Follow ig author yuk🙌🏻 @hhnsaaa_
___
Dijodohkan memang tidak enak, maka dari itu Bella memilih jalan nya sendiri, dan untung nya Gevano menerima kenyataan itu dan memilih membantu Bella untuk menikah dengan lelaki pilihan nya.
Saat usai menikahkan Bella dengan lelaki yang di mau nya, Gevano pun mendapat keberuntungan yang begitu berharga dan sangat bernilai. Andina Putri.
Wanita 22 tahun, yang menjadi pelampiasan lelaki pilihan Bella, memilih untuk pasrah dan menerima takdir nya yang ditinggal pergi.
Tetapi tak berselang lama, datang bak pangeran berkuda, Gevano melamar nya.
Akankah mereka hidup bahagia? Sanggup kah Gevano dengan tingkah laku Andin yang begitu di luar kepala?
___
Cerita ini berdasarkan khayalan author semata jadi jangan baca deskripsi, cukup baca tiap bab dan jangan lupa tinggalin jejak berupa like & komen.
Mohon pengertiannya ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hanisanisa_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Andin sesekali mengintip Gevano dan Bapak nya yang duduk di teras mengobrol bersama.
"Mereka lagi ngomongin apa ya? Kok aku jadi penasaran gini sih" gumam Andin sembari mengaduk-aduk teh yang dia buat.
"Jangan-jangan ngomongin si cantik manis lucu anggun dan tidak sombong ini lagi" monolog Andin dengan embelan pujian untuk diri nya sendiri.
Andin pun senyum-senyum sendiri hingga tak sadar memasukkan gula lebih dari perkiraan.
"Eh? Astaga sampai lupa nuang gula sebanyak apa ya tadi" ucap Andin panik akibat ulah nya sendiri.
"Aduh mau nyoba tapi lupa ngga suka teh" seru Andin semakin bingung.
"Panggil Bapak aja kali ya buat nyuruh rasa" ujar Andin memberi usulan pada diri nya sendiri.
Andin melangkah dengan terburu-buru hingga tak melihat ke arah depan.
Bruk
Andin langsung menutup mata dan sudah siap membenturkan tubuh bagian belakang nya ke lantai.
Tapi.. Kok sampai beberapa detik Andin merasa tubuh nya melayang ya?
"Kok ngga gedubrak ya?" gumam Andin perlahan membuka mata nya.
Deg
Terlihat Gevano ada di hadapan nya menatap nya intens. Posisi mereka bahkan dekat, sangat dekat.
"Maaf" ujar Gevano ketika sadar dan langsung menarik Andin untuk berdiri tegak.
Andin gelagapan dan merasa canggung hingga tak bisa di tutupi lagi.
"Ma-mau ngapain?" tanya Andin gugup tapi mencoba di sembunyikan nya.
"Numpang ke toilet boleh? Kebelet soalnya" jawab Gevano ingat tujuan nya masuk ke dalam rumah Andin.
"Oh boleh, ada di belakang sana" balas Andin memberi petunjuk ke arah belakang nya.
"Oke.. Nanti biar aku yang cobain teh nya" ucap Gevano sembari melirik teko berisi teh yang tadi membuat Andin panik.
Andin melongo dan mencerna baik-baik maksud Gevano yang seperti menawarkan diri untuk mencoba teh itu.
Tak lama Gevano kembali dan langsung menghampiri Andin.
"Permisi ya" ucap Gevano sembari melewati Andin untuk mengambil gelas.
Andin hanya diam melongo memperhatikan pergerakan Gevano.
Saat Gevano menuangkan teh itu sedikit demi sedikit, Andin sempat mengedipkan mata beberapa kali mengira ini hanyalah mimpi.
Gevano segera meminum teh yang dia tuang sedikit ke gelas. Dan mengecap rasa teh itu yang sangat-sangat manis.
"Enak.. Tapi harus di tambah air lebih banyak lagi" ucap Gevano dengan tersenyum tipis menatap Andin.
"Aku temui Bapak mu dulu ya" pamit Gevano sembari mengelus rambut Andin dengan lembut.
Andin lagi-lagi tak berkutik, dia seperti orang linglung yang mendapat uang kaget.
Bahkan Andin lupa harus menambahkan air seperti yang di bilang Gevano tadi.
"Ini Pak.." ucap Andin hendak berbalik masuk ke dalam rumah, dia malu semalu-malu nya bertemu Gevano.
"Eh tunggu dulu Nak, kamu kenapa mau masuk? Kenapa nggak nemenin kami disini mengobrol?" tanya Bapak Raka menahan pergerakan Andin.
Andin segera duduk di samping Bapak nya dengan kepala menunduk tak berani menatap Gevano.
Bapak Raka pun menuangkan teh manis itu ke gelas nya dan segera ia minum perlahan.
Dengan alis menekuk ia menatap anak nya yang sejak tadi menunduk.
"Kamu mau nikah?" tanya Bapak Raka tiba-tiba membuat Andin mendongak kaget.
"Kok Bapak tiba-tiba nanya gitu sih ke Andin? Andin salah apa sampai mau Bapak jual Andin?" balas Andin dengan bibir melengkung ke bawah.
Bapak Raka mengernyit. "Mana ada jual kamu, kan Bapak cuma tanya aja kamu mau nikah kah?" ucap Bapak Raka lagi.
"Andin nggak tau, belum nemu yang pas. Tumbenan Bapak tanya begitu" balas Andin kembali menunduk.
"Ini loh teh nya manis banget, kayak orang mau nikah aja" ucap Bapak Raka menjelaskan maksud dia menanyakan itu pada Andin.
"Hah?" cengo Andin segera melirik Gevano yang sejak tadi menatap nya juga.
"Nggak kamu tambah air ya?" tanya Gevano menebak gelagat Andin. Andin langsung menepuk kening nya.
"Aduh Pak. Maaf-maaf, Andin bikinkan ulang aja deh" seru Andin tanpa sadar pipi nya mengeluarkan semburat merah.
"Nggak usah Ndin, bawa air putih aja seteko. Biar di atur di sini" balas Bapak Raka membuat Andin sigap bangun mengambil teko berisi air putih.
Tak lama Andin kembali membawa teko, dan duduk di samping Bapak Raka lagi.
"Kamu kenapa jadi orang linglung gitu? Malu?" tanya Bapak Raka, dia seperti peka terhadap sikap Andin.
"Hah? Nggak kok Pak" elak Andin menatap ke sembarang arah.
"Jangan bohong kamu Ndin. Bapak udah tinggal sama kamu 22 tahun" ucap Bapak Raka tak bisa membuat Andin mengelak lagi.
Gevano terkekeh melihat Andin yang malu-malu.
"Jadi gimana Pak?" tanya Gevano mengalihkan pembicaraan.
Bapak Raka melirik Gevano sekilas kemudian melirik Andin lagi yang penasaran.
"Saya ikut yang bersangkutan aja, kalau dia terima ya saya bisa apa?" jawab Bapak Raka dengan ambigu di telinga Andin.
"Andin harus ngapain sih Pak? Nerima apa coba" tanya Andin dengan pelan berharap Gevano tak mendengar nya.
"Kamu di lamar" jawab Bapak Raka tak memelankan suara nya. Dia bahkan mengeraskan suara nya hingga tetangga yang sedang lewat menoleh.
Andin terhenyak segera bangkit dari duduk nya. "Siapa?" tanya Andin melirik Gevano curiga.
Gevano mengangguk seakan tau arti tatapan Andin yang tertuju pada nya.
"Hah? Kenapa harus aku yang di lamar?" tanya Andin dengan ada protes.
"Terus kamu nya siapa yang di lamar? Bapak? Rusak sudah rusak" sahut Bapak Raka membuat Andin melirik Bapak nya cengo.
Andin tak bisa berkata-kata lagi, apakah secepat itu laki-laki di hadapan nya ini melamar nya?
Bahkan langsung berhadapan dengan Bapak nya. Oh nooooo..