NovelToon NovelToon
Takdir Di Balik Dosa

Takdir Di Balik Dosa

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / One Night Stand / Hamil di luar nikah / Anak Yatim Piatu / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:216.2k
Nilai: 5
Nama Author: Nana 17 Oktober

Ziel, seorang CEO muda yang tegas dan dingin, memutuskan pertunangannya setelah menemukan bukti perselingkuhan Nika. Namun, Nika menolak menerima kenyataan dan dengan cara licik, ia menjerat Ziel dalam perangkapnya. Ziel berhasil melarikan diri, tetapi dalam perjalanan, efek obat yang diberikan Nika mulai bekerja, membuatnya kehilangan fokus dan menabrak pohon.

Di tengah malam yang kelam, Mandara, seorang gadis sederhana, menemukan Ziel dalam kondisi setengah sadar. Namun, momen yang seharusnya menjadi pertolongan berubah menjadi tragedi yang mengubah hidup Dara selamanya. Beberapa bulan kemudian, mereka bertemu kembali di kota, tetapi Ziel tidak mengenalinya.

Terikat oleh rahasia masa lalu, Dara yang kini mengandung anak Ziel terjebak dalam dilema. Haruskah ia menuntut tanggung jawab, atau tetap menyembunyikan kebenaran dari pria yang tak lagi mengingatnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

30. Apa Sakit?

Dara cepat-cepat menggeleng, mencoba mengubah suasana dengan candaannya. “Masalah? Nggak ada, kok, Pak Bos. Saya cuma... makin semangat aja kerja karena, ya... siapa tahu saya dapat bonus gede dari proyek ini, 'kan?” Ia tertawa kecil sambil menyembunyikan kegelisahan di balik keceriaannya. “Lagian, ngemil itu bikin saya lebih fokus, Pak Bos.”

Ziel tetap diam beberapa detik, matanya menatap Dara seolah mencoba membaca isi pikirannya. “Ya sudah, terserah kamu. Tapi kalau ngemil terus bikin kamu lupa makan siang, saya nggak mau tahu kalau kamu pingsan nanti,” katanya akhirnya sebelum berbalik kembali ke kursinya. Namun, saat duduk di kursinya, Ziel masih merasa tidak tenang. “Kenapa, ya, aku nggak suka ngelihat dia nggak bahagia? Dan kenapa aku peduli banget sama dia?” batinnya, meski ia sendiri menepis pikirannya yang mulai aneh.

Sementara itu, Dara menarik napas lega begitu Ziel kembali ke kursinya. Ia memandang laptopnya lagi, berusaha mengalihkan fokus. “Fokus, Dar. Fokus. Semua demi adikku, bayiku, dan hidupku sendiri. Aku nggak boleh goyah,” katanya dalam hati, menggenggam erat bungkus keripiknya.

***

Hari itu hari libur, Dara bersiap-siap dengan wajah sedikit tegang. Ia mengenakan pakaian santai dan mengambil tas kecilnya, bersiap pergi ke luar. Di ruang tamu, Ziel sedang membaca laporan di sofa sambil menyeruput kopi paginya.

“Saya izin keluar, Pak Bos,” kata Dara tiba-tiba, memecah keheningan.

Ziel meletakkan cangkirnya. “Mau ke mana?”

“Mau beli beberapa kebutuhan dapur,” jawab Dara cepat, mencoba bersikap santai.

Ziel bangkit dari sofa dan meraih kunci mobilnya. “Oke, aku antar.”

Dara langsung melambai-lambaikan tangan. “Nggak usah, Pak Bos! Saya bisa pergi sendiri.”

“Biar gampang bawa belanjaannya,” sahut Ziel tanpa memedulikan penolakan Dara.

“Saya cuma mau beli sedikit kok, nggak berat. Lagi pula…” Dara mengambil napas dalam-dalam, menyusun alasan dengan hati-hati. “…selama satu kali dua puluh empat jam, kita terus bersama, 'kan? Saya butuh me time, Pak Bos.”

Ziel berhenti sejenak, memandang Dara dengan alis sedikit terangkat. Ia baru menyadari kebenaran kata-kata Dara. Memang benar, mereka hampir selalu bersama, meski tidur di kamar terpisah. Akhirnya, ia mengangguk pelan. “Baiklah, tapi jangan terlalu lama.”

Dara tersenyum canggung dan mengangguk cepat sebelum buru-buru keluar, meninggalkan Ziel sendirian di ruangan itu. Ziel menghela napas panjang, tatapannya masih tertuju ke arah pintu yang baru saja tertutup.

“Kenapa aku tak suka dia pergi sendiri? Kenapa aku ingin dia selalu di dekatku? Apa ini karena penyakit aneh ini… atau karena aku...” Ziel menghentikan gumamannya, menggelengkan kepala keras-keras, seolah mencoba mengusir pikiran yang mulai mengganggunya.

“Tidak! Aku tak boleh seperti ini. Fokus, Ziel. Aku harus menemukan gadis yang telah aku nodai malam itu. Aku harus bertanggung jawab,” katanya pelan, suaranya terdengar lebih seperti meyakinkan diri sendiri. Namun, ekspresi wajahnya berubah menjadi keraguan. “Tapi bagaimana kalau aku tak bisa menemukannya? Nama saja aku tidak tahu… wajahnya pun hanya samar-samar dalam ingatanku.”

Ia mengusap wajah dengan kedua tangan, frustrasi dengan keadaan dirinya yang terasa semakin kacau. Rasa bersalah dan kebingungan terus menghantuinya, sementara satu sisi lain hatinya terasa berat setiap kali memikirkan Dara. “Tidak, ini tidak boleh jadi tentang dia... Ini harus tentang tanggung jawabku. Harus!”

***

Di klinik, Dara duduk menunggu gilirannya dengan gelisah. Suara-suara kecil dari pasien lain dan langkah-langkah kaki perawat membuatnya makin tegang. Tanpa sadar, tangannya terus memegang perutnya, mencoba menenangkan dirinya sendiri.

Saat ia melamun, ponselnya bergetar di pangkuannya. Dara melirik layar dan mengernyitkan kening melihat nama yang tertera. “Pak Bos.”

Ia segera mengangkatnya. “Iya, Pak Bos?”

Suara Ziel terdengar datar seperti biasa. “Kalau kamu ke supermarket, jangan lupa beli melon. Jangan pulang kalau nggak bawa buah itu.”

“Melon?” Dara tertegun, tak menyangka Ziel sampai memberi perintah seperti itu. Namun, ia berusaha menjawab dengan nada santai. “Oke, Pak Bos. Saya belikan nanti.”

Ziel menghela napas. “Bagus. Dan cepat—”

Sebelum Ziel sempat menyelesaikan kalimatnya, seorang perawat memanggil nama Dara dari pintu ruang periksa. “Mandara! Silakan masuk!”

Dara terkejut dan refleks menjawab perawat itu sambil berdiri, “Iya, Sus!”

Ia kembali ke teleponnya. “Buahnya pasti saya belikan, Pak Bos. Sudah dulu, ya.”

Tanpa menunggu balasan Ziel, Dara buru-buru memutus panggilan dan masuk ke ruang periksa.

Ziel menatap layar ponselnya yang gelap dengan kening berkerut. Matanya menyipit, mengulang pelan kata-kata Dara tadi. "Iya, Sus? Apa maksudnya itu?" Ziel menggigit bibir bawahnya, pikirannya mulai berputar. "Dara ke klinik? Atau ke rumah sakit? Apa dia sakit?" Sesuatu dalam suaranya tadi membuat Ziel merasa gelisah, meskipun ia tidak tahu persis kenapa.

Ia merasakan sedikit kegelisahan merambat di dadanya. Entah kenapa, pikiran Dara yang tidak sehat cukup mengganggunya. Tapi Ziel hanya mendengus kecil, mencoba membuang kekhawatiran itu. "Mungkin Dara hanya memeriksakan hal kecil. Ya, pasti hanya hal kecil."

***

Dara duduk di kursi ruang periksa dengan wajah tegang. Dokter perempuan berusia paruh baya di depannya tersenyum hangat, berusaha membuat suasana lebih nyaman. Setelah memeriksa hasil USG dan melakukan beberapa pemeriksaan fisik, dokter itu meletakkan alat tulisnya.

“Selamat ya, Bu Dara,” ucap dokter sambil tersenyum lebar. “Kehamilannya sudah memasuki usia delapan minggu. Janinnya sehat dan berkembang dengan baik.”

Dara terpaku beberapa detik, mencoba mencerna kabar itu. Delapan minggu? Wajahnya pucat seketika, dan matanya melebar.

“De-delapan minggu?” Dara tergagap. “Tunggu, Bu Dokter, itu serius? Maksudnya... beneran udah delapan minggu?”

Dokter mengangguk mantap. “Iya, benar. Berdasarkan hasil USG dan kondisi rahim Anda, usia kehamilannya sudah delapan minggu. Syukurlah semuanya normal.”

Meskipun Dara sudah tahu dirinya sedang mengandung setelah melakukan tes dengan test pack, tetap saja ia merasa syok ketika dokter mengonfirmasi kabar kehamilannya. Perasaan itu bercampur aduk, antara tidak percaya, bingung, dan takut.

Namun, di tengah kebingungannya, sebuah kesadaran perlahan muncul, membawa pikiran Dara pada satu hal lain yang tak kalah penting. “Dok, saya tuh akhir-akhir ini nggak bisa berhenti makan. Kayaknya tiap jam ada aja yang masuk ke perut. Camilan, makanan berat, bahkan gorengan yang biasanya saya nggak suka jadi favorit sekarang! Apa itu normal, dok?”

Dokter terkekeh kecil mendengar keluhan Dara. “Itu wajar sekali, Bu Dara. Pada usia kehamilan ini, nafsu makan Anda memang bisa meningkat. Tubuh Anda bekerja lebih keras untuk mendukung pertumbuhan janin, jadi kebutuhan nutrisi juga bertambah. Selama makanan yang Anda konsumsi bergizi dan tidak berlebihan, itu tidak masalah.”

Dara mendesah panjang, mengusap dahinya. “Hadeeeh... Jadi saya nggak rakus, dong, Dok? Saya cuma... ibu hamil?”

“Betul sekali,” jawab dokter dengan senyum penuh pengertian. “Tapi ingat, tetap jaga pola makan. Hindari makanan yang terlalu manis atau berlemak, dan pastikan tetap konsumsi buah dan sayur, ya.”

Saat keluar dari ruang periksa, langkah Dara terasa berat. Ia memegang kertas hasil pemeriksaan dengan tatapan kosong, mulutnya terus komat-kamit. “Delapan minggu?! Itu artinya dua bulan?! Jadi selama ini aku ngemil kayak orang kesurupan karena ada makhluk kecil di dalam sini?” Ia menunjuk perutnya sendiri dengan jari gemetar.

Setelah berdiri di depan klinik beberapa saat untuk menenangkan diri, Dara menghela napas panjang. “Oke, Dara. Tarik napas. Jangan panik. Yang penting bayinya sehat, kamu juga harus sehat. Kamu kuat... kamu kuat..." Namun tiba-tiba ia teringat sesuatu. "Astoge...eh astaga! Aku belum beli melon buat Pak Bos! Nggak boleh pulang kalau nggak bawa melon. Aduh, mau tidur di mana aku nanti?”

Dengan langkah cepat, Dara menuju toko buah terdekat, mencoba mengalihkan pikirannya dari fakta besar yang baru saja ia terima. Namun, di tengah perjalanan, tanpa sadar tangannya terangkat dan mengelus perutnya.

Ia bergumam pelan, “Nak, kamu jangan kebanyakan ngemil juga, ya. Kalau kamu terlalu gede di perut, gimana dong nanti keluarnya? Aduh, kalau bayinya kegedean, terus lewat jalan berlubang, apa kabar nih, perut? Jangan-jangan malah goyang-goyang kayak gelatin.” Dara menggeleng pelan, berusaha menepis pikiran konyolnya, tapi senyum tipis tetap tersungging di wajahnya.

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

1
Fadillah Ahmad
Karya Kak Nana Yang Ini Juga,Masuk Karya Kandidat Juga 😁😁😁 sudah 3 Karya Kak Nana Masuk Kandidat 😁😁😁
🌠Naπa Kiarra🍁: Iya, Kak. Tapi paling juga sebatas kandidat seperti yang sudah-sudah.😂
total 1 replies
꧁♥𝑨𝒇𝒚𝒂~𝑻𝒂𝒏™✯꧂
Dara jujur saja
Ma Em
Ziel , Dara yg mau melahirkan tapi yg bikin heboh malah Ziel lucu banget 😆😆
Syavira Vira
lanjut
Sugiharti Rusli
ternyata masih ada bab tersisa yah, sampai lupa dan untung ada notif😆😆
🌠Naπa Kiarra🍁: Iya, Kak, soalnya tambahan konflik sesuai yang disarankan editor.
🌠Naπa Kiarra🍁: Aamiin.🤗🙏🙏
total 7 replies
Elmi Varida
tks sdh selesai novelnya thor.
Hanima
ok kk tks
Sri Hendrayani
semangat thor.. /Angry/
Riaaimutt
gassss
Sri Hendrayani
kok nyesek x bcnya
trista
jauh amat thorrr..dsini aja sih
🌠Naπa Kiarra🍁: Masih Di NT, Kak. cuma beda akun aja. Ketik aja judulnya.
total 1 replies
Dek Sri
saya sudah mampir thor, semua karryamu bagus sekali saya suka
Dek Sri: sama2
🌠Naπa Kiarra🍁: Terima kasih KK 🤗🤗🙏🙏🙏
total 2 replies
syisya
jangan salah dara bahwa Ellin mamanya ziel dulu juga berasal dari kelas bawah
syisya
bukankah ada pak Hadi yg biasanya tahu semuanya, apakah pak Hadi masih hidup ?
masak ziel tidak dalam pengawasan waktu kecelakaan mobil hingga ringsek tidak ada yg menolong sampai sadar dengan sendirinya
Zudiyah Zudiyah
bagus
🌠Naπa Kiarra🍁: Terima kasih KK 🤗🤗🙏🙏🙏🙏🙏
total 1 replies
syisya
hanya anting sebagai petunjuk tp bagaimana caranya othor membuat mereka menyadari, kita ikuti alurnya
꧁♥𝑨𝒇𝒚𝒂~𝑻𝒂𝒏™✯꧂
akhirnya Dara tahu siapa ayah kpd bayinya. ceritain saja yg sebenar kpd Ziel
Aninda Faira
itu hormon kehamilan Dara gpp memulainya demi debay.
Ashila Intan
Luar biasa
🌠Naπa Kiarra🍁: Terima kasih KK 🤗🤗🙏🙏🙏🙏🙏
total 1 replies
Elmi Varida
tks thor, sdh menyelesaikan novelnya, ditunggu karya2mu yg lain ya. Tetsp semangat dan sukses terus. Sehat2 ya thor.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!