Riska tak pernah menyangka hidupnya yang sederhana akan terbalik begitu saja setelah pertemuannya dengan Aldo Pratama, CEO muda yang tampan dan penuh ambisi. Sebuah malam yang tak terduga mengubah takdirnya—ia hamil di luar nikah dari pria yang hampir tak dikenalnya. Dalam sekejap, Riska terjebak dalam lingkaran kehidupan Aldo yang penuh kemewahan, ketenaran, dan rahasia gelap.
Namun, Aldo bukanlah pria biasa. Di balik pesonanya, ada dendam yang membara terhadap keluarga dan masa lalu yang membuat hatinya dingin. Baginya, Riska adalah bagian dari rencana besar untuk membalas luka lama. Ia menawarkan pernikahan, tetapi bukan untuk cinta—melainkan untuk balas dendam. Riska terpaksa menerima, demi masa depan anaknya.
Dalam perjalanan mereka, Riska mulai menyadari bahwa hidup bersama Aldo adalah perang tanpa akhir antara cinta dan kebencian. Ia harus menghadapi manipulasi, kesalahpahaman, dan keputusan-keputusan sulit yang menguji kekuatannya sebagai seorang ibu dan wanita. Namun, di bal
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjar Sidik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10: Di Bawah Bayang-bayang Manipulasi
Malam itu menjadi momen tak terlupakan bagi Riska, penuh rasa cemas yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Pikirannya terus membayangkan Reza yang tak kunjung pulang setelah menyusup ke kantor Aldo. Setiap detik yang berlalu, semakin mencekam. Rasa takut perlahan berubah menjadi kepanikan yang menguasai dirinya.
---
Teleponnya berdering, membuat Riska hampir melonjak. Dengan tangan gemetar, ia mengangkat panggilan itu. Suara di seberang menggetarkan hatinya.
“Riska...” suara Reza terdengar pelan dan penuh kesakitan. “Maaf, aku gagal…”
“Reza!” seru Riska, air mata menetes tanpa ia sadari. “Di mana kamu? Apa yang Aldo lakukan padamu?”
Suara Reza terdengar serak. “Aku... aku tidak bisa pulang malam ini, Riska. Aldo mengurungku… dan dia mengancam. Dia bilang... dia akan melakukan sesuatu yang lebih buruk kalau kita mencoba melawannya lagi.”
Riska menggigit bibirnya, merasa tak berdaya. “Kita harus mencari cara, Reza. Kita tidak bisa terus hidup di bawah ancamannya.”
Reza terdiam sejenak sebelum berbisik, “Aku tahu. Tapi, kali ini, kita harus lebih berhati-hati. Aku akan mencari celah lain, asal kau tetap kuat.”
“Aku akan tetap kuat,” jawab Riska, meskipun air matanya tidak berhenti. “Aku tidak akan membiarkan Aldo menang.”
---
Setelah panggilan itu, Riska merasa seolah terjebak dalam mimpi buruk yang tidak pernah berakhir. Setiap pertemuan dengan Aldo sekarang menjadi ujian ketahanan baginya. Aldo tidak lagi menyembunyikan kekejamannya; ia kerap menyindir Riska dengan kata-kata yang menusuk, menekan emosinya, dan memainkan perasaan serta pikirannya.
Hari itu, Riska berada di ruang makan bersama Aldo. Dia memperhatikan Riska dengan tatapan penuh kemenangan.
“Riska, kau tampaknya semakin dekat dengan Reza,” ucap Aldo sambil menyesap kopinya.
Riska berusaha menjaga wajah tetap tenang. “Apa maksudmu?”
Aldo menyeringai, seakan mengetahui rahasia terdalamnya. “Aku hanya heran, kenapa seorang wanita sepertimu bisa memilih seorang pecundang seperti dia.” Aldo mencondongkan tubuhnya, mendekat. “Aku ingin tahu, sampai kapan dia bisa bertahan melindungimu?”
Riska mengepalkan tangannya di bawah meja. "Reza tidak seburuk yang kau pikirkan, Aldo. Dia orang baik.”
“Oh, kau memang pandai berbohong sekarang.” Aldo tersenyum dingin. “Tapi ingat ini, Riska. Tidak ada yang bisa melindungimu dariku. Reza hanya membuat situasi semakin buruk untukmu.”
---
Perlahan, Riska mulai merasa bahwa Aldo mengetahui segala sesuatu yang ia dan Reza rencanakan. Dia mulai memperhatikan gerak-gerik mereka dengan cermat, dan sering kali mendapati dirinya berada di bawah tatapan tajam Aldo yang seolah ingin menghancurkannya.
Suatu hari, Aldo memberinya sebuah surat perjanjian. Isinya membuat darah Riska membeku.
“Apa ini, Aldo?” tanyanya dengan suara yang hampir bergetar.
“Anggap saja ini asuransi, Riska,” kata Aldo tenang, suaranya terdengar menyeramkan. “Aku hanya ingin memastikan kau tidak akan berani mengkhianatiku lagi. Tandatangani ini, dan aku mungkin akan mempertimbangkan untuk membiarkan Reza tetap hidup.”
Riska menatap surat itu. Isi perjanjian itu berisi klaim bahwa semua kekayaan yang ia miliki selama pernikahannya dengan Aldo akan sepenuhnya jatuh ke tangan Aldo jika dia mencoba meninggalkannya. Terlebih lagi, ada ancaman tersembunyi yang menyiratkan bahwa Aldo tidak akan berhenti hanya pada kekayaan.
Riska merasa kepanikan menjalar. "Ini tidak adil, Aldo. Kau tahu aku tidak akan menandatanganinya."
Aldo tersenyum dingin. "Oh, kau akan menandatangani ini, Riska. Kau hanya perlu sedikit waktu untuk menyadari betapa sia-sianya melawan aku."
Riska menatapnya, mencoba menahan ketakutan yang merasuk. Ia tahu, setiap langkah yang ia ambil bersama Reza sekarang bisa menjadi bumerang, dan Aldo siap untuk menghancurkan siapa saja yang berani mengusiknya.
---
Bab ini diakhiri dengan Riska yang terperangkap dalam situasi sulit. Aldo semakin memperketat cengkeramannya, dan kini dia berada dalam posisi yang lebih kuat dari sebelumnya. Di satu sisi, Reza berusaha untuk tetap bertahan dalam tahanan Aldo, sementara Riska harus mengambil keputusan apakah ia akan menandatangani perjanjian itu atau mempertaruhkan segalanya untuk mendapatkan kebebasan.
Apakah Riska akan menyerah pada ancaman Aldo ataukah ia akan menemukan cara untuk melawan tanpa kehilangan segalanya?