Tak Seperti Yang Dulu

"Siallll!!!", pekik Zayn saat motornya tiba-tiba berhenti. Entah kenapa motor kesayangannya mogok di waktu yang tepat.

Dia lupa kapan terakhir kendaraan roda duanya di servis. Bahkan saat balap liar kemarin ia sama sekali tak memeriksa kondisi motornya.

Bisa saja kemarin ada yang mensabotase motornya hingga membuat ia celaka. Tapi untungnya hal itu tidak terjadi.

Hari sudah menjelang petang. Tentu tak ada bengkel yang buka. Apalagi jenis kendaraan roda dua milik Zayn yang jarang penggunanya.

Zayn akan menghubungi teman-temannya untuk bisa membantunya. Tapi setelah ia pikir kembali, saat ini ia bukan Zayn yang kemarin-kemarin.

Zayn bukanlah putra dari Nugi Suseno yang selama ini mereka kenal. Bahkan semua fasilitas yang Nugi berikan sudah di ambil, termasuk kartu debit dan kredit card nya yang memang jarang sekali Zayn gunakan.

Beruntung dia masih memegang uang hasil taruhan.

Tapi saat ia mengingat bagaimana ia mendapatkan uang itu, ada perasaan bersalah dalam dadanya.

Uang yang di dapat dari menyakiti hati perempuan yang sangat ia cintai.

Cinta??? Cinta macam apa??? Hati Zayn mulai berperang.

"Gue jual aja motor ini! Rugi juga ngga masalah!", monolog Zayn. Entah pikirannya sekacau apa saat ini.

Yang ia inginkan saat ini adalah segera menemui Nala.

[Bro....ke sini bertiga, gue jual motor gue]

Setelah Zayn memberikan informasi keberadaannya, ia pun menunggu teman-temannya.

Tak butuh waktu lama mereka pun tiba.

"Lo kenapa sih Zayn? Lo butuh duit banget sampai jual nih motor? Sayang gillla!", kata temannya.

"Iya, gue butuh banget!", kata Zayn.

"Gue tanya dulu bang Jhon mau bayar berapa!", ujar temannya.

"Harga umumnya aja berapa! Gue mau cepat aja!", jawab Zayn.

"Oke! Gue bawa motor Lo ke bang Jhon. Sekarang Lo mau ke mana? Gue anter!", kata temannya.

"Ngga usah ,gue bisa naik ojek!", tolak Zayn. Semua merasa heran dengan sikap Zayn.

"Zayn, sebenarnya Lo kenapa sih?", tanya teman-temannya.

"Lain kali gue cerita! Udah ya, kabarin aja kalo bang Jhon udah deal!", Zayn menepuk bahu temannya tersebut.

Zayn menggendong tasnya dan berjalan menuju ke pangkalan ojek. Para sahabatnya memandangi punggung yang menjauh dari mereka.

"Sebenarnya Zayn ada masalah apa? Kenapa dia ngga ada cerita sama kita!"

"Tahu tuh anak, bukannya cerita-cerita ke kita!"

"Semoga aja dia bisa selesain masalahnya! Yuk cabut!", ajak yang lain.

Zayn sendiri menuju ke rumah Nala. Sayang, sesampainya di sana hari sudah malam.

Lampu ruang tamu Nala sudah padam. Mungkin gadisnya sudah tidur lelap.

Zayn memilih duduk di seberang jalan. Dia ingin memastikan Nala baik-baik saja di dalam sana.

Sekitar pukul setengah sepuluh malam, Zayn melihat pintu ruang tamu terbuka.

Gadis pujaan hatinya keluar dengan mengenakan jaket. Usai mengunci rumah itu, Zayn bisa melihat Nala yang memasukkan kedua tangannya di saku jaketnya.

Zayn masih ada di seberang jalan. Memandangi ke mana kaki mungil itu melangkah.

Dan ternyata, Nala berhenti di salah satu rumah makan yang buka hingga malam.

Jam segini kamu baru mau makan, La??? Batin Zayn.

Ingin rasanya Zayn menghampiri dan memeluk gadisnya. Tapi ...apa iya Nala mau? Bahkan sekedar bertemu dengannya??

Zayn cukup pandai bersembunyi namun masih bisa melihat Nala yang justru berdiri di halaman rumahnya.

Gadis itu mendongakkan kepalanya sambil menghadap ke rumah itu. Zayn tak tahu apa yang Nala lakukan selain itu.

Apa Nala tahu jika rumah itu akan di jual? Kemana Nala kalau benar-benar hal itu terjadi? Batin Zayn.

Setelah berdiri beberapa saat, Nala pun akhirnya masuk kembali ke dalam rumah. Zayn sendiri masih terus memandanginya hingga gadis itu menghilang di balik pintu.

💫💫💫💫💫💫💫💫💫

[Beneran? Ada? Berapa sebulannya?]

[Ada seriusan, lima ratus sebulan La. Itu udah dapat kasur, lemari kecil sama kipas. Bebas listrik pokoknya]

[Lima ratus?]

Nala sempat meragukan hal itu. Bukan karena fasilitasnya. Tapi...apa yang dari Tante nya akan cukup untuk kost dan biaya ia makan sambil menunggu pengumuman dan ia dapat pekerjaan?

[Hallo, La? Gimana? Kalo mau, aku bilang sama ibu kostnya. Kebetulan aku kenal]

[Bisa ngga di isi malam ini juga?]

[Malam ini ? Kamu kabur dari rumah apa di usir sama Tante mu sih La?]

[Bisa ngga Nin?]

Setelah perdebatan panjang antara Nala dan temannya tersebut, akhirnya hampir pukul setengah sebelas malam Nala keluar dari rumah itu.

Zayn masih setia di sana dan cukup terkejut melihat Nala yang membawa ransel besar. Dan sebuah tas jinjing.

Dia berdiri di halaman rumahnya. Menoleh dan memandanginya lagi.

Nala mau ke mana jam segini???Tanya Zayn dalam hati.

Usai memandangi rumah itu, Nala meletakan sebuah kantong kresek di dalam bak sampah. Pemuda itu tak bisa terlalu jelas melihat apa yang Nala buang di tempat sampah itu karena pencahayaannya kurang.

Seperti halnya tadi saat Nala memandangi rumah, Nala pun menatap barang yang ia buang.

Ada pergerakan di wajah Nala yang terkesan menghapus air matanya. Namun setelah itu, Nala mendongakkan kepalanya dan memejamkan matanya beberapa saat.

Merasa sedikit lebih baik, Nala mengambil ransel dan tas yang ia jinjing dan berjalan menuju ke pangkalan ojek.

Zayn tetap ingin mengikuti Nala pergi. Tapi ia penasaran, barang apa yang Nala buang di tempat sampah.

Setelah memastikan Nala tak menoleh ke belakang, Zayn mengambil barang itu di tempat sampah.

Dan ia terkejut dengan isi kantong itu. Di ambilnya isi kantong berwarna hitam tersebut.

Dua boneka dan dua tangkai mawar putih pemberian darinya.

Zayn memilih untuk mengambilnya dan memasukkannya ke dalam tas. Saat ini ia hanya ingin mengetahui ke mana Nala pergi. Ia pun turut naik ojek untuk mengikuti Nala.

Sayangnya, tukang ojek itu tak bisa mengejar motor yang Nala tumpangi. Zayn kehilangan jejak Nala.

Ia berharap jika Nala akan aman dan baik-baik saja. Mereka pasti akan bertemu lagi di sekolah besok pagi.

💫💫💫💫💫💫💫💫

"Gimana Mba Nala, mau sewa kost di sini?", tanya ibu kost yang sesekali menguap. Sudah hampir tengah malam, saatnya tidur eh ...ada yang mau kasih uang. Lumayan kan???

"Iya Bu, saya mau!", jawab Nala.

Nindi yang mengantar Nala pun pamit pulang. Rumah Nindi ada di gang depan cukup lumayan berjalan kaki ke tempat kost Nala.

Nala meletakan tasnya lalu duduk sambil meluruskan kakinya. Ia menatap sekeliling kamar itu.

Ya Allah, mudahkan lah urusanku!

Nala langsung menjatuhkan diri di kasur lantai yang tak memakai seprei. Ia tak peduli, yang penting malam ini....ia bisa beristirahat untuk menghadapi kenyataan yang akan datang esok hari.

💫💫💫💫💫💫💫💫

Terimakasih 🙏