Di bawah lampu kerlap-kerlip euforia club, Rane, si Single Mom terpaksa menjalankan profesi sebagai penari striptis dengan hati terluka, demi membiayai sang anak yang mengidap sakit jantung.
Di antara perjuangannya, kekasih yang dulu meninggalkan dirinya saat hamil, memohon untuk kembali.
Jika saat ini, Billy begitu ngotot ingin merajut asmara, lantas mengapa dulu pria itu meninggalkannya dengan goresan berjuta luka di hatinya?
Akankah Rane menerima kembali Billy yang sudah berkeluarga, atau memilih cinta baru dari pria Mafia yang merupakan ipar Billy?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon malkist, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Rane berbalik. Buket bunga yang ada di tangannya, jatuh seketika mengenai ujung kaki melihat sosok Billy yang selama ini ia hindari.
Dalam keterpakuan mereka, air mata tertahan satu sama lain. Billy yang penuh kerinduan, sementara Rane yang berkaca-kaca penuh dengan kilatan lara nan kesedihan, teringat saat pria itu pergi setelah menggores hatinya yang lembut.
Tes...
Cairan bening menetes saat mata penuh kenangan luka itu berkedip.
Tepat Rane hendak melengos, Billy tiba-tiba memeluknya erat. Sangat erat seakan akan tidak ingin lagi kehilangan, sembari berkata lirih dengan nada berombak getar, "Aku merindukan mu. Sangat merindukan mu."
Rane hanya terpaku. Rasa sesak yang menyergapnya ulah dekapan erat itu, membuatnya tersentak akan kenyataan kalau Billy sekarang bukan lagi pria yang selalu ia sambut dengan pelukan hangat dan kecupan di kala itu.
Pria yang teramat ia cintai adalah suami seorang wanita lain.
Ini salah besar!
"Pergi!"
Suara dingin dan dorongan Rane menjauh, melukai perasaan Billy.
"Rane, kau boleh marah padaku. Tapi setidaknya, beri aku kesempatan menjelaskannya." Billy berusaha menggenggam tangan itu.
Namun Rane lagi lagi menepis sentuhan itu membuat Billy menelan ludah pahit.
Oke, Rane pantas marah. Billy sudah mewanti-wanti kalau Rane tak akan welcome lagi padanya. Tapi, sumpah demi hidupnya, ia akan berusaha mendapatkan maaf dan cinta Rane secara perlahan.
"Waktu itu aku__"
"Tidak ada lagi yang harus dijelaskan, Billy." Rane segera memotong perkataan tersebut. "Apa pun alasan mu saat itu, sudah tidak berguna lagi untuk saat ini."
Rane tak ingin capek-capek dan membuang waktu mendengar yang tak berguna dan percuma saja. Hatinya benar-benar sudah mati. Fokusnya hanya untuk kesembuhan Dande.
Melihat begitu besar kekecewaan Rane padanya, membuat Billy bingung harus melakukan apa untuk menggapai wanita yang masih tersemat apik di hati nya.
Billy sampai bersimpuh begitu saja.
"Bangun. Apa yang kau lakukan?" Rane mundur menolak pemandangan yang tak seharusnya. Dulu, ialah yang berada di lantai untuk memohon agar Billy tidak meninggalkan nya. Dan itu sangat ... memilukan dan menyakitkan.
"Jika perlu, aku akan terus berlutut supaya kau mau memaafkanku."
Keras kepala!
"Lalu apa setelah itu?" tanya Rane tersulut emosi dibuat nya. "Sadar lah, Billy. Kau adalah suami orang."
Kenyataan itu seakan menampar Billy.
"Aku tidak mencintainya. Aku hanya mencintai mu."
Bukannya senang mendengar itu, luka yang mati-matian disembuhkan Rane, ternganga lebar kembali. Persetan dengan cinta jika pada akhirnya, ia dulu dicampakkan.
"Kau harus mendengar alasan ku. Ku mohon."
Baik lah, demi membuat dia pergi cepat, Rane memberi kesempatan. "Katakan alasan mu."
Seketika, Billy mendapat kehidupannya kembali. Ia menyeka kasar air matanya yang lolos satu tetes.
"Lalu pergi ke istri mu," sambung Rane.
Kembali, harapan Billy terkikis.
Berharap Rane berubah pikiran, Billy pun mulai bercerita.
"Dulu, Dokter memvonis kinerja jantung ku semakin melemah. Sekarat ku itu, membuat orang tua ku kalut. Entah bagaimana awal ceritanya, Sia datang menjanjikan jantung baru yang ternyata milik kakak nya yang koma kala itu. Orang tua ku tanpa pikir panjang, setuju dan menandatangani sebuah surat timbal balik yang membuat hubungan kita terpaksa berpisah__"
"Oke, cukup. Aku sangat prihatin atas apa yang kau alami dulu. Tapi, ternyata aku juga kembali disadarkan kenyataan baru, kalau kekasih yang selalu ada mendengar keluh kesah ku, ternyata tak menganggap ku dengan merahasiakan sakitnya. Billy, kita berhubungan lama, tapi tak ada sedikitpun kau membagi kesedihan mu. Kau anggap aku apa, eum?"
"Rane, bukan maksud ku begitu. Aku hanya tak mau kamu kepikiran tentang ku."
Rane mengatur nafas. Mengalah karena tak ingin berdebat. "Baiklah. Anggap saja aku berlebihan. Namun sekarang adalah sekarang. Kita sudah berpisah. Kita hanya membuang-buang waktu membahas yang berlalu." Rane ingin membuka mata Billy lebar-lebar bahwa hubungan mereka sudah tamat sejak lama. "Pergilah, Billy." Ia tak ingin mendapat masalah akan adanya suami orang di dekatnya.
Billy tidak mau terusir. Baik di ruangan itu, maupun di kehidupan Rane.
Sekonyong-konyongnya, Billy menarik tengkuk Rane dan melabuhkan cium4n dalam.
Mata Rane membola kaget. Berusaha lepas tapi Billy yang menggila, pegangan nya sangat kuat.
Sekuat tenaga Rane memberontak, Billy pun kian kehilangan kendali.
Saat merasakan Rane kekurangan oksigen, Billy baru melepaskan belenggungnya dan menjauhkan kepalanya.
Dan tepat itu ... Plak. Suara tamparan begitu nyaring meninggalkan rasa panas dan jejak merah di pipi Billy.
Rane kelepasan karena Billy pun kurang ajar.
"Rane."
"Pergi!!!" Suara Rane kian dingin. Kesabarannya hampir habis. Andai ia tak khawatir membuat Dande terbangun, maka Rane sudah meneriaki Billy sekencang mungkin. "Kau bukan nya sudah tau kalau aku adalah seorang pel4cur sekarang."
Bukan tanpa sebab, ia mengungkit kenyataan aib nya, Rane berharap Billy jijik pada nya dan tak akan mengganggu nya lagi.
Saat Billy hendak bersuara, pintu terdorong memperlihatkan William, Dokter Dande begitu pun Billy sekaligus.
"Tuan Billy, Anda di sini? Apa kalian saling kenal?"
Baik Billy maupun Rane, tidak ada yang menjawab.
Billy mengalah untuk saat ini. Ia keluar dengan perasaan kacau.
Tanpa Billy sadari, ada Marc yang tak sengaja melihat adik iparnya itu keluar dari ruangan Dande. Marc kian bertanya tanya ketika Billy berakhir meninju-ninju tembok bak orang yang dilanda prustasi.
"Dia kenapa?"
Marc sangat penasaran, Billy habis ngapain dan bertemu siapa di dalam?
melihat Billy sudah pergi, Marc bergerak mendekati pintu itu.
kasihan rane nanti