Novel ini terinspirasi dari novel lain, namun di kemas dalam versi berbeda. Bocil di larang ikut nimbrung, bijaklah dalam memilih bacaan, dan semua percakapan di pilih untuk kata yang tidak baku
-Entah dorongan dari mana, Dinar berani menempelkan bibirnya pada mertuanya, Dinar mencoba mencium, berharap Mertuanya membalas. Namun, Mertuanya malah menarik diri.
"Kali ini aja, bantu Dinar, Pak."
"Tapi kamu tau kan apa konsekuensinya?"
"Ya, Saya tau." Sahutnya asal, otaknya tidak dapat berfikir jernih.
"Dan itu artinya kamu nggak boleh berenti lepas apa yang udah kamu mulai," kata Pak Arga dengan tegas.
Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon An, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Kedatangannya membuat Dinar terkejut. Arin sudah berada di belakangnya, membuat Dinar membelakan mata dengan perasaan gelisah.
"Dari kapan kamu ada di sini, Rin?" Isi pikirannya tertuju pada kejadian di mana dia dan Pak Arga bersenggama, apa Arin mengetahuinya?
"Dari tadi, Mbak."
"Ahh.., dari tadi ya?"
"Iya! Aku mau nanyak, Mbak. Arin denger tadi, udah jelas pasti ada sesuatu yang Mbak Dinar sembunyi'in ini! Apa coba yang Mbak sembunyi'in dari Mas Vano?!" Cecarnya, perempuan itu menatap Dinar menelisik. Mencoba mencari tau apa yang Dinar katakan sebelumnya.
Dinar? Tentu saja dia menjadi gugup dan terbata-bata melihat tatapan adik iparnya itu.
"Kamu bilang apa, Rin?"
"Aku gak budeg kok Mbak, denger kok tadi, coba Mbak sembunyi'in apa dari Mas?" Gugup bukan main, apa Arin benar-benar tau? tamatlah riwayatnya!
"Mbak, kenapa cuman diam? Mbak takut bilang semuanya?!" Perempuan itu terus mendesak Dinar hingga Dinar pun merasa kelu untuk menjawab. Apa yang harus dia lakukan? Apa ini adalah titik awal hancurnya pernikahan-nya?
"Mbak bisa jelaskan, Rin. Malam itu-" Dinar mendengar suara seseorang membuat mereka saling terhenti. Pandangannya yang sejak tadi menatap Arin, kini berpaling menoleh, dan ternyata suara itu adalah suara Pak Arga.
"Bapak?" Kata Arin terkejut.
Pak Arga masuk ke dalam kamarnya, lalu menatap Arin lekat, "Semalam kamu mabuk, terus buat onar, ngerepotin Mbak mu, terus itu semua masih belum ngejawab pertanyaan kamu sama yang dia sembunyikan dari Mas kamu?"
Arin mengerjapkan mata, "Maksud Bapak, Mbak nyembunyi'in tentang Arin sama Mas Vano?"
"Lalu kamu mau Mas kamu tau? Terus, menghentikan semua biaya kamu saat ini?"
Arin menggelengkan kepala dan tampaknya dia takut, "Nggak, Pak."
"Mbak, maafin Arin" Lalu Dia merasa bersalah telah menyudutkan kaka iparnya, kepalanya langsung tertunduk ke bawah, wajahnya seketika murung.
"Bagus kamu sadar dan ngerasa bersalah. Se'enggak-nya kamu bertindak sebelum ngelakukan hal memalukan lagi!" Marah Pak Arga.
Arin yang merasa bersalah. Dia menoleh ke arah Dinar dan menatapnya sendu. "Mbak.."
"Iya Rin?" Dinar masih belum sadar dengan situasi ini, sehingga dia masih membelak.
"Jadi karna ini Mbak ngerahasia'in sama Mas?"
Tunggu, Pak Arga membantunya? Dia bahkan tidak berfikiran bahwa dia melakukan alibi dengan kejadian semalam. Sejenak Dinar menatapnya, lalu dia alihkan pandang ke arah Arin kembali.
Dinar tersenyum, "Mbak juga bingung mau mulai bilang apa sama Mas kamu. Soalnya selama dia pergi, otomatis kamu jadi tanggung jawab Embak. Dia sangat sayang kamu setelah Ibu kalian, sangat menyayangi kamu, Rin."
Tidak menunggu lama Arin memuluk Dinar dengan erat. Dinar membalas pelukannya dan menepuk punggung adik iparnya itu.
"Terimakasih Mbak, Arin berterimakasih sekali sama Mbak! Rosa gak bakal tau, gimana Mas kalau tau Arin hampir di lecehin sama pria itu. Maafkan Arin, Mbak."
Dinar tersenyum. "Lain kali, kalau ada apa-apa kamu harus berterus terang sama Mbak. Biar Mbak bisa tau, langkah yang mau kamu ambil benar atau salah, sama ke Bapak juga."
"Iya Mbak. Arin gak bakal ulangi hal bodoh lagi. Sekali lagi Arin mau bilang makasih sama Mbak."
"Iya, sama-sama. Tapi ingat, jangan ulangi apa yang udah kamu lakuin."
"Iya Mbak, janji."
"Yaudah, sekarang kamu mandi.., terus makan. Mbak udah masakin makanan kesukaan kamu, Rin."
Tersenyum dan mengangguk, "Ok, Arin mandi dulu, Mbak. Pak, Arin ke luar dulu."
Perempuan itu pergi meninggalkan Dinar dan Pak Arga. Dinar tau, mata Pak Arga menatap matanya. Dinar tidak bisa menatapnya balik karena dia merasa gugup. Tidak ada pembicaraan diantara mereka, hening. Hanya diam satu sama lain.
"Ada yang mau kamu omongin, Din?" Pria itu membuka suara.
"Emmm, gak ada, Pak."
"Meski lepas setelah melebur bersama?" Katanya kembali dengan santai. Dinar terdiam, bibirnya kelu, kenapa dia merasa seolah beliau sedang mengejeknya?
Dan benar saja, Pak Arga terlihat tertawa kecil, membuat Dinar sedikit kesal. "Nggak bisa dibayangkan, gimana kalau Vano tau, kalau istrinya udah tidur sama Bapaknya sendiri? Pasti sangat sulit untuk dipikirkan."
Deg!
Dinar begitu berdebar ketika Pak Arga mengatakannya. Dengan gugup, dia menatap Pak Arga, mulai membuka suara.
"Dinar mohon, Pak, jangan bilang sama Mas Vano tentang ini, Pak. Dia pasti bakal ngerasa hancur kalau denger semua ini." Takutnya.
"Tentu aja, siapa yang gak ngerasa hancur? Dengan mata berbinar dia minta saya buat meminang seorang perempuan dan itu kamu. Cinta pandangan pertama? Gelik kali, karna akan berakhir dari sebuah pengkhianatan."
"Nggak, Pak, aku gak bermaksud berkhianat! Bapak tau kan?
...BERSAMBUNG, ...
Gawat pasti kalau beneran ketahuan!😂
Dinar sll membayangkan sentuhan lembut pak arga sll memabukan dan sll ketagihan sentuhan mertuanya...
Pak arga sll memperlakukan dinar sangat so sweet dan romantis bingit dan sll nyaman berada di dekat pak arga....
lanjut thor..