NovelToon NovelToon
Against All Odds

Against All Odds

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / Mengubah Takdir / Anak Lelaki/Pria Miskin / Romansa / Menjadi Pengusaha
Popularitas:576
Nilai: 5
Nama Author: D.harris

Bian, seorang pria berusia 30-an yang pernah terpuruk karena PHK dan kesulitan hidup, bangkit dari keterpurukan dengan menjadi konten kreator kuliner. kerja kerasnya berbuah kesuksesan dan jadi terkenal. namun, bian kehilangan orang-orang yang di cintainya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D.harris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kesalahan yang membebani

Suatu hari Bian duduk di ruang kerjanya dengan wajah penuh tekanan. Baru saja ia mendapatkan kabar bahwa investasi yang dijanjikan memberikan keuntungan besar ternyata hanya tipu-tipu. Uang yang ia masukkan, sejumlah ratusan juta, lenyap begitu saja.

"Kenapa bisa seceroboh ini?" gumamnya sambil memegangi kepala.

Rissa, yang memperhatikan dari jauh, mulai khawatir. "mas, ada apa? Kamu kelihatan nggak tenang sejak tadi," tanyanya lembut sambil meletakkan cangkir kopi di meja.

Bian mendesah panjang. "Aku... aku kena tipu, Ris. Semua uang yang aku tanam di investasi itu hilang. Kita rugi besar."

Mata Rissa melebar. "Kena tipu? Maksudmu, semua uangnya habis?"

"Iya! Habis tanpa sisa!" suara Bian meninggi, lebih karena rasa frustrasi daripada marah pada Rissa.

Rissa mencoba menenangkan. "mas, kita bisa cari jalan keluar. Jangan langsung menyerah."

"Jangan menyerah? Kamu pikir semudah itu? Uang sebanyak itu nggak bisa diganti dalam semalam, Rissa!" bentak Bian, membuat Rissa mundur beberapa langkah dengan ekspresi terluka.

Sejak kejadian itu, Bian berubah menjadi lebih pemarah. Rasa bersalah karena kehilangan uang membuatnya semakin sulit mengendalikan emosinya. Bahkan Sabda, yang biasanya menjadi penyemangat Bian, ikut terkena dampaknya.

Sore itu, Sabda yang baru pulang sekolah mendekati Bian yang sedang duduk di ruang tamu. "Pah, aku dapat nilai bagus di ulangan matematika!" katanya dengan penuh semangat sambil menunjukkan kertas ujiannya.

Namun, Bian yang masih tenggelam dalam pikirannya hanya mengangkat pandangan sekilas. "Iya, bagus," jawabnya dingin.

Sabda terlihat kecewa, tapi ia mencoba lagi. "papa, aku juga mau cerita tentang teman baruku di sekolah..."

"Sabda, nanti saja, papa lagi sibuk!" potong Bian dengan nada tinggi.

Mata Sabda mulai berkaca-kaca. "Tapi papa selalu sibuk..." gumamnya pelan sebelum berlari ke kamarnya.

Rissa, yang mendengar semua itu dari dapur, segera menghampiri Bian. "mas, kamu nggak bisa begini. Sabda cuma mau perhatian dari kamu."

"Aku nggak punya waktu buat itu sekarang, Rissa!" kata Bian dengan nada tajam.

"Dan kamu pikir menyakiti hati anakmu akan menyelesaikan masalah? Dia cuma anak kecil, mas!" balas Rissa, suaranya bergetar antara marah dan sedih.

Bian terdiam, rasa bersalah mulai merayap masuk. Namun, rasa frustrasi masih terlalu besar untuk diungkapkan dengan benar. Ia memilih pergi ke kamarnya tanpa berkata apa-apa, meninggalkan Rissa dengan hati yang berat.

Di dalam kamar, Bian duduk sendirian, memandangi foto keluarga mereka. Ia tahu ia telah membuat kesalahan besar, bukan hanya dengan kehilangan uang, tapi juga dengan cara ia memperlakukan orang-orang yang paling ia sayangi. Namun, ia belum tahu bagaimana cara memperbaikinya.

......................

Malam itu, setelah semua keheningan menyelimuti rumah, Bian duduk di ruang tamu sambil memandangi foto keluarganya. Foto itu memperlihatkan dirinya, Rissa, dan Sabda dengan senyum lebar di depan kedai kopi mereka. Kenangan manis itu tiba-tiba terasa jauh dari kehidupan sekarang.

Bian menghela napas panjang, memikirkan kesalahannya. Ia sadar, selama ini terlalu fokus mengejar materi dan memperbaiki kerugian hingga melupakan apa yang benar-benar penting—keluarganya.

Esok paginya, Bian akhirnya memutuskan untuk berbicara dengan Fendi. Setelah beberapa panggilan, akhirnya Fendi menjawab.

“Fen, gue butuh bantuan lo,” kata Bian, suaranya terdengar berat.

“kenapa yan? Ngomong aja, kalo gue sanggup, gue bantu" jawab Fendi dengan nada bersahabat.

Bian menjelaskan semua yang terjadi, dari kesalahan investasinya hingga dampak yang ia rasakan terhadap keluarganya. Fendi mendengarkan dengan sabar.

“Bro, tenang aja, lo tau kan gue selalu ada buat bantu lo. gue bisa pinjamkan uang untuk membantu lo bangkit lagi, tapi, lo perlu ingat satu hal,” ujar Fendi.

“Apa itu?”

“Jangan sampai fokus mengejar uang membuat lo lupa kenapa kamu mulai semuanya dari awal. lo pernah bilang bahwa keluarga adalah alasan kamu bangkit dari keterpurukan dulu. Jangan sia-siakan mereka lagi, yan”

Kata-kata Fendi menggugah hati Bian. Ia merasa bersyukur memiliki sahabat yang selalu mendukungnya.

1
Girl lạnh lùng
Thor, jangan bikin pembaca gatal gatel nunggu update ya!
Fiqri Skuy Skuy
Pesan moralnya sangat berbekas di hati. 🤗
Khansa_nana_jennie22
Penulisnya punya keahlian khusus dalam menciptakan atmosfir.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!