Roxana, sudah 8 kali dia mati dan ini adalah kehidupannya yang ke-9.
Setiap hidupnya dia pasti merasuki tubuh seorang wanita dengan berbagai posisi dan karakter. Tapi nahasnya setiap usianya mencapai 25 tahun pasti dia mati.
Pada kehidupannya kali ini pun sama, tapi kali ini dia hidup di tubuh seorang ibu yang sangat ditakuti. Bukan karena wajahnya tapi perangai dan sikapnya.
Akankan ia lagi-lagi harus mati saat usianya mencapai 25 tahun?
Atau dia akan menggunakan semua kemampuan yang pernah ia miliki untuk bisa bertahan hidup lama kali ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reyarui, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Istri Duke Utara 10
Peninjauan ke wilayah Orden kali ini dilakukan lebih lama. Jika awalnya hanya berencana satu hari, kini mereka harus berada di tempat itu sekitar 1 minggu. Kemunculan monster yang lumayan tiba-tiba dan lain dari biasanya membuat Leoric harus berada di tempat itu untuk sementara.
Namun, ia meminta Roxane untuk kembali ke kastel. Dan Roxane benar-benar kembali keesokan harinya. Saat ini ia sedang berada di kamar Lilian.
" Apa Ayah tidyak ikut kembali Ibu?" tanya Lilian sambil mengerjakan tugas yang diberikan oleh Melba, pengasuh sekaligus guru nya.
" Belum sayang, Ayah masih banyak yang dikerjakan. Maka dari itu Ibu kembali lebih dulu agar Lili tidak kesepian. Apa Lili tidak suka melihat ibu?"
Lilian menggeleng cepat, ia jelas suka dengan keberadaan Roxane walaupun masih sedikit takut. Apalagi jika mengingat bagaimana Roxane mengacuhkannya dan berbicara keras kepadanya.
" Lili syelalu syuka Ibu. Tapi Lili takut, Lili takut Ibu malah kalau Lili melengek dan menangis."
Greb
Roxane membawa tubuh kecil Lilian ke dalam pelukannya. Ia merasakan hatinya tertusuk jarum mendengarkan ucapan putri kecil itu. Tentu saja ia bisa merasakan hal itu, karena di kehidupan lalu dia pernah jadi anak yang tidak diinginkan oleh orang tuanya. Maka dari itu dia bertekad untuk memberikan kasih sayang kepada Lilian sebelum ajal datang menjemput.
" Apa Lili mau jalan-jalan? Ya walaupun semua tertutup salju tapi pasti menyenangkan bukan berjalan ke luar."
" Ya, Lili mau jalan-jalan belsyama Ibu."
Roxane mengenakan baju hangat kepada Lili dan juga penutup kepala agar ketika berjalan di luar tidak terllau terasa dingin. Keduanya saling tersenyum membuat beberapa orang di kastel yang melihat pun ikut tersenyum bahagia.
Bisik-bisik dari para pelayan terdengar oleh Roxane. Tapi ia acuh, lagi pula yang ia dengar adalah hal yang baik. " Paduka Grand Duchess sungguh sudah berubah." Seperti itu lah kira-kira isi ucapan mereka.
Tap tap tap
" Salam Paduka Grand Duchess, selama pagi juga bagi Putri Lilian."
Roxane memutar bola matanya dengan sangat malas melihat siapa yang saat ini berdiri di depannya sambil mengucapkan salam. memang terdengar sangat sopan tapi sebenarnya tidak karena orang itu tidak membungkukkan badan sama sekali. Roxane tahu persis bahwa orng tersebut hanya sekedar basa-basi ketika mengucapkan salam. tapi, dia tidak akan melewatkannya kali ini.
" Aah Lady Melanie, Selamat pagi. tampaknya hari ini pun tetap luar biasa ya penampilan Anda. Padahal Paduka sedang tidak ada di kastel. Dan sepertinya Anda juga harus saya datangkan guru etiket agar bisa memberi hormat dnegan baik. Duh aku tidak tahu bagaimana dulu kediaman Marquis Ethelwyn memberikan pelajaran tata krama kepada putrinya.Namun dari yang aku lihat sepertinya masih sangat kurang. Bukan kah begitu Lili, coba perlihatkan pada ibu bagaiman cara memberi salam yang benar."
Lili mengangguk lalu dengan lincah mengangkat sedikit rok nya dan membungkuk. Tidak lupa kaki kirinya ia tarik ke belakang sehingga gerakannya terlihat anggun dan sempurna.
Plok plok plok
" Hebat, putri kecil ku yang baru berusia 4 tahun sungguh sempurna dalam melakukannya," puji Roxane. Ia mengusap pipi Lili yang kemerahan karena tersipu bercampur dengan hawa dingin.
Grtttzz
Melanie mengegrtakakn gigi-giginya menahan betapa kesalnya ia sekarang. Sednagkan dibelakang Roxane, Melba dan Sonya cekikikan berusaha menahan tawa. Mereka baru kali ini melihat wajah Melanie yang merah padam karena kesal.
Bagaimana tidak kesal, Melanie terang-terangan dipermainkan oleh Roxane dan bahkan dibandingkan dengan bocah berusia 4 tahun. kepribadiannya yang congkak jelas tidak bisa menerima hal tersebut.
Tanpa berkata apapun, Melanie langsung membalikkan badannya dan berjalan meninggalkan Roxane. Tapi baru beberapa langkah Melanie berhenti. Ia berdiri terpaku di sana dan tidak berani untuk bergerak sedikit pun.
" Lady Ethelwyn, apakah seperti ini wujud kesopananmu terhadap Grand Duchess Carrington!"
Suara yang pelan tapi tajam itu membuat Melanie bergidik. Seumur-umur baru kali ini dirinya mendapat perkataan dnegan nada seperti itu.
" Apa kamu bisu sehingga tidak bisa menjawab perkataanku! Sekali lagi, Lady Ethelwyn, apa kau~"
" Ma-maaf Paduka Grand Duchess. Maafkan kesalahan saya yang sudah bertindak tidak sopan kepada Anda. Saya berjanji tidak akan melakukan kesalahan yang sama paduka."
Klotak klotak klotak
Roxane berjalan mendekat ke arah Melanie berdiri. Ia lalu mendekatkan bibirnya tepat di telinga Melani dan membisikkan sesuatu yang membuat Melanie terhenyak. Bukan hanya itu, tubuhnya bergetar hebat. Sebuah ketakutan menjalar di sana membuat wajahnya pucat pasi.
" Jadi Lady Melanie, bersikaplah sesuai posisi mu. Jangan berani melawati batas."
Roxane meninggalkan Melanie yang masih berdiri mematung. Ia tersenyum puas karena berhasil memberikan sebuah pukulan yang luar biasa untuk wanita yang jelas ia tahu ingin merebut posisinya.
Walaupun Roxane yang asli selalu mengurung diri di dalam kamar dan dia tidak pernah tahu apa yang dilakukan Melanie, tapi sekarang Roxane yang seperti itu sudah tidak ada. Roxane yang sudah berganti jiwa tentu langsung bisa menyadari bahwa Melanie tidak dikirim ke tempat itu tanpa rencana apapun. Dan salah satu yang tampak adalah keinginan Melanie untuk menguasai seisi kastel Albrus.
" Apa yang Anda lakukan sungguh luar biasa paduka," puji Sonya. Baru kali ini dia melihat Roxane memposisikan dirinya sebagai istri penguasa Dukedome Albrus.
" Apakah kau sesenang itu Sonya?" tanya Roxane. Ia bisa melihat binar di mata Sonya.
" Tentu saja Paduka. Lady Melanie itu selama Paduka berada di kamar, dia bersikap layaknya nyonya rumah. Dia bertindak sesukanya sendiri seakan-akan paduka sudah tidak ada di kastel ini lagi," papar Sonya.
Roxane hanya terdiam. meskipun dia memiliki ingatan tubuh asli tapi dia jelas tidak tahu apa yang terjadi di luar kamar. Dia bukan tuhan yang serba tahu apa yang tidak ia lihat. Roxane memang memiliki ingatan tubuh asli tapi ingatan itu hanya sekitar apa yang dilakukan. Dan selama ini Roxane yang asli hanya menghabiskan semua kegiatannya di kamar.
Ini lah yang membuat Roxane tidak menyadari betapa mencintainya Leoric terhadap dirinya. Karena ia tidak pernah tahu apa yang Leoric lakukan terhadap di rinya. Intinya Roxane tidak tahu apa yang terjadi di luar kamar.
" kamu tidak perlu khawatir Sonya, mulai hari ini aku akan melakukan tugasku layaknya seorang Grand Duchess. Aku juga akan jadi istri dan ibu yang baik untuk putri kecilku yang menggemaskan ini. Semua akan ku lakukan dengan sangat baik sampai ajal datang menjemput."
Degh!
Sonya dan Melba tersentak mendengar ucapan Roxane. tapi mereka berdua tidak bernai bertanya, terlebih melihat senyuman Roxane yang mereka anggap memiliki sebuah makna yang dalam.
TBC
.