Sebelum meninggalkan Kenanga untuk selamanya, Angga menikahkan Kenanga dengan sahabatnya yang hanya seorang manager di sebuah bank swasta.
Dunia Kenanga runtuh saat itu juga, dia sudah tak punya siapa-siapa lagi di dunia ini selain Angga, dan kini Kakaknya itu pergi untuk selama-lamanya.
"Dit, gue titip adik gue. Tolong jaga dia dan sayangi dia seperti gue menyayanginya selama ini" ~Angga ~
"Gue bakalan jaga dia, Ngga. Gue janji" ~ Aditya ~
Apa Kenanga yang masih berada di semester akhir kuliahnya bisa menjadi istri yang baik untuk Aditya??
Bagaimana jika masa lalu Aditya datang saat Kenanga mulai jatuh cinta pada Aditya karena sikap lembutnya??
Bagaimana juga ketika teman-teman Aditya selalu mengatakan jika Kenanga hanya istri titipan??
Lalu, bagaimana jika Aditya ternyata menyembunyikan latar belakang keluarganya yang sebenarnya dari semua orang??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bunga Kenanga
Kaki jenjang seorang gadis tampak berlari kecil memasuki Rumah sakit. Wajahnya yang cantik itu tertutup oleh air mata yang terus mengalir di pipinya.
Dia sudah tak mempedulikan penampilannya yang kacau, karena terus mencari seseorang yang paling berarti dalam hidupnya. Satu-satunya orang yang ia punya di dunia ini.
"Suster, pasien atas nama Angga yang baru masuk karena kecelakaan" Suaranya terdengar bergetar karena tangisannya.
"Ada di ruang ICU" Tunjuk suster tadi ke ruang ICU pada Anga.
Yaaa...
Nama gadis itu Anga, Bunga Kenanga. Dia yang baru saja pulang dari kampusnya mendapatkan kabar bahwa Kakaknya mengalami kecelakaan.
"Kak, gimana Kak Angga??" Tanya Anga pada enam orang yang menunggu di depan IGD.
Mereka adalah sahabat-sahabat Angga, Aditya, Wira, Nanda, Riski, Duwi dan Diah. Kenanga cukup mengenal mereka semua karena cukup sering datang ke rumah.
"Di dalam, masuklah" Jawab Wira. Pria yang memiliki jambang di seluruh rahangnya itu juga terlihat khawatir.
Anga bergegas masuk bahkan sempat mendorong pintu ruangan itu dengan keras karena terlalu panik, padahal dia adalah gadis yang begitu lembut.
"Kak Angga, kenapa jadi kaya gini hiks..hiks..." Anga ingin sekali memeluk Kakaknya, namun tubuh Angga yang penuh luka juga alat-alat medis membuat Anga takut menyakiti Angga.
Anga benar-benar ketakutan. Selama ini Anga hanya hidup berdua bersama Kakaknya. Kedua orang tua mereka telah meninggal karena kecelakaan saat Anga berusia sepuluh tahun.
Hidup Anga sangat bergantung pada Kakaknya selama ini. Angga yang begitu menyayangi adiknya selalu menjaga dan merawatnya dengan baik. Bahkan Angga terkesan memanjakan Anga.
Walau sekarang Anga sudah memasuki bulan pertama semester akhir pendidikan sarjananya, tapi Anga masih seperti anak kecil yang terkadang begitu manja. Kakak, hiks..hiks.."
"Ja-ngan na-ngis Ka-kak nggak pa-pa" Suara Angga sudah tersendat-sendat. Kalau begitu, bagaimana mungkin Anga tidak menangis.
"Anga, kamu ha-rus kuat kalau Ka-kak nggak a-da"
"Kakak ngomong apa?? Kakak harus kuat, Kakak harus sembuh setelah ini. Aku yakin Kakak bisa sembuh"
Anga tidak ingin mendengar apapun dari Angga yang seakan mengucapkan kalimat perpisahan. Anga tidak mau sendirian di dunia ini. Dia tidak mau kehilangan Kakaknya. Dia tidak bisa hidup tanpa Kakaknya.
"Dek, Ka-kak su-dah nggak ku-at"
Semua yang ada di ruangan itu tampak menitikkan air mata. Melihat sahabat mereka terbaring penuh luka dengan kata perpisahan tentu saja membuat mereka sedih.
"Enggak Kak, jangan tinggalin Anga. Kalau Kakak pergi, Anga sama siapa?? Anga nggak punya siapa-siapa lagi selain Kakak di dunia ini" Anga terus menggeleng menolak ucapan Angga.
Bagaimana mungkin Kakaknya itu tega ingin meninggalkannya sendirian di dunia ini, sedangkan Anga saja belum lulus kuliah dan belum bisa membalas kebaikan Kakaknya, Anga belum bisa membanggakan Kakaknya. Yang Anga inginkan adalah mereka bersama sampai tua nanti, bersama keluarga kecil mereka masing-masing. Bukan seperti ucapan Angga tadi yang dia inginkan.
"Ka-kamu nggak bakalan sen-diri di dunia ini Dek" Angga menoleh ke arah sahabatnya.
"A-ditya" Lirih Angga meminta Adit mendekat.
"Gue di sini Ngga" Adit berdiri di seberang Anga.
"Dit, g-gue boleh minta to-long sama lo??" Beberapa kali Angga sempat menarik nafasnya hanya untuk mengucapkan satu kalimat.
"Iya Ngga, minta tolong apa?? Kalau gue bisa, gue pasti bantu lo!!"
"To-long ni-kahi adik gu-e Dit"
"Apa???!!!" Seru semua yang mendengar permintaan Angga termasuk juga Anga.
"Kak, apa maksud Kakak??" Anga tak suka dengan permintaan aneh dari Angga itu.
"Ngga, lo pasti bisa melewati ini semua. Lo jangan ngaco" Adit tau kalau pikiran Angga sedang kacau makanya Angga meminta hal aneh kepadanya.
"Iya Ngga, lo pasti sembuh. Jangan berpikir yang macem-macem!!" Diah ikut bicara.
"Nggak Dit, g-gue nggak a-da wak-tu lagi. Gue mo-hon sama lo. Gue ti-tip Anga, to-long jaga dia Dit. Cu-ma lo yang bi-sa gue per-caya. Gue mo-hon Dit"
"Angga, kita semua akan bantu lo jaga Anga. Tapi lo harus sembuh. Kita semua sudah anggap Anga adik kita sendiri" Nanda yang paling sering bercanda kini tampak serius.
Sejak tadi dia ketakutan melihat luka di tubuh Angga juga kedua kaki Angga yang patah kata dokter.
"To-long kabul-kan permin-taan gue ini Dit. Gue bi-sa pergi de-ngan tenang ka-lau Anga sa-ma lo" Angga menggenggam tangan Adit dengan kuat.
"Kak, kenapa Kaka nggak jaga aku sendiri?? Kenapa Kakak harus minta tolong sama Kak Adit. Harusnya Kakak yang ada buat aku!! Jadi Kakak harus sembuh!!" Anga sebenarnya tidak ada tenaga lagi untuk membantah Kakaknya. Dia terlalu lelah karena terus-terusan menangis.
"Nggak Dek. Wak-tu Ka-kak buat ja-ga ka-mu sudah ha-bis. Se-karang, Ka-kak menye-rahkan mu sama Adit. Mau kan Dit?? Gue mo-hon"
Adit tampak menatap ke arah sahabat-sahabatnya. Wira tampak menganggukkan kepalanya, sementara yang lain menolak dengan menggelengkan kepalanya pada Adit.
Tapi Adit sungguh kalut. Angga adalah sahabat terbaiknya di antara yang lain. Angga juga yang selalu membantu saat Adit kesusahan. Sudah tak terhitung lagi bagaimana besarnya jasa Angga kepadanya.
"Dit, gu-e mo-hon" Lirih Angga lagi dengan penuh harap.
Di antara ke tiga sahabatnya yang belum menikah, Angga paling percaya pada Wira dan Adit. Tapi Wira sudah menikah dengan Duwi. Tinggal Nanda yang player, juga Rizki yang kekanakan. Menurutnya, Adit adalah orang yang paling pas untuk mendampingi adiknya. Angga sudah tau betul sikap Aditya bagaimana daripada Nanda dan Riski.
Adit menarik nafasnya begitu dalam. Mungkin langkah yang ia ambil kali ini salah, tapi dia teringat bagaimana saat Adit datang ke kota metropolitan pertama kalinya. Hanya ada Angga yang selalu membantunya.
Angga kini beralih menatap Anga yang terus menangis sesenggukan di samping Kakaknya.
"Oke Ngga, gue akan menikahi Anga"
Semua terkejut dengan jawaban dari Aditya. Anga sampai tak bisa berkata-kata. Dia sudah di hadapkan dengan Kakaknya yang tak berdaya di tambah lagi harus mengikuti keinginan Kakaknya untuk menikah dengan pria yang sama sekali tidak ia cintai.
"Ma-kasih banyak Dit. G-gue seneng ba-nget. Anga, kamu mau kan meni-kah sa-ma Kak Adit?? Ka-kak mo-hon"
Meski hati menolak, meski dia juga tak mencintai Aditya sama sekali, tapi Anga akhirnya mengangguk dengan pelan.
"Lo yakin Dit??" Tanya Rizki, dia khawatir karena Adit dan Anga sama-sama terpaksa menjalani pernikahan itu.
"Gue yakin!!"
Jawaban dari Adit membuat para sahabatnya tak bisa berbuat banyak. Mereka segera menyiapkan semuanya, termasuk mengurus surat-surat keperluan pernikahan serta mas kawin untuk menikahi Anga.
Pernikahan pun di gelar malam hari di ruang ICU itu. Dengan terbata-bata Angga menikahkan adik satu-satunya dengan sahabat baiknya sendiri.
Di sambut dengan suara lantang dari Adit yang terdengar tanpa keraguan sedikitpun.
"Bagaimana saksi?? SAH??"
SAH...
SAH..
"Alhamdulillah"
Tes...
Tes...
Air mata Anga tak terbendung lagi. Tangisnya pecah di hadapan mereka semua. Tak pernah terbayangkan baginya untuk menikah di situasi seperti itu.
"Dek, se-karang Ka-kak bisa per-gi dengan te-nang" Mata Angga juga sudah basah sejak tadi. Impiannya untuk menjadi wali nikah Anga sudah terwujud.
"Tapi Kakak harus sembuh setelah ini. Anga nggak mau tau!!"
Angga hanya menanggapi permintaan adiknya dengan senyum tipis.
"Dit, gue ti-tip adik gue. Tol-og jaga dia dan saya-ngi dia se-perti gue menya-yang-inya sela-ma ini"
"Gue bakalan jaga dia, Ngga. Gue janji"
Angga kembali tersenyum dengan tipis. Perlahan matanya mulai tertutup, dan...
Tittttttt..........
*
*
*
Hay hay....
Selamat datang di karya baru otor.....
Setah semua novel otor pasti penuh dengan drama, sekarang kita buat yang sedikit rigan aja kali ini...
Ingat loh ya!!!!!!!
Sedikit...
Bukan berarti ringan banget, tapi cukup memancing emosi tipis-tipis....
Jadi, mau nggak kalian melihat rumah tangga Aditya dan Kenanga yang sweeetttttt banget???
Kalau mau, berikan dukungan kalian di karya otor terbaru ini ya...
Dengan cara, temenin otor dan kasih semangat untuk otor setia hari. Okeeeee???
Love you readers setiakuuuu😍😍😘😘😘😘😘