"Thank you for patiently putting up with my moods, and being mature as you remind me to be the same. I know that I'm not easy to understand, and as complex as they come. I act childishly and immaturely when I don't get what I want, and it get unbearable. Yet, you choose to gently and patiently chastise me and correct me. And even when I fight you and get mad at you, you take it with no offense, both gradually and maturely."
~Celia
Pertemuan Celia dan Elvan awalnya hanya kebetulan, tapi lambat laun semakin dekat dan menyukai satu sama lain. Disaat keduanya sepakat untuk menjalin hubungan. Tiba-tiba keduanya dihadapkan dengan perjodohan yang telah diatur oleh keluarga mereka masing-masing.
Kira-kira bagaimana akhir kisah mereka? Apakah mereka akan berakhir bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yanahn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10. Tamparan Keras
..."Thank you for always protecting and honoring me. Never have I met a man who would promise to protect me and my purity, and see the resolve in his eyes as he does so. You never acted out of line, instead always acted with chivalry and respect." ~Celia...
Celia tidak membalas pelukan Elvan, dia hanya berdiri mematung tanpa berkata apa-apa. Melihat Celia yang hanya diam dan tidak merespon saat dipeluk oleh pria yang tidak dikenalnya. Lily menoleh kearah Tristan, untuk meminta penjelasan, tapi Tristan hanya mengangkat kedua bahunya. Lily menatap Celia untuk beberapa saat, tapi Celia mengabaikannya. Lily merasa kesal, dan langsung menarik Celia, lalu mendorong Elvan, dan menghadiahkan sebuah tamparan keras di wajah Elvan.
Plak!
Lily menampar Elvan dan semua orang yang ada ditempat itu menatap Lily dan Elvan secara bergantian. Elvan memalingkan wajahnya ke samping, wajahnya sangat kaku, dan tanda merah perlahan muncul di pipinya.
Elvan memegangi pipinya, dia tidak menyangka akan mendapatkan sebuah tamparan yang cukup keras di wajahnya. Begitu pula dengan Tristan dan Celia, yang langsung membolakan matanya saat melihat Lily menampar Elvan.
"Beraninya kamu memeluknya!" bentak Lily sambil menatap Elvan dengan tatapan tidak suka.
Celia menarik lengan kemeja Tristan, paham akan maksud Celia, Tristan langsung merangkul tubuh Lily. Lily sempat memberontak tetapi Tristan tetap merangkulnya dan membawanya keluar dari lantai dansa.
Celia menatap Elvan, yang masih memegangi pipinya, "Atas nama temanku, aku minta maaf. Tapi, tolong jangan berburuk sangka padanya, dia hanya salah paham. Nanti, aku akan menjelaskan semuanya," ujar Celia. Celia merasa tidak enak atas sikap Lily kepada Elvan.
Elvan tidak menanggapi ucapan Celia. Dia menatap punggung Tristan dan Lily yang sudah berjalan menuju pintu keluar. Jika Lily bukan seorang wanita, pasti Elvan sudah memukulnya. Dia tidak bisa terima dipermalukan seperti ini.
Karena tidak ada respon dari Elvan, Celia memutuskan untuk menyusul Tristan dan Lily. Celia hendak beranjak meninggalkan Elvan, tapi tiba-tiba Elvan menahannya.
"Kau ingin pergi begitu saja, setelah mempermalukan ku?" ucap Elvan sambil menarik tangan Celia.
Celia menoleh dan berkata, "Aku sudah minta maaf, dan aku juga tidak memintamu untuk menolongku. Aku bisa menyelesaikan masalahku sendiri. Dan sekarang aku benar-benar harus pergi, jadi tolong lepaskan tanganku!"
"No, kamu harus ikut aku!" bantah Elvan sambil menarik tangan Celia agar ikut bersamanya.
"Kamu mau membawaku kemana?" tanya Celia. Celia berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Elvan, namun Elvan semakin menggenggam erat tangan Celia.
"Lepasin aku! Aku bilang lepasin!" Celia mencoba menarik tangannya, tapi cengkraman Elvan terlalu kuat. Akhirnya Celia, menghentikan langkahnya. Elvan menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang.
"Jika kamu terus seperti ini, kamu hanya akan menyakiti dirimu sendiri," ucap Elvan. Elvan semakin mempererat cengkaramannya.
"Aku harus pergi Elvan!" Celia berontak, dia masih berusaha melepaskan tangan Elvan darinya, namun usahanya tampak sia-sia.
Elvan menoleh kearah Celia, dan menatapnya. "Sebentar saja, aku hanya meminta waktumu sebentar," Elvan melembutkan suaranya. Mendengar itu Celia pasrah dan memilih untuk mengalah, dia akhirnya mengikuti Elvan.
Elvan menarik tangan Celia dan membawa Celia keluar melalui pintu belakang. Elvan menghampiri sebuah motor sport merah yang terparkir di sisi jalan.
"Ayo naik!" perintah Elvan yang sudah terlebih dahulu naik di atas motornya.
Celia menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Dia menolak untuk baik motor dengan Elvan.
Elvan menghela nafasnya. "Aku akan mengantarmu pulang, tapi sebelum itu, beri aku waktu sebentar, ada sesuatu yang ingin aku tanyakan," ucap Elvan sambil menatap Celia.
Celia akhirnya naik ke atas motor. Elvan melirik Celia lewat kaca spion. Celia menarik ujung dress nya, untuk menutupi bagian pahanya yang sedikit terekspos. Celia hanya mengenakan mini dress tanpa lengan, yang membuatnya merasa tidak nyaman saat naik motor. Elvan melepaskan jaketnya, dan menoleh kebelakang.
"Pakai ini," ucap Elvan sambil mengulurkan jaketnya kepada Celia .
Celia menggelengkan kepalanya, dia menolak jaket pemberian Elvan.
"Mau pakai sendiri, atau aku yang pakein?" tanya Elvan.
"Aku bisa pakai sendiri" jawab Celia sambil menerima jaket pemberian Elvan.
Elvan kembali ke posisi semula. Merasa tidak ada tanda-tanda pergerakan dari Celia, Elvan langsung menoleh kebelakang. Jaketnya masih berada di tangan Celia. Elvan menghela nafasnya, lalu turun dari sepeda motor dan memakaikan jaketnya pada tubuh Celia.
"Aku bisa pakai sendiri," protes Celia.
"Kelamaan, daritadi cuma diliatin doang, nggak dipakai" ucap Elvan sambil menarik resleting jaket hingga menutupi tubuh Celia.
Celia mencebik, Elvan justru tersenyum. Elvan sudah lama merindukan sikap Celia yang seperti ini. Setelah memastikan Celia naik dengan benar, Elvan melajukan motornya dengan pelan.
Selama diperjalanan mereka tidak banyak bicara, hanya Elvan yang sesekali melirik Celia dari kaca spion. Lewat kaca spion, Elvan bisa melihat wajah Celia yang tampak lelah. Elvan jadi tidak tega, niatnya untuk mengajak Celia ke suatu tempat ia batalkan. Elvan memilih untuk langsung mengantar Celia pulang.
"Kemana aku harus mengantarmu?" tanya Elvan.
"Antar aku ke hotel xxxxxx," jawab Celia singkat.
Karena terlalu lelah, Celia menyandarkan kepalanya di punggung Elvan dan menutup matanya. Celia dapat menghirup aroma maskulin dari tubuh Elvan, aroma tubuh yang begitu menenangkan, hingga tanpa sadar Celia tertidur.
Elvan menoleh kebelakang dan tersenyum, lalu mengurangi kecepatan laju motornya. Sesampainya di hotel, terlihat Tristan dan Lily yang menunggu mereka di lobby hotel. Keduanya langsung menghampiri Elvan, sebelum Lily mengatakan apa-apa, Elvan langsung memberi kode kepada Lily untuk diam.
"Kenapa dia?" tanya Lily dengan suara pelan sambil menatap Elvan.
"Tidak apa-apa, dia hanya kelelahan," jawab Elvan.
"Biar aku yang membawanya ke kamar," ujar Tristan.
Tristan hendak menggendong Celia, tapi Elvan menahannya.
"Biar aku saja, bantu aku sebentar," ucap Elvan. Elvan memarkirkan motornya dan turun dari motor dengan perlahan, sedangkan Tristan menopang tubuh Celia. Setelah turun, Elvan segera menggendong Celia dan berjalan masuk kedalam hotel.
"Dimana kamarnya?" tanya Elvan sambil menoleh ke arah Lily.
"Di lantai empat, kita naik lift yang ada diujung," jawab Lily. Lily menunjukkan jalan untuk Elvan, lalu berjalan di depan, dan masuk ke dalam lift, di ikuti Elvan dan Tristan. Setelah pintu lift terbuka, Lily langsung membuka pintu kamar hotel, dan membereskan barang-barangnya yang ada di tempat tidur.
Dengan hati-hati, Elvan membaringkan tubuh Celia di atas tempat tidur, lalu menarik selimut untuk menutupi tubuh Celia. Elvan menatap Celia sebentar, lalu menoleh ke arah Tristan dan Lily.
"Apa dia sedang ada masalah? Dia terlihat tidak baik-baik saja," tanya Elvan.
semangat yaaa kak nulisnya ✨
Mampir juga di karya aku “two times one love”