"Bila aku diberi kesempatan kehidupan kembali, aku berjanji tidak akan mencintaimu, Damian. Akan ku kubur dalam-dalam perasaan menyakitkan ini. "
Pernikahannya sudah menginjak usia tiga tahun. Namun, cinta Damian tak bisa Helena dapatkan, tatapan dingin dan ucapan kasar selalu di dapatkannya. Helena berharap kehidupan pernikahannya akan terjalin dengan baik dengan adanya anak yang tengah di kandunginya.
Namun nasib buruk kembali menimpanya, saat tengah dalam perjalanan menuju kantor Damian untuk mengatakan kabar baik atas kehamilannya, kecelakaan masal tak terduga tiba-tiba menimpanya.
Mobil dikendarainya terpental jauh, darah berjejeran memenuhi tubuhnya. Badannya sakit remuk redam tak main, lebih lagi perutnya yang sakit tak tertolong.
Lebih dari itu, rasa sakit dihatinya lebih mendalam mendengar ucapan dan umpatan kasar Damian padanya saat Helena menelpon untuk meminta pertolongan pada Damian-suaminya.
"Mati saja kau, sialan! Dengan begitu hidupku akan terbebas dari benalu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sandri Ratuloly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
sepuluh
Damian melirik arloji yang bertengger apik di lengannya, melihat jam yang kini sudah menunjukkan pukul tujuh malam hari. Matanya menatap penuh keberadaan Helena yang tengah tertidur lelap di sofa.
Setelah menyelesaikan makan siang bersama, Helena membereskan bekal makan yang sudah kosong dan hendak keluar dari ruang kerja Damian untuk pulang kerumah. Tapi, Damian lagi lagi menahan lengan ramping itu saat melangkah pergi. Helena kesal tentu saja, kenapa Damian terus menahan tangannya saat dirinya ingin pulang.
Dengan seribu alasannya. Damian meminta Helena untuk duduk menunggunya selesai bekerja, Helena sontak menolak, orang gila mana yang mau duduk menunggu berjam jam hanya untuk menunggu Damian selesai bekerja? Tapi, dengan seribu alasan yang selalu meluncur keluar dari mulut Damian, membuat Helena lagi lagi dibuat mengalah.
Dia menunggu Damian, duduk di sofa sambil bermain ponselnya, walau mulutnya tertutup rapat tapi hatinya terus mendumel mem*ki Damian dengan sumpah serapah yang hanya bisa tertanam di hatinya saja. Mungkin karena lelah dan bosen menunggu, Helena tanpa sadar terlelap di sofa hingga langit yang tadinya menunjukkan sinar matahari panas yang menerang bumi, kini terganti dengan sinaran bulan yang menerangi kegelapan bumi.
Damian yang telah menyelesaikan pekerjaannya, beranjak dari duduknya menuju sofa– tempat Helena yang tenga tertidur dengan nyenyak.
"Kamu kalau tidur begini terlihat lebih cantik. " Damian duduk jongkok di bawah sofa tempat Helena tidur, menatap lambat wajah damai Helena yang tertidur, jari telunjuknya terangkat untuk mengelus pipi mulus Helena dengan hati-hati. "Kenapa sikap kamu akhir-akhir ini berubah, Helena? Aku tidak suka dengan sikap kamu yang suka membantah, dan menatap dengan tatapan tidak minat padaku. "
"Apa..... Perasaan suka kamu sudah hilang, padaku? " telunjuknya turun mengelus bibir tipis Helena yang tampak begitu menggoda berwarna pink muda. "Kalau aku kecup sedikit bibinya, dia tidak mungkin langsung bangun, kan? " gumamnya dalam hati, tidak hentinya terus mengelus bibir menggoda itu dengan sensual.
Membuat Helena yang tadinya tertidur lelap dengan nyenyaknya merasa terganggu. Badannya menggeliat pelan, bersiap untuk bangun. Damian sontak menghentikan kegiatannya, dia bangun dari posisi jongkoknya untuk berdiri tegap di depan Helena dengan kedua tangan yang melipat di atas dada. Wajahnya kembali di buat sedatar dan sedingin mungkin.
"Eughh, sudah jam berapa sekarang? " gumam Helena pelan, dia dengan badan yang terasa berat berusaha untuk duduk. Mengambil ponselnya yang tergeletak di samping tubuhnya.
"Jam tujuh malam, bangun! Kita pulang sekarang. "
Helena mengangkat sedikit kepalanya untuk menatap Damian yang ternyata tengah berdiri di hadapan nya. "Eum? Jam tujuh malam? Aku tertidur lama juga ternyata. "
"Kamu tertidur seperti kebo, di sofa saja kamu sudah begitu lelap tidurnya. Ayo bangun, kita pulang sekarang. " Damian melangkah menuju meja kerjanya, untuk mengambil tas berisi berkas berkas yang akan dia kerjakan kembali di rumah nanti.
"Gara-gara kamu yang menahan ku di sini, kalau saja aku pulang, aku bisa tidur dengan nyaman di kasurku. " gerutu Helena, kesal dengan ucapan Damian layangkan padanya. Itu sama saja dengan Damian menyamakan dirinya dengan hewan berbadan besar dan bau itu.
"Jangan mengomel, ayo kita pulang sekarang. Kita akan mampir sebentar di restoran untuk makan malam. " Damian menarik tangan Helena untuk dia genggam, keduanya melangkah keluar hingga mendapati keberadaan Niko yang berdiri kaku di luar ruangan kerja Damian.
"Kenapa berdiri di situ, Niko?" tanya Damian, menatap Niko yang masih senantiasa menunduk.
"Pak Damian, pulang mau saya yang antarkan? " tanya Niko sopan, karena kemarin dia yang menjemput dan mengantarkan Damian pulang. Mungkin saja hari ini dirinya juga ditugaskan untuk mengantarkan Damian pulang ke rumahnya.
"Tidak usah, saya malam ini mau bawa mobil sendiri. Tolong kamu siapkan mobil perusahaan. " pinta Damian yang di angguki Niko, laki-laki menjabat sebagai asisten Damian itu bergerak cepat untuk menyiapkan mobil seperti apa yang diperintahkan Damian.
"Kamu bisa menyetir? " tanya Helena, setelah Niko sudah pergi meninggalkan keduanya dengan langkah terburu-buru.
Damian menoleh, menaikkan sebelah alisnya dengan dahi mengerut. "Kamu meragukan aku? "
"Tidak, hanya saja. Aku tidak pernah melihat kamu menyetir mobil sendiri, pergi pulang kerja selalu di antar pak Tarno dan Niko. "
"Aku hanya malas menyetir, pak Tarno ku kerjakan memang untuk mengantarkan kemana pun aku pergi. Niko juga asisten pribadi ku, dia ku kerjakan untuk mengikuti apa yang aku perintahkan, gajinya sepandan dengan apa yang di kerjakannya. "
Helena berdecih, mendengar ucapan Damian yang terdengar begitu sombong di telinganya.
"Pak Damian. " suara Niko terdengar saat mendapati Damian dan Helena tiba di halaman depan perusahaan, mobil yang diperintahkan Damian, sudah dia sediakan. "Ini kunci mobilnya, seperti apa yang pak Damian perintahkan. " Niko menyerahkan kunci mobil pada Damian.
"Kerja bagus, Niko. Kamu saya kasih bonus nanti. "
Senyum Niko langsung merekah saat mendengar kata bonus, "Terimakasih banyak, pak Damian. " Niko membungkukkan badannya, kalau begini. Damian sebaiknya selalu dalam suasana hati yang bagus terus, biar Niko kecipratan dapat bonusnya, hehehehe.
"Kalau begitu saya pergi dulu, Niko. Kamu sebaiknya pulang juga, tidak perlu lembur. " Damian membuka pintu depan mobil, mempersilahkan Helena untuk masuk. Perlakuan kecil dilakukan Damian, malah tidak baik untuk jantung Helena yang mendadak berdetak begitu kencang.
"T-terimakasih."
"Hati-hati di jalan, pak Damian dan bu Helena. "
Helena menurunkan sedikit kaca mobil untuk berpamitan kepada Niko yang masih berdiri kaku di tempatnya. "Kami pamit duluan ya, Niko. "
Niko hanya mengangguk sebagai balasan, dia menundukkan sedikit badannya saat mobil dikendarai Damian sudah melaju meninggalkan perkarangan kantor.
"Menurutku, pak Damian. Memiliki rasa kepada bu Helena. " gumamnya sambil mengelus dagunya, sebagai pose berpikir. "Ah, apa ini di sebut karma? Setelah bu Helena tidak memperhatikan pak Damian lagi, pak Damian pasti merasa kehilangan! " dia menjentikkan jarinya dengan semangat dengan pikirannya sendiri.
"Hahaha, akhirnya si tukang marah-marah itu mendapatkan karmanya juga. " Niko tertawa jahat, ada sedikit terbesit dendamnya pada Damian karena suka seenaknya membuatnya lembur kerja.
Niko tidak membenci bosnya itu, hanya sedikit ada perasaan kesal saja. Itu umum untuk para pekerja sepertinya ini.
"Eh, tadi pak Damian memintaku untuk pulang dan tidak perlu lembur? Kekuatan seseorang yang tengah jatuh cinta memang sangat ajaib. "
••••••••
"Dalam rangka apa kamu mengajak ku makan malam begini? " tanya Helena penasaran, saat mobil yang dikendarai Damian berhenti di parkiran restoran mewah bintang lima. Keduanya keluar dari mobil, Helena menatap takjub dengan restoran mewah yang baru di datanginya.
"Memangnya tidak boleh aku mengajak kamu makan diluar begini? " Damian mengambil tangan Helena untuk menggandeng lengannya. Keduanya melangkah masuk ke dalam.
"Tumben saja, kamu seperti memiliki kepribadian dua. Yang kemarin seperti laki-laki dingin dan br*ngsek, dan sekarang seperti laki-laki aneh dan sok romantis. "
Damian berdecih, "Aku baru saja dengar, ada seorang istri yang berani mengatai suaminya sendiri dengan sebutan br*ngsek! Mulutmu akhir-akhir selalu berkata manis ya kepada ku, mau ku kasih hadiah karena sudah berucap kata kata begitu MANIS padaku? Mengesankan sekali, Helena." Damian menaik turunkan alisnya dengan matanya yang menatap tajam pada Helena.
"Tidak perlu! " Helena membuang asal pandangannya, tidak berani untuk menatap mata tajam Damian seolah mengancamnya.
Damian mengelus pinggang Helena dengan sensual membuat sang empunya menegangkan tubuhnya, kaget atas perbuatan Damian yang tiba-tiba. "Aku lebih suka istri yang manis dan penurut. " Damian menarik tubuh Helena agar semakin merapat padanya, "Di mana sikap mu yang manis dan penurut itu? Selepas aku pulang dari perjalanan bisnis beberapa hari yang lalu, kamu terlihat begitu acuh dan tidak peduli dengan kehadiran aku sekarang. "
"Apa ini semua hanya trik dari kamu untuk menarik perhatian, aku? " Damian menatap gantian pada kedua bola mata Helena dengan jarak yang dekat.
Helena berusaha lepas dari kungkungan Damian, yang memeluk erat pinggangnya. Namun usahanya hanya sia-sia saja, Damian malah semakin mengeratkan pelukan pada pinggangnya. "Dengar ini dengan baik baik, Damian. Seseorang akan lelah juga bila perjuangannya selama ini di acuh kan."
"Menurut kamu, apa aku tidak lelah dengan semua penolakan kamu selama ini? Aku sebagai seorang wanita seperti tidak memiliki harga diri lagi, hanya karena terus mencoba menarik perhatian kamu– perhatian dari suami ku sendiri. Aku selalu berupaya untuk mempertahankan pernikahan di ambang kehancuran ini, tapi kamu? Kamu terus menjauh, dan semakin menghancurkan pernikahan kita yang selama ini aku bangun agar tidak tumbang. "
"Dan sekarang, aku lelah. Aku menyerah Damian, terserah kamu ingin membawa kemana hubungan pernikahan kita, kalau kamu ingin bercerai–
–Aku bersedia sekarang. "
•
•
•
semangat 💪💪💪