anak perempuan yang melihat ayah nya meningal di depan mata nya, kini sudah menjadi wanita yang dewasa dan penuh dengan amarah,
dia tidak akan puas sampai dia membalas dendam dengan orang yang membunuh ayah nya, bahkan ia rela menjadi istri penganti agar bisa bakas dendam dengan pelaku yang sudah mengambil nyawa ayah nya,
Risa hanya ingat satu hal yang pasti dalam kejadian alam itu, anak kecil bernama Kenzo juga ikut menghabisi ayah nya, dia kini ia tumbuh dengan dendam yang membara,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nurliana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
apa yang terjadi,
Dua jam sebelum Ratman tiba di rumah Burhan, mobilnya dihadang oleh sebuah mobil BMW putih. Ratman merasa heran, karena tidak biasanya ada seseorang yang berani melakukan hal seperti ini kepadanya.
Ia turun dari mobilnya dan mengetuk kaca mobil BMW putih tersebut. "Maaf, anak muda. Kau menghalangi jalan saya. Bisa tolong minggir?" tanya Ratman dengan nada sopan.
Tak lama kemudian, seorang pria turun dari mobil itu. Penampilannya rapi, dengan jas elegan dan kacamata hitam yang ia lepas saat hendak berbicara. "Maaf, Pak. Sebenarnya, saya tidak bermaksud menghalangi jalan Anda, hanya saja ada hal yang perlu saya sampaikan kepada anda, karena kita dekat, jadi ini adalah cara saya untuk menyampaikan hal tersebut" ucap pria itu sambil menatap Ratman.
Ratman merasa suara dan cara bicara pria itu tidak asing, namun ia tidak dapat mengingat siapa namanya. "Apa maksudmu? Apa yang ingin kau sampai kan kelasa ku? " tanya Ratman sambil memperhatikan pria tersebut lebih saksama.
Pria itu tersenyum tipis. "Beberapa tahun lalu—oh, atau sudah sangat lama—peristiwa tragis menimpa keluarga adik Anda, bukan begitu? Atau sekarang anda sudah lupa, oh, atau hanya berpura-pura lupa? " menatap Ratman sinis,
Jantung Ratman berdegup kencang. Ia merasa bingung karena kasus itu sudah ia tutup rapat bertahun-tahun lalu, mustahil ada orang yang membuka nya, kecuali itu keluarga nya sendiri, Tak ada seorang pun yang tahu bahwa Risa adalah anak angkatnya, kecuali dirinya dan Risa sendiri. "Apa yang kau bicarakan? Saya tidak punya adik. Saya anak bungsu dari dua bersaudara," elak Ratman dengan tegas, agar pria muda yang ada di hadapan nya ini tidak curiga dengan nya,
Pria itu melangkah mendekat. "Saya tidak punya banyak waktu untuk berbasa-basi, anda selalu saja mengelak dan bersikap seolah-olah anda ini bodoh, sudah lah intinya, jika Anda bekerja sama dengan saya, saya akan membantu menangkap pelakunya."
"Tawaranmu menarik, tapi saya sudah ikhlas. Saya tidak ingin membuka kasus ini lagi, lagipula saya tidak terlalu gampang percaya dengan orang asing yang saja jumpai di jalanan," jawab Ratman, menahan emosinya.
Pria muda itu tertawa kecil. "Baiklah, jika Anda tidak mau bekerja sama, maka Anda atau Risa, anak angkat Anda, yang akan menanggung akibatnya."
Deg!
Ratman merasakan kegelisahan mendalam, saat pria itu menandakan hal yang tak sembarang orang tahu, Setelah kematian adiknya, Risa menjadi sangat berharga baginya. Baik ia maupun Amanda, istrinya, memberikan kasih sayang penuh kepada Risa, meski mereka tidak menunjukkannya secara terang-terangan. Semua itu demi menghindari kecemburuan Lyona.
"Apa kesepakatan yang kau inginkan? Aku akan mengikuti, tapi jangan sentuh putriku," ucap Ratman akhirnya.
Pria muda itu tertawa sinis. "Kau bilang dia putrimu? Padahal dia hanya anak angkat. Tapi kenapa kasih sayangmu padanya begitu besar?"
"Jangan buang waktuku. Cepat katakan apa yang kau inginkan," balas Ratman tegas.
Pria itu mendekat. "Bicarakan anak pertama dari pasangan Burhan dan Sri. Ungkapkan kebenaran bahwa mereka sebenarnya memiliki dua anak yang masih hidup. Kau mengerti?"
"Baiklah, itu tidak sulit. Tapi aku ingin tahu, siapa kau sebenarnya?"
Pria itu menyerahkan kartu namanya. "Ini." Setelah itu, ia memakai kembali kacamatanya dan masuk ke mobil.
Ratman membaca kartu nama itu. "Akbar? Siapa dia? Tapi sepertinya dia orang kaya," gumam Ratman.
---
Kenzo memandang Ratman dengan santai. "Maaf, Ayah. Tapi cincin ini memang hanya satu, dan aku memakainya karena aku menyukainya," jelas Kenzo.
Viola menarik tangan Kenzo pelan. "Mas, ayo kita pulang saja. Aku tidak nyaman di sini," bisik Viola.
Ratman menatap Kenzo tajam. "Bisa kita bicara sebentar?"
Kenzo melepas genggaman tangan Viola. "Tentu, Ayah mertua," jawabnya. Mereka berdua lalu menuju tempat yang lebih sepi.
Ratman menatap sekeliling sebelum berbicara. "Apakah Risa aman? Kau sudah berjanji padaku dan Lyona untuk menjaganya."
Kenzo mengangguk. "Dia aman, Ayah. Itulah mengapa aku tidak tahu alasan Ayah mengatakan hal-hal seperti tadi."
"Tolong jaga Risa. Aku tidak bisa menjelaskan semuanya sekarang, tapi kumohon, tetaplah pada janjimu," ucap Ratman penuh kekhawatiran.
Belum sempat Kenzo menjawab, suara Sri tiba-tiba terdengar. "Kenzo sayang, Viola muntah!" teriaknya keras, membuat semua orang panik.
Kenzo segera berlari dan menemukan Viola terduduk di lantai dengan pecahan gelas di sekitarnya. "Kamu nggak apa-apa? Apa kita ke dokter saja?" tanyanya cemas.
Viola mencubit tangan Kenzo pelan, memberi kode bahwa ia tidak ingin pergi ke rumah sakit. Jika mereka ke sana, segalanya bisa menjadi berantakan.
Sri mendekat dengan ekspresi khawatir. "Nak, bawa saja dia pulang. Mungkin ini mual karena awal kehamilan," ucapnya, terlihat sangat peduli pada cucu pertamanya.
Viola menatap Kenzo. "Mas, ayo kita pulang saja. Aku nggak nyaman di sini," pintanya.
Kenzo membantu Viola berdiri. "Ayo kita pulang," katanya, lalu membawa Viola keluar rumah.
Mereka akhirnya pergi, meninggalkan suasana yang semakin rumit. Viola merasa lega bisa pergi dari sana, karena ia takut semua rahasia yang disimpan rapat akan terbongkar.