NovelToon NovelToon
Kehidupan Penuh Luka

Kehidupan Penuh Luka

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Selingkuh / Cerai
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Clara

Kehidupan memang penuh lika-liku. Itulah yang terjadi pada kisah kehidupan seorang gadis cantik yang merupakan putri seorang pengusaha kaya raya. Namun hidupnya tidak berjalan semulus apa yang dibayangkan.

Jika orang berpandangan bahwa orang kaya pasti bahagia? Tapi tidak berlaku untuk gadis ini. Kehidupannya jauh dari kata bahagia. Ia selalu gagal dalam hal apapun.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5

...𝙰𝚔𝚞 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚕𝚊𝚕𝚞 𝚋𝚎𝚛𝚊𝚍𝚊 𝚍𝚒 𝚜𝚒𝚗𝚒 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔𝚖𝚞 𝚖𝚎𝚜𝚔𝚒𝚙𝚞𝚗 𝚋𝚞𝚔𝚊𝚗 𝚊𝚔𝚞 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚗𝚊𝚗𝚝𝚒𝚗𝚢𝚊 𝚔𝚊𝚖𝚞 𝚙𝚒𝚕𝚒𝚑...

...𝓚𝓮𝓱𝓲𝓭𝓾𝓹𝓪𝓷 𝓟𝓮𝓷𝓾𝓱 𝓛𝓾𝓴𝓪...

Sebuah samsak terpental jauh di sudut sebuah ruangan. Devan memukul habis-habisan samsak untuk meluapkan seluruh emosinya. Devan melepas sarung tinjunya dan duduk di sebuah sofa untuk menyegarkan pikirannya.

"Gak"

"Gak boleh"

"Aku takut aku akan menyakiti Arlla berlebihan" Devan menyugar rambutnya kasar dan menatap langit-langit ruangan. Matanya terpejam sejenak dan bersandar pada sandaran sofa.

Ia terlalu tersulut emosi saat melihat Arlla berusaha kabur dari dirinya. "Apa aku salah dalam mencintai seseorang?" gumam Devan.

"Aku tidak ingin ditinggalkan oleh orang yang aku cintai" ucap Devan pelan.

Devan menegakkan kembali tubuhnya dan berjalan keluar. "Devan!!" teriakan Arlla berhasil membuatnya khawatir. Dengan terburu-buru Devan naik ke lantai atas dan masuk ke dalam kamar. Ia menatap Arlla yang masih ia ikat dengan posisi duduk di kursi.

"Ada apa?" Raut wajah cemas tercetak jelas di wajah Devan. Arlla mendongak dan menatap intens mata indah milik Devan. "Aku laper" cicit Arlla yang memang merasakan kelaparan sejak tadi.

"Astaga kenapa tidak bilang? Bukannya aku sudah ngomong sama kamu kalau aku udah siapin sarapan kenapa main kabur-kaburan segala tanpa makan" omel Devan.

"Yaudah gausah marah-marah dulu lepasin nih tali" protes Arlla yang jengah mendengar ocehan Devan. "Sabar dong cantik" ucap Devan menggoda Arlla

Devan melangkah pelan menuju Arlla. Tangannya perlahan mulai melepas ikatan yang melilit tubuh Arlla. Namun gerakan pria itu terhenti seketika saat mengingat sesuatu. Bagaimana jika nanti wanita itu akan mencoba kabur lagi darinya.

"Aku mau kamu janji kalau gak akan kabur lagi kaya tadi baru aku lepasin talinya" ucap Devan meminta Arlla untuk berjanji agar tidak melakukan hal yang sama seperti tadi.

Arlla terdiam sejenak memikirkan keputusan apa yang harus ia ambil. Jika ia tidak menyetujui permintaan pria itu maka ia tidak bisa lepas dari jeratan tali yang mengikat tubuhnya sedangkan saat ini perutnya sudah keroncongan meminta untuk diisi.

"Aku janji" lirih Arlla berjanji. Devan menatap intens netra indah milik Arlla mencari kesungguhan dari ucapannya. "Katakan sekali lagi" pinta Devan.

"Aku janji... " Devan mengangkat alisnya kala ucapan Arlla menggantung.

"Aku janji gak akan kabur lagi" cicit Arlla pelan. Devan tersenyum tipis dan sedikit puas mendengar ucapan Arlla.

"Aku pegang janji kamu"

"Lalu apa konsekuensinya kalau kamu melanggar?" tanya Devan membuat Arlla menghembuskan nafas panjang.

"Buat apa kaya gitu"

"Bukannya emang aku udah gak bisa kabur? Aku juga udah tau kalau kesempatan aku buat kabur itu sangat kecil" ucap Arlla pelan.

"Tapi tidak menutup kemungkinan kamu masih bisa kabur bukan? Meskipun kesempatan sekecil apapun itu" ucap Devan penuh penekanan di setiap ucapannya.

"Yaudah sih kamu mau apa?" tanya Arlla yang memang perutnya sudah benar-benar keroncongan meminta untuk diisi makanan.

"Kalau sampai kamu kabur.... akan aku buat kamu hamil anak saya" ancam Devan membuat bulu kuduk Arlla berdiri. Wanita itu menatap wajah Devan dan tidak menemukan sedikit keraguan apapun di wajahnya kala mengucapkan hal itu.

"Kau gila ya Devan" ucap Arlla yang sedikit ketakutan apabila hal itu terjadi. Mengingat mereka sudah melakukan hal itu dua kali yang tentunya tanpa persetujuan dari Arlla.

"Pilihannya ada di kamu" ucap Devan santai

"Okeyy sekarang lepasin. Aku udah laper banget ini" gerutu Arlla meminta Devan agar bergerak lebih cepat. Pria itu melanjutkan aktivitasnya yang semula tertunda. Satu persatu ikatan di tubuh Arlla mulai terlepas.

"Huh capek banget" keluh Arlla sambil melakukan peregangan ototnya yang kaku.

Arlla berlari kecil keluar dari kamar dan menuruni anak tangga tanpa menunggu Devan terlebih dahulu. Wanita itu langsung menuju meja makan dimana beberapa menu masakan sudah tersedia sejak tadi namun belum ia sentuh sama sekali.

Devan tertawa kecil melihat tingkah Arlla. Sosok wanita yang sangat dia cintai selama ini. Bahkan pria itupun heran dengan dirinya sendiri. Hal apa yang membuatnya bisa jatuh cinta pada sosok Arlla? Meskipun wanita itu sudah menolaknya berulang kali. Hingga sampai saat ini Devan masih belum menemukan jawaban atas pertanyaannya tersebut.

Devan merapikan tali yang semula ia gunakan untuk mengikat Arlla dan memasukkannya kembali ke dalam laci. Usai melakukan pekerjaannya tersebut, Devan berjalan menyusul Arlla yang sudah berada di lantai bawah terlebih dahulu. Matanya bisa melihat Arlla yang sedang lahap memakan masakannya.

Arlla menoleh sejenak saat mendengar langkah kaki milik Devan yang sedang menuruni anak tangga. "Ini masakan kamu?" tanya Arlla sembari mengangkat ayam yang sedang ia makan dan menunjukkannya kepada Devan.

"Hm" Devan tersenyum tipis disaat melihat mulut Arlla yang belepotan terkena saus. "Udah gede tapi makan masih kaya anak kecil" sindir Devan.

Arlla merengut mendengar ucapan Devan yang terang-terangan menyindir dirinya. "Terserah gue lah" ketus Arlla dan melanjutkan kegiatan makannya yang tertunda sejenak.

Devan duduk di samping wanita itu. Tangannya terulur menyentuh sudut bibir Arlla dan membersihkannya dari saus yang menempel dengan sembarangan di bibir manis itu.

"Pelan-pelan aja kalau makan. Gak ada yang ambil juga kok. Kamu bisa habisin itu semua sendiri" ucap Devan sambil menuangkan air mineral di gelas kosong untuk Arlla.

"Kamu gak makan?" tanya Arlla dan hanya dibalas gelengan oleh Devan.

"Kenapa?"

"Aku bisa makan nanti" jawab Devan dengan lembut

"Ouh" Hanya balasan singkat dari Arlla membuat Devan sedikit kecewa. Padahal di lubuk hatinya menginginkan jika wanita itu akan mengajaknya makan bersama.

"Kamu kok bisa masak sih?" tanya Arlla penasaran

"Udah terbiasa dari kecil" Devan tersenyum tipis namun tak lama senyuman itu pudar mengingat masa kecilnya.

"Dari kecil udah bisa masak? Wow" ucap Arlla takjub. Pasalnya Devan adalah seorang pria yang biasanya jarang sekali bisa memasak. Namun kali ini pria itu bisa melakukannya bahkan sejak kecil.

"Minum dulu" ucap Devan dengan menyodorkan segelas air mineral yang sudah ia isi tadi dan disambut dengan cepat oleh Arlla yang sedang kehausan.

"Kamu kaya orang gak makan satu tahun" cibir Devan

Arlla menghiraukan cibiran Devan untuknya dan mulai membereskan piring kotor bekas miliknya. Namun dengan cepat diambil alih oleh Devan. "Biar aku aja" Pria itu membereskan dengan cepat dan membawanya ke dapur untuk dicuci.

Arlla sedikit kagum dengan kepribadian Devan. Namun Arlla terkadang heran dengan sifat Devan yang gampang berubah. Sedetik baik sedetik lainnya bisa jadi monster. Kadang dewasa kadang juga bisa kaya anak kecil.

Wanita itu berjalan menyusul Devan ke arah dapur. Matanya menelisik setiap pergerakan Devan yang sedang mencuci piring-piring kotor itu. "Kan aku yang makan kenapa harus kamu yang beresin?"

Devan menoleh menatap netra indah milik wanita pujaannya itu. "Aku gamau kamu kecapekan aja. Aku bisa ngelakuin ini untuk kamu. Jangankan hanya mencuci piring kotor, apapun akan aku lakuin demi kamu" ucap Devan tulus.

"Kamu bisa ngelakuin pekerjaan rumah kaya gini?"

"Bisa kenapa memangnya?" tanya Devan

"Ya heran aja biasanya kan cowok itu yang paling anti banget ngerjain hal-hal kaya gini" ucap Arlla

"Tapi gak semua cowok kan?" ujar Devan sembari mengibaskan tangannya untuk membersihkan sisa air dari bekas mencuci piring.

"Iya sih" Arlla menganggukkan kepalanya kemudian menatap Devan kembali.

"Sejak kapan kamu terbiasa ngelakuin hal kaya gini?" tanya Arlla

Entah kenapa rasa penasarannya sangat tinggi untuk mengetahui hal itu. Untuk mengenal Devan lebih jauh? Arlla sendiri pun tidak mengerti.

"Dari kecil"

"Didikan orang tua kamu bagus juga ya" puji Arlla

Devan hanya tersenyum tipis mendengar hal itu. "Selain bisa melakukan pekerjaan rumah kamu juga jago masak. Enak lagi" puji Arlla dengan tulus.

Devan melebarkan senyumnya. Hatinya merasa sangat bahagia atas sanjungan yang diberikan wanita pujaannya. Ia harap dirinya bisa mengambil hati wanita itu hingga Arlla mencintainya dengan tulus tanpa paksaan.

1
Akhmad Soimun
Coba aah Ramaikan, kayaknya bagus..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!