NovelToon NovelToon
Belenggu Masa Lalu

Belenggu Masa Lalu

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Angst / Penyesalan Suami / Trauma masa lalu
Popularitas:14.8k
Nilai: 5
Nama Author: Gresya Salsabila

Lintang Ayu Sasmita merasa terguncang saat dokter mengatakan bahwa kandungannya kering dan akan sulit memiliki anak. Kejadian sepuluh tahun silam kembali menghantui, menghukum dan menghakimi. Sampai hati retak, hancur tak berbentuk, dan bahkan berserak.

Lintang kembali didekap erat oleh keputusasaan. Luka lama yang dipendam, detik itu meledak ibarat gunung yang memuntahkan lavanya.
Mulut-mulut keji lagi-lagi mencaci. Hanya sang suami, Pandu Bimantara, yang setia menjadi pendengar tanpa tapi. Namun, Lintang justru memilih pergi. Sebingkai kisah indah ia semat rapi dalam bilik hati, sampai mati.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gresya Salsabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kita Cerai!

Setelah berdebat lama dengan batinnya sendiri, malam itu Wenda memutuskan untuk mampir ke rumah Pandu dan Lintang. Dia ingin melihat keadaan menantunya, pun keadaan anaknya sendiri.

Namun, Wenda tak langsung ke sana. Ia terlebih dahulu membeli dua porsi martabak manis, entah dorongan dari mana hingga dia rela mengantre dan mengeluarkan uang untuk sesuatu yang mungkin akan dimakan Lintang.

"Semoga baik-baik saja."

Satu kalimat yang sudah berkali-kali Wenda ucapkan. Hampir sepanjang perjalanan sebelum ke rumah Pandu. Entah pada siapa harapan itu ia tujukan; Lintang, Pandu, atau keduanya.

Sampai mobil berhenti di halaman rumah Pandu, pikiran Wenda masih kacau. Lantas sambil berulang kali menarik napas panjang, ia pun turun dari mobil dan berjalan menuju pintu yang sudah menutup rapat.

"Pandu! Pandu!" teriak Wenda sambil mengetuk pintu, agak keras. Namun, tak ada sahutan dari dalam. Bahkan, sampai ia mengulang ketiga kalinya.

Akhirnya, Wenda mencoba membuka pintu tersebut dari luar. Untungnya berhasil. Mungkin, tadi Pandu belum sempat menguncinya.

"Pandu! Lintang!"

Wenda kembali memanggil anak dan menantunya, sembari berjalan masuk menuju ruang keluarga.

Akan tetapi, belum sempat tiba di sana, Wenda sudah menghentikan langkahnya, tepat di depan kamar Pandu dan Lintang.

Pintu kamar itu sedikit terbuka dan samar-samar Wenda mendengar suara Pandu. Entah apa yang dikatakan, suaranya sangat pelan, Wenda tidak bisa mendengarnya dengan jelas.

Demi menyudahi kekacauan hati, dengan pelan Wenda mendorong pintu tersebut. Lantas, tubuhnya terpaku saat mendapati menantunya dalam kondisi yang memprihatinkan.

Lintang tidak menangis kala itu. Namun, dia duduk di ranjang, membungkuk sambil memeluk lutut. Tatapannya kosong dan tubuhnya gemetaran, seperti orang yang menggigil kedinginan.

"Mama," sapa Pandu. Ia menyadari kedatangan Wenda sebelum wanita itu mengeluarkan suara.

"Lintang kenapa?" tanya Wenda sambil melangkah mendekat.

Namun, Pandu justru beranjak dari sisi Lintang dan berjalan keluar kamar. Mau tidak mau, Wenda pun mengikutinya, berjalan ke arah pintu lagi dan berdiri di sana.

"Dia hancur banget, Ma. Barusan aku sudah membantunya minum obat, tapi ... mungkin belum bekerja. Bu Ratna, psikiaternya, masih di luar kota. Baru besok pagi pulangnya," ujar Pandu, menjelaskan kondisi Lintang yang sangat kacau.

Sejak keluar dari rumah Ningrum tadi Lintang sudah seperti itu. Tatapannya kosong. Tidak menangis, tidak bicara, juga tidak merespon apa pun. Bahkan, Pandu sudah mencoba mengguncang tubuhnya dan mengajaknya bicara banyak. Akan tetapi, Lintang hanya diam. Barusan saja, ketika minum obat, Lintang juga tak kunjung menelan. Setelah Pandu membantunya mendongak, barulah obat itu masuk ke tenggorokannya.

"Aku nggak bisa bayangin sebesar apa sakit yang dirasakan Lintang, Ma, saat dia tahu kalau ibunya dulu selingkuh. Dan dia dibenci karena hasil dari perselingkuhan itu," sambung Pandu.

Wenda masih diam, sekadar menatap Lintang yang menyerupai patung hidup.

"Dia juga pasti malu. Karena tadi, secara nggak sadar sudah membeberkan masa lalunya dengan gamblang. Padahal, selama ini Lintang selalu menutupinya. Bahkan, padaku sekalipun. Belum lama ini, Ma, Lintang baru mau jujur kalau dia pernah dilecehkan, kemudian aborsi dan punya ketergantungan pada obat tidur. Dan ... baru malam ini juga aku tahu kalau ternyata dalang di balik semua itu adalah kakak-kakaknya sendiri. Sebelumnya Lintang nggak mau ngaku, Ma. Dia hanya bilang kalau orang-orang yang pernah menyentuhnya itu udah meninggal. Tapi, aku juga nggak nyangka kalau salah satunya adalah ayahnya Mbak Rayana."

Pandu kembali bercerita. Suaranya pelan, seakan takut Lintang akan mendengarnya. Walaupun sebenarnya dia tahu Lintang sedang kosong, tak akan menangkap perbincangan apa pun.

"Mama juga nggak habis pikir, kok ada saudara kayak mereka. Ya meskipun Lintang bukan anak bapak mereka, tapi mereka satu rahim loh. Kok tega gitu loh," jawab Wenda, juga dengan suara pelan.

"Mungkin benar dugaan Bu Ratna kalau mereka itu mengidap NPD. Tapi, apa pun itu, aku nggak terima, Ma. Secepatnya aku akan mencari pengacara dan membuka kasus ini lagi. Mbak Tari dan Mas Albi harus dipenjara, Ma. Lintang harus mendapatkan keadilan," ujar Pandu. Meski suaranya pelan, tetapi tangannya mengepal dengan kuat. Bukti emosi yang sudah merajai hati.

"Tapi, kasus ini sudah lama, Pandu. Pelaku-pelakunya sudah meninggal, dan kondisi Lintang juga seperti itu. Apa bisa? Mama bukannya nggak mendukung kamu, tapi ... Mama nggak yakin saja. Tanpa bukti, tanpa saksi. Meskipun ini tadi banyak yang mendengar pertengkaran mereka, tapi dari pihak Tari dan Albi nggak ada mengakui perbuatan itu. Kalaupun ada yang siap jadi saksi, bukti ini belum kuat, Pandu."

Pandu mengembuskan napas kasar. "Aku mengerti, Ma. Aku akan berusaha mencari bukti lain yang bisa menjebloskan mereka ke penjara. Kalau memang bukti itu nggak bisa kudapatkan, dan hukum nggak bisa menjerat mereka, aku sendiri yang akan membuat keadilan, Ma."

"Apa maksudmu, Pandu?"

"Aku akan membuat mereka merasakan apa yang dirasakan Lintang," jawab Pandu.

Wenda kesulitan menelan ludah, menatap anaknya yang memicingkan mata sambil menggertakkan gigi. Dari raut wajah itu, Wenda menangkap sebuah tekad yang kuat. Tekad yang mungkin akan mendorong Pandu untuk melakukan sesuatu yang di luar jalur. Anehnya, mulut Wenda enggan terbuka. Padahal, dia sangat ingin mencegah niat buruk anaknya.

_______

Kue ulang tahun yang besar dan manis, dekorasi ruangan yang manis, menjadi saksi bisu keretakan di dalam keluarga Ningrum.

Pasca kekacauan tadi, Ningrum terus menangis karena anak-anaknya enggan memberi penjelasan yang lebih, malah mereka masuk ke kamar masing-masing dengan raut masam.

Utari dan Benny mengeluhkan gagalnya acara yang sudah dirancang matang, lagi-lagi merutuki Lintang yang dianggap sebagai biang kekacauan itu.

Sementara Albi dan Rayana, terlibat obrolan serius. Rayana terus menanyakan kebenaran ucapan Lintang beberapa waktu yang lalu.

"Mas, jawab aku! Apa benar Lintang pernah dilecehkan Ayah?"

Namun, untuk kesekian kalinya pula Albi berkilah, "Nggak, Sayang. Aku harus ngomong berapa kali kalau Lintang itu bohong. Dia hanya mencari alasan untuk menutupi perbuatan buruknya. Kamu jangan terpengaruh dengan ucapan Lintang."

"Tapi, aku tadi juga ada di sana, Mas. Aku bisa melihat raut wajah Lintang, raut wajah Utari, dan juga raut wajahmu, Mas. Aku bisa membaca kegusaran kalian ketika Lintang meluapkan pengakuannya."

Albi terdiam, hanya matanya yang mengerjap cepat.

"Tadi kamu juga mengaku kalau Lintang bukan adikmu, Mas, dan Utari seperti terus mengingatkanmu agar tidak mengatakan itu. Mas, kalau yang dikatakan Lintang itu bukan kebenaran, lalu kenapa sikap kalian kayak gitu?" desak Rayana.

Tidak sia-sia. Akhirnya, Albi mengaku juga.

"Iya, Lintang memang dilecehkan. Ayahmu terlibat, aku dan Tari juga terlibat. Puas kamu, Sayang!" Albi menjawab dengan setengah menggeram. Benci sendiri rasanya karena Rayana terus mendesak dan tak goyah dengan alasan yang ia utarakan.

"Kenapa kamu setega itu, Mas? Lintang adalah adikmu. Ayah waktu itu juga punya istri, ibuku masih sehat, Mas."

"Ibuku juga tega dengan Bapak. Kehadiran Lintang pasti melukai Bapak. Dan untuk Ayah, itu bukan inginku. Ayah sendiri yang mau. Aku kan juga nggak tahu gimana hubungan orang tuamu, Sayang, dan aku juga nggak berani ikut campur. Jadi, saat Ayah menginginkan Lintang, ya aku nggak pikir panjang. Aku—"

"Kita cerai, Mas!" potong Rayana, tanpa menunggu Albi menyelesaikan ucapannya.

Bersambung...

1
ken darsihk
sebaik nya nggak usah di buka kan pintu nya Lintang , biar kan saja mereka menunggu sampai suami dan ibu mertua mu datang
Takut nya kamu tidak bisa menanggapi ucapan 2 dari mereka Beny dan ibu mu
Uba Muhammad Al-varo
semoga aja tidak terjadi apa2 sama Lintang, tenangkan dulu hatimu Lintang, berpikirlah dengan baik, jangan gegabah dalam melangkah
Susanti
gawat ini
Apriyanti
jgn di bukain Lintang biarin nungguin suami dan mertua kamu pulang aja,, demi keselamatan kamu
Aditya HP/bunda lia
da kamu mah Lintang udah mnding gak usah bukain pintunya mnding langsung tlp Pandu ajah
BundaneAyaFitri
jangan dulu bukain pintu,tp telpon mas pandu segera lintang 😭😭,ini ibu durhaka mau ngapain lg sih, palingan mau nyuruh lintang buat ngebujuk pandu biar mencabut tuntutan utk 2 kakaknya....😡😡😡, seharusnya sebagai ibu yg bijak, biarkan sj mereka menerima hukuman sesuai kejahatan mereka, biarpun yg mereka jahati sodara sendiri tetapi coba pikirkan jg perasaan lintang dong buk,masa anak yg sdh jelas bersalah mau dibelain, gimana ga semakin hancur perasaan lintang, 😭😭..... next lah Thor,yg banyak ya 👍👍😂
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
gak usah dibuka pintunya lintang. tunggu pandu datang aja
Maya
waduh....waduh....waduh...
ken darsihk
Apa yak rencana nya Beni , semoga sajah bukan hal buruk untuk Lintang Pandu

Duh Pandu di pecat
Akan berdampak nggak ya ke Lintang , kalau Lintang tahu Pandu di pecat
Uba Muhammad Al-varo
Lintang kamu berhak bahagia maka dari itu, ayo semangat untuk sembuh Lintang,awas aja kamu Ben, kalau kamu akan berbuat jahat ke Lintang dan Pandu
Apriyanti
semoga lintang bisa hamil
lanjut thor
Aditya HP/bunda lia
takut si beni macem2 ntar Lontang drop lagi
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
benarkah pandu dipecat?
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
Benny merencanakan apa? semoga bukan hal buruk untuk lintang & pandu.
N Wage
didikan macam apakah yg didapat oleh albi dan utari selama ini sehingga mereka menjadi manusia2 yg tak punya hati nurani.Yg tdk bisa memakai nalar dan logikanya.
Kalau memang lintang anak hasil selingkuh,yg patut disalahkan adalah orang yg berselingkuh itu.
Emang dia bisa memilih dan memaksa terlahir dr perut siapa?

Sungguh2 bodoh,atw malah mereka berdua ini sakit jiwa kurasa sehingga bisa dg mudah tanpa rasa bersalah berbuat kejam dan sadis
kpd saudara mereka sendiri.

Sekarangpun sdh disidang dan mendengar kondisi lintan yg dpresi parah,tidak ada sedikitpun rasa bersalah atw menyesal dihati mereka.

depresi berat
Apriyanti
ya ampun pandu kamu bener² suami yg paling baik deh pokok nya
lanjut thor 🙏💪😘
Aditya HP/bunda lia
tenang pandu tenang ...
ken darsihk
Pandu hati2 jangan semua yng sudah baik2 sajah menjadi kacau dan berantakan nanti nya
Uba Muhammad Al-varo
selama apapun hukuman yang dijalankan Abi dan Utari semoga mereka berdua sadar dan minta maaf yang tulus ke Lintang, terima kasih Pandu dan mama Wenda yang selalu mendampingi Lintang dalam suka dan duka , semangat untuk sembuh dan menyongsong kehidupan baru yang lebih baik lagi Lintang
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
semangat sembuh, lintang
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!