Tahu masa lalunya yang sangat menyakitkan hati satu minggu sebelum hari pernikahan. Sayang, Zoya tetap tidak bisa mundur dari pernikahan tersebut walau batinnya menolak dengan keras.
"Tapi dia sudah punya anak dengan wanita lain walau tidak menikah, papa." Zoyana berucap sambil terisak.
"Apa salahnya, Aya! Masa lalu adalah masa lalu. Dan lagi, masih banyak gadis yang menikah dengan duda."
Zoya hanya ingin dimengerti apa yang saat ini hatinya sedang rasa, dan apa pula yang sedang ia takutkan. Tapi keluarganya, sama sekali tidak berpikiran yang sama. Akankah pernikahan itu bisa bertahan? Atau, pernikahan ini malahan akan hancur karena masa lalu sang suami? Yuk! Baca sampai akhir.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
*Episode 22
Saat keduanya masih berada di depan pintu utama dari rumah tersebut, si bibi malah langsung menghampiri keduanya. Dengan senyum manis yang selalu terlihat, si bibi memberikan sebutan pada kedua majikannya itu.
"Sudah pulang, Den Arya?"
"Bagaimana acara akhir pekannya? Menyenangkan 'kan yah?"
"Nggak, Bi. Membosankan." Zoya menjawab dengan nada ketus. Setelahnya, dia kembali beranjak. "Aku mau langsung ke kamar, Bi. Capek."
Senyum si bibi langsung menghilang. Sontak, pandangan mata yang meminta penjelasan langsung terlihat di depan mata Arya.
"Den."
"Sedikit masalah, Bi."
"Ah, apa ada yang datang sebelum kami pulang?"
"Ha, ada, Den. Mereka bawa makanan cukup banyak. Makananya sudah bibi sediakan di atas meja."
"Ah, syukurlah."
Gegas Arya berjalan dengan langkah besar untuk mengejar Zoya. Setelah berhasil, dia raih tangan Zoya dengan cepat.
"Makan dulu, Aya. Setelahnya, baru istirahat yah."
Mata kesal yang Zoya perlihatkan tidak sedikitpin mengganggu perasaan Arya. Sebaliknya, senyum manis dia lontarkan sambil memperlihatkan mata penuh harap agar Zoya mendengarkan apa yang dia katakan.
"Aku tidak lapar."
"Tapi kamu harus tetap makan. Aku sudah pesanan makanan kesukaan kamu, tau? Ayolah! Makan walau sedikit saja, Aya."
Terkesan sedikit memaksa. Tapi jika itu untuk urusan kesehatan Zoya, Arya akan terlihat seperti ini. Seperti pria yang sangat egois. Yang selalu ingin apapun yang dia katakan dituruti. Tapi, Zoya cukup maklum. Dia juga bisa merasakan kalau Arya berbuat seperti itu hanya karena punya rasa perhatian yang cukup besar untuknya.
Dan akhirnya, dia akan memilih untuk menyerah. "Baiklah."
Senyum lebar langsung terlihat kembali.
"Ayo!"
....
Arya sedang terlihat sangat gelisah. Sudah beberapa kali dia berjalan mondar-mandir di depan jendela kamar nya. Kejadian tadi siang sangat mengganggu. Dai yakin, kalau Kinan tidak akan pernah bisa menerima penjelasannya. Sekalipun dia jelaskan secara baik-baik. Kinan tetap tidak akan mau mendengarkan penjelasan itu.
"Sial! Kalau begini terus, hubungan antara aku dengan Zoya akan terus ada dalam kekacauanan. Karena pokok dari permasalahan rusaknya hubungan antara aku dengan Zoya adalah Kinan."
Arya semakin kesal. Dia hempaskan bokongnya di atas ranjang. Lalu, dia acak rambutnya dengan kedua tangan.
"Agh! Apa yang harus aku lakukan sih sebenarnya? Baru juga mau baik ini hubungan antara aku dengan Zoya. Eh ... Kinan malah kembali muncul."
Arya pun langsung melemparkan tubuhnya di atas ranjang. Menatap langit-langit dengan pikiran yang dipenuhi dengan banyaknya pemikiran juga pertanyaan.
"Tuhan ... aku harus apa?"
Sementara itu, di kamar sebelah. Zoya juga sedang ada dalam suasana hati yang tidak baik. Mulai dari pikiran ketika bertemu Gilang, lalu di tambah dengan pikiran saat bertemu Kinan. Perasaanya semakin kacau saja sekarang.
"Kenapa begini?"
"Aku harus apa sekarang?"
"Kinan. Masa lalunya mas Arya."
"Masa lalu yang datang dengan membawa buah cinta. Tidak! Mas Arya punya buah cinta yang cepat atau lambat akan mengubah hubungan antara dia dengan Kinan jadi lebih baik."
Hati Zoya semakin gundah. Sebenarnya, dia sangat tidak ingin memikirkan hal tersebut. Dia ingin mengabaikan semuanya. Dia ingin bersikap seolah dirinya tidak peduli dengan masa lalu Arya. Dia ingin bersikap seolah dirinya sama sekali tidak merasa terusik dengan kehadiran Kinan. Tapi nyatanya, tidak. Dia sangat amat terusik dengan semua itu. Bahkan, masa lalu Arya sangat-sangat mengganggu pikiran Zoya. Merusak perasaan. Sekuat apapun dia berusaha, dia tetap kalah dengan perasaannya yang sangat peduli dengan masa lalu dari suaminya itu.
Zoya menyembunyikan wajahnya di balik bantal. "Tuhan, jangan buat aku terus memikirkan masalah ini. Aku tidak ingin."
"Tolong, buat aku memgabaikan apa yang saat ini sedang hatiku rasa. Aku ingin melupakannya. Aku tidak ingin memikirkannya. Tolonglah .... " Rintih Zoya dengan suara pelan.
Lalu, bunyi sering ponsel seketika terdengar. Saat itu, perhatiannya sedikit teralihkan. Namun, tidak sepenuhnya bisa melupakan apa yang saat ini sedang hatinya rasa. Maklum, hati itu adalah hal yang sulit untuk kita atur. Sekalinya memiliki masalah, sangat sulit untuk diabaikan walau kita sangat ingin mengabaikannya.
.....
Beberapa hari kemudian, setelah kejadian di akhir pekan, suasana di rumah Zoya terasa tidak baik-baik saja. Jauh lebih buruk dari saat pertama kali pindah. Zoya yang biasanya mengabaikan Arya, kini berusaha menghindar dengan segala cara.
Hal tersebut semakin membuat hati Arya merasa cemas. Usahanya yang sudah sedikit membuahkan hasil waktu itu, sekarang malah terlihat sia-sia. Meskipun dia terus berusaha, tapi itu semakin terasa tidak akan ada hasilnya.
Karena urusan rumah tangga yang tidak baik-baik saja. Arya sampai membawa pikiran itu di tempat kerja. Selama di restoran, pria itu hanya diam sambil melamun. Panggilan dari pegawai hotel juga ia abaikan.
"Pilih hari lain saja untuk bertemu denganku, aku sedang tidak enak badan," ucap Arya pada manajer hotel di saat manajer itu menghubungi tadi pagi. Padahal, jadwalnya hari ini adalah bertemu dengan orang penting untuk kemajuan bisnis yang sedang dia pegang.
Karena masalah hati, dia malah tanpa pikir panjang mengambil resiko kehilangan orang penting untuk bisnisnya. Arya benar-benar lebih mementingkan hati dari pada kelanjutan bisnis yang sedang dia pegang.
Karena Arya yang terus termenung, Seno memberanikan diri untuk maju buat mengajak bos nya itu bicara.
"Mas Arya kenapa sih? Sepertinya, sedang ada masalah berat ya sekarang."
Arya langsung tersadar.
"Seno."
"Hm. Ya, begitulah."
"Aku punya sedikit masalah serius."
Karena Seno sudah dia anggap sebagai teman dekat walau usianya lebih muda dari dirinya, Arya pun tanpa ragu bercerita secara ngambang pada Seno. Tanggapan Seno pun cukup mengesankan. Meski usianya masih muda, tapi pemikirannya cukup jernih. Jika tidak, bagaimana dirinya yang cukup muda itu bisa diangkat jadi manajer restoran oleh Arya?
"Kalau menurut pendapat saya, Mas. Apa tidak sebaiknya mas jelaskan pada orang itu kalau mas dan dia tidak mungkin lagi untuk bersama."
"Sudah, Seno. Aku sudah jelaskan. Tapi orangnya ... ah, sangat keras kepala dan tidak mau memahami apa yang aku katakan. Ah, mungkin, dia juga tidak paham bahasa manusia kali yah."
Penjelasan Arya membuat Seno berpikir sejenak. Lalu, beberapa detik kemudian, pria itu angkat bicara kembali.
"Bagaimana kalau mas tanyakan apa yang dia inginkan dari mas Arya? Lalu, Mas Arya bilang kalau kalian memang tidak lagi mungkin untuk berjalan di jalan yang sama seperti dulu lagi. Setelahnya, Mas katakan apa yang bisa mas tukar agar dia bisa menjauh dari mas."
Singkatnya, Seno mengatakan kalau Arya harus bertanya pada Kinan, apa yang harus Arya lakukan agar Kinan tidak lagi mengganggu kehidupan Arya sekarang. Karena mereka memang benar-benar tidak mungkin lagi untuk bersama.
lanjut kak...
semngat....
sdah mampir...
semoga seru alur critanya...
semngat kak ...