Lisya menjadi siswi pindahan di sekolah isinya kalangan atas. Demi sebuah misi yang penuh teka-teki saat di telusuri. Bermodal sebuah buku diary yang isinya juga tidak jelas.
Semua urusan itu susah jika cinta sudah masuk kedalamnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dinkacill, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perpustakaan lama
"Gue telat!" Pekik Lisya sambil berlari ke arah dapur. Disana ada ibu dan ayah Lisya
"Begadang kan kamu?" ujar papa Lisya dan dibalas gelengan
Sumpah Lisya semalam gak begadang. Bahkan ia tidur jam setengah sepuluh. Ia juga tidak tau kenapa tidurnya hari ini sangat nyenyak. Bahkan ia tidak menghiraukan panggilan mamanya saat ia masih terlelap tadi
"Sabela gak jemput kamu?" tanya mama Lisya
"Enggak, dia izin pergi ke RS jenguk neneknya" jawab Lisya sambil menelan roti yang ia kunyah
"Mau papa antar?" tawar papa Lisya
"Aku udah pesen ojol jadi papa gak perlu anterin" ujar nya kemudian berdiri dan menyalimi kedua orangtuanya
"Pasti dihukum sih kamu" ucap papa Lisya saat Lisya menyalimi tangan nya
Lisya melotot kemudian mencubit pinggang papanya hingga papanya meringis. Gak sopan sih cuma itu udah biasa ia lakukan jika dibuat kesal olehnya. Tentunya ia belajar dari mamanya yang selalu mencubit papanya jika terlalu jail.
Lisya berlari ke arah ojol yang sudah menunggunya di depan pagar rumah nya. Memakai helm dengan terburu-buru dan langsung pergi ke sekolah.
Gerbang udah tutup. Maklum, sekarang sudah lewat seperempat jam dari jam masuk. Ia hendak memanggil satpam yang sedang duduk di posko nya tetapi sebuah deru motor dibelakang nya membuat ia mengalihkan atensinya
Seorang laki-laki dengan seragam persis dengan dirinya bedanya seragam laki-laki itu acak-acakan. Laki-laki itu membuka helmnya hingga Lisya melihat seorang laki-laki yang sangat ia kenal
Revan
"Telat?" ujar Revan sambil turun dari motornya
Lisya mengganguk lesu
"Bolos aja lah" ujar Revan tiba-tiba
"Gak mau lah. Gue masih tergolong siswi baru, bisa tercoreng nama baik gue di guru-guru" celoteh Lisya
"Tapi lo telat" skakmat, ini juga bisa membuat nama nya tercoreng diantara guru-guru
Lisya hanya mengalihkan atensinya pada satpam. "Pak!" panggil nya
Dua satpam itu menoleh lalu berjalan ke arah gerbang.
"Bukain gerbangnya pak" ujar Lisya
"Tunggu saya lapor dulu sama guru yang piket" ujar satpam itu kemudian membuka ponselnya dan menelpon seseorang
"Nama kalian berdua?" tanya satpam itu
"Saya Lisya, dia Revan" Lisya mewakili nya karena Revan hanya cuek saja sedari tadi
Satpam itu tampak mengobrol dengan guru yang ia telpon. Menyebut nama mereka sebagai orang yang melanggar aturan
Salah satu satpam itu membuka kunci gerbang "makanya kalau ke sekolah jangan pergi pacaran dulu" ujar satpam itu
Lisya melotot tak terima tetapi terhenti saat Revan membuka mulutnya "motor saya tolong dibawa" ujar Revan kemudian melempar kuncinya ke arah salah satu satpam itu
"Terus kuncinya?" tanya satpam itu
"Nanti pulang saya ambil" jawab Revan kemudian menggandeng Lisya entah itu dia sadar atau tidak
"Ayo saya antar ke guru piket" ujar satpam yang menelpon tadi sedangkan yang satunya sedang menaiki motor dan memasukkan ke area parkir
Sekarang mereka berada di ruang BK. Memang hukuman nya diberikan oleh guru BK bukan guru piket. Guru itu menghela nafas karena lelah banyak anak-anak yang telat dari tadi
"Kamu siswi baru kan?" tanya guru itu dan dibalas anggukan oleh Lisya
"Gak nyangka kamu pacaran sama Revan" ujar guru itu
Dengan cepat Lisya menjawab "eh bukan kok buk"
"Halah ibuk udah banyak ngadepin orang yang sok sokan backstreet" ujar guru itu
Lisya hendak membatah lagi tapi Revan memotong nya "buk hukuman nya apa?"
Lisya mendelik, kenapa laki-laki ini malah mau dikasih hukuman bukannya meluruskan terlebih dahulu
"Kalian ibuk kasih hukuman bersihin perpus lama"
"Gak tau tempatnya buk" ujar Lisya jujur karena masih belum tau ruang ruang di sekolah ini
"Revan tau tuh, ikutin aja cowok kamu" ujar guru itu ketus
"Buk kami gak pacaran" ucapnya sambil Revan dengan cepat menarik tangan nya pergi meninggalkan ruang BK
"Gurunya salah paham, Revan" gadis itu merungut pada laki-laki yang masih menggandeng tangannya
Revan tak memperdulikan nya. Ia membimbing gadis itu dengan langkah santai.
Lisya mendengus karena Revan tak menghiraukan nya dari tadi "entar ketahuan Seira gue gak tanggung jawab. lo pokoknya yang harus jelasin!" Ujarnya
Revan melirik gadis itu saat menyebut nama Seira lalu menatap ke depan lagi. Seira tidak ada artinya di hidupnya jadi untuk apa diberi penjelasan?
Sebelum ke ruangan Lisya mengganti roknya dengan celana olahraga yang ada di lokernya biar bebas gerak.
Mereka berhenti di depan sebuah ruangan. Revan membuka pintu itu dengan kunci yang memang tergantung disana. Pintu itu terbuka dan menampilkan jajaran rak buku tapi sepertinya ruang ini sangat berdebu mungkin karena jarang orang memasukinya jadi tukang kebersihan tak mau ambil repot untuk membersihkan ruang ini
"Murid sini emang pada malas baca semua?" ujar Lisya melihat-lihat buku yang sudah berdebu
"Ini perpus lama yang baru di dekat ruang OSIS" jawab Revan kemudian duduk di sebuah bangku
"Eitss jangan duduk, kita langsung kerja" ujar Lisya kemudian berlari ke pojok ruangan untuk mengambil sapu
Revan menyusul nya kemudian merebut sapu itu "Lo bersihin rak buku aja. Biar gue yang nyapu" ujar Revan
Lisya hanya mengangguk lalu mengambil kemoceng. Dengan serius ia membersihkan rak-rak itu begitupun dengan buku-buku disana. Sesekali ia bersin karena debu yang berterbangan.
Ia berhenti di rak terakhir dan letaknya paling pinggir. Rak ini lebih tinggi dibanding yang lain dengan isi buku buku tebal. Mungkin buku sejarah. Ia berdiri di sebuah kursi tapi saat 2 ruang rak paling atas, ia tak sampai. Ia tidak ingin kerja nanggung nanggung lalu melihat sekitar. Revan masih menyapu lalu tatapan nya beralih pada benda di samping rak.
Itu tangga, mungkin khusus untuk murid yang tidak sampai dengan rak tinggi itu. Ia turun dari kursi dan mengangkat kursi itu menjauh lalu menyeret tangga itu.
Ia sekarang berada di anak tangga yang ke empat. Lalu naik lagi ke anak tangga yang paling atas. Mencoba duduk disana dan membersihkan rak paling atas.
Hatcuu
Lisya bersin diikuti tangga yang ia naikin bergoyang. Ia sudah menutup matanya takut jatuh dan berpegangan pada tangga dan satu tangannya lagi di rak buku
"Lo ngapain?" Lisya membuka matanya saat Revan bertanya. Lalu menatap Revan yang memegang tangga itu dari bawah
"Takut" rengeknya dengan bibir yang melengkung ke bawah
"Yaudah turun" ujar Revan
Dengan gemeteran ia menapak kakinya di tangga selanjutnya. Tangga itu berderit nyaring membuat Lisya duduk kembali di tangga paling atas
"Ngapain naik lagi?"
"Lo budeg apa gimana sih. Tangga nya bunyi nyaring udah kayak mau lepas gitu entar gue jatuh gimana?" Gadis itu berceloteh dari atas
"Gak bakal jatuh Lisya, gua tolongin jadi lo bawa tenang aja" Revan membujuk gadis itu
Lisya menghela nafas panjang kemudian menginjak anak tangga itu kembali dengan ragu. Revan yang menyadari itu menyodorkan satu tangannya ke arah Lisya. Lisya merunduk memegang tangan itu. Lalu Revan menarik kasar hingga Lisya terdorong ke bawah.
Bugh
Lisya tak jatuh ke lantai melainkan ke pelukan laki-laki itu. Kedua tangan laki-laki itu memeluk pinggang gadis yang sekarang kepala Revan sejajar dengan perut Lisya. Lisya masih mencerna dengan jantung yang berdetak kencang hingga Revan memposisikan gadis itu seperti menggendong seorang balita hanya dengan satu tangan.
"Revan turunin" pekik Lisya usai sadar saat Revan membawanya berjalan
Revan memang menurunkannya tapi bukan di lantai melainkan mendudukkan nya di meja di sudut dinding.
"Masih takut?" tanya Revan datar tapi seperti menyiratkan rasa kepedulian
"Udah enggak, makasih ya" ujar Lisya sedikit mendorong laki-laki itu karena terlalu dekat
Revan hanya berdehem lalu duduk di meja itu, bersebelahan dengan Lisya. Kemudian mengeluarkan sesuatu yaitu rokok
Lisya menoleh lalu berdehem saat Revan hendak memantiknya dengan korek
"Gue gak suka asap rokok" ujar gadis itu berharap Revan peka
Revan beneran peka akan itu jadi dia kembali memasukkan sebatang rokok itu kembali ke bungkus nya
"Lo blak-blakan banget ya tapi hari ini gue turutin" ujar Revan. Lisya jadi ingat saat Revan yang membuang rokoknya saat ia tidak nyaman dengan asap benda itu
"Kalau bisa jangan untuk hari ini tapi untuk seterusnya. Kasian paru-paru lo"
"Gak bisa"
Lisya menoleh dengan wajah bingung "kenapa gak bisa?"
"Semua yang ada pada rokok itu ngasih ketenangan"
"Apa yang bikin tenang? Manisnya? Kalau cuma pengen yang manis permen juga bisa" ujar Lisya
Revan terkekeh "balik ke kelas" ujarnya kemudian menggandeng gadis itu pergi dari ruang perpus. Ia juga sudah selesai menyapu ruangan itu
Mereka mengambil tas di guru BK dan Lisya pergi menukar celananya dengan rok tentunya dengan Revan yang terus membuntutinya padahal Lisya sudah menyuruhnya masuk kelas terlebih dahulu
"Sampai sini aja kita barengan ntar diliat Seira repot lagi" ujar Lisya kemudian merogoh sakunya
Ia menyodorkan permen dengan kemasan warna pink dan Revan sangat tau isi dan rasanya karena sudah pernah merasakannya.
"Ganti rokok Lo" ujar Lisya lalu berjalan cepat
Revan hanya tersenyum tipis lalu ikut berjalan dengan jarak yang cukup jauh tapi wujud Lisya masih berada di atensinya
Lisya... gadis dengan kepribadian berubah ubah itu benar-benar menarik perhatiannya
...****************...
mau pilih Lisya Jewar atau Lisya Revan