenapa Cel? Kalian sangat cocok"
"Aku belum siap menjadikan dia istri yang sesungguhnya, Ren. Aku butuh sandiwara ini untuk menarik hati anakku, Kalila dan Ken" Dengan berat hati Marcel mengatakannya karena khawatir Reni bertindak lebih jauh pada hubungannya dengan Namira, dan akan menyakiti mamanya jika tahu background Namira saat ini.
Namun disaat bersamaan dia juga ingin mengakui mulai mencintai Namira tapi cukup dia dan Namira saja yang merasakannya untuk saat ini. Orang lain tidak perlu tahu, pikirnya.
Namira yang sedang berjalan menuju sanggar sempat mendengar pengakuan Marcel kepada Reni.
Namira menunduk dengan perasaan sedih, airmatanya nyaris merusak riasan di matanya. Dia mendongakkan wajahnya ke atas agar airmatanya tidak tumpah. dia harus sadar diri siapa dirinya dan wanita seperti apa yang keluarga Marcel inginkan.
"Sudah kubilang apa Mira, kamu hanya partnernya bersandiwara. Jangan pernah tergoda lagi dengan sikap manisnya" Batin Namira memperingati dirinya sendiri dan membuat keputusan untuk tidak jatuh hati pada Marcel dan menjaga jarak mulai hari ini.
...💃🩰💃🩰...