NovelToon NovelToon
AKU JATUH CINTA KEPADA CEO KU

AKU JATUH CINTA KEPADA CEO KU

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / CEO
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Lim Kyung rin

He Ma Li, seorang wanita muda yang penuh semangat, baru saja diterima sebagai karyawan di sebuah perusahaan besar. Berbekal mimpi besar dan tekad kuat, Ma Li berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan kerjanya yang penuh tekanan. Namun, ada satu sosok yang selalu menguji ketenangannya—CEO Zhang Xiang Li, seorang pria keras kepala dan penuh aturan. Dikenal sebagai pemimpin yang ambisius dan tegas, Xiang Li menjalankan perusahaannya dengan tangan besi, tidak memberi ruang untuk kesalahan.

Awalnya, Ma Li menganggap Xiang Li hanya sebagai bos yang sulit didekati. Namun, semakin lama bekerja di dekatnya, Ma Li mulai melihat sisi lain dari pria tersebut. Di balik sikap dingin dan tatapan tajamnya, Xiang Li memiliki cerita hidup yang sulit, yang perlahan membuat Ma Li semakin tertarik.

Tanpa disadari, perasaan cinta mulai tumbuh di hati Ma Li. Namun, cinta ini bukanlah sesuatu yang mudah. Bagi Xiang Li, cinta dan pekerjaan tidak pernah bisa bercampur, dan dia bersikeras menahan perasaannya agar tetap profesional. Mampukah Ma Li menembus dinding yang dibangun oleh Xiang Li? Apakah cinta Ma Li cukup kuat untuk membuat CEO keras kepala ini membuka hatinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lim Kyung rin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

EPISODE 10

Di malam yang sunyi, Zhang Xiang Li duduk di ruang tamu apartemennya yang sepi. Ia sudah merindukan suara He Ma Li yang lembut dan senyum hangatnya. Tidak ingin menunggu lebih lama, ia pun mengambil ponselnya dan menghubungi He Ma Li melalui video call.

Saat layar ponselnya menyala, wajah ceria He Ma Li muncul, membuat hati Zhang Xiang Li berdebar. “Halo, Laoban !” sapa He Ma Li dengan senyum yang selalu membuatnya merasa tenang.

“He Ma Li... Aku merindukanmu,” ujar Zhang Xiang Li tanpa basa-basi. “Rasanya sulit berada jauh darimu seperti ini. Apa kabar di rumah orang tuamu?”

He Ma Li tersenyum lembut. “Aku baik-baik saja. Mereka juga senang aku ada di sini. Tapi aku juga sangat merindukanmu, Xiang Li.”

Percakapan mereka mengalir hangat, berbagi cerita dan canda tawa meski jarak memisahkan. Zhang Xiang Li terus menatap layar, menikmati momen berharga ini seakan-akan He Ma Li benar-benar berada di hadapannya.

Zhang Xiang Li tersenyum, merasa lega bisa melihat He Ma Li meskipun hanya lewat layar. “Bagaimana hari-harimu di sana? Orang tua tidak menyuruhmu melakukan terlalu banyak pekerjaan, kan?” tanyanya dengan nada khawatir.

He Ma Li tertawa kecil dan menggeleng. “Tidak, mereka justru memanjakanku. Tapi aku merasa sedikit kesepian tanpa kamu di sini. Hari-hariku jadi lebih sunyi.”

Zhang Xiang Li mendesah, merasa semakin ingin berada di samping He Ma Li. “Kapan kamu pulang? Aku tak sabar untuk menghabiskan waktu bersama lagi. Setiap hari terasa lama tanpamu.”

He Ma Li menatapnya dengan penuh kelembutan, seolah-olah bisa merasakan perasaan rindu yang sama. “Aku akan segera pulang, Xiang Li. Tunggu aku, ya. Nanti kita bisa pergi ke tempat-tempat yang kamu suka, atau bahkan kita bisa sekadar menghabiskan waktu bersama di apartemen. Bagaimana?”

“Tidak perlu yang mewah atau jauh. Asal bersamamu, aku sudah bahagia,” balas Zhang Xiang Li dengan penuh ketulusan. “Tapi janji, ya, kamu harus kembali secepatnya.”

He Ma Li tersenyum dan mengangguk pelan. Mereka berdua terdiam sejenak, menikmati keheningan yang nyaman, masing-masing terhanyut dalam tatapan satu sama lain.

Akhirnya, He Ma Li berkata dengan suara lembut, “Jaga dirimu baik-baik, ya,Laoban.Jangan terlalu lelah bekerja. Aku ingin kamu tetap sehat saat aku kembali.”

“Tenang saja. Aku akan menunggumu dengan sabar,” jawab Zhang Xiang Li.

Setelah beberapa saat, Zhang Xiang Li menatap layar dengan penuh haru, melihat He Ma Li tersenyum dan mengusap layar seolah bisa menyentuhnya. “Kalau saja kamu ada di sini sekarang,” gumamnya pelan.

He Ma Li mendengar bisikan itu dan tersenyum lembut. “Nanti kita akan bertemu lagi, Xiang Li. Kamu tidak sendiri. Meskipun terpisah jarak, hatiku selalu ada di sampingmu,” katanya dengan suara yang penuh kehangatan.

Zhang Xiang Li tersenyum, merasa sedikit lebih tenang. “Kamu selalu tahu bagaimana caranya membuatku merasa lebih baik. Terima kasih, He Ma Li.”

Mereka pun mulai membahas hal-hal kecil—mulai dari rencana yang ingin mereka lakukan saat bertemu, makanan favorit yang ingin mereka cicipi bersama, hingga tempat-tempat yang ingin mereka kunjungi. Setiap cerita semakin menambah kerinduan yang mendalam di hati Zhang Xiang Li.

Di akhir percakapan, He Ma Li menatapnya dengan mata yang sedikit berkaca-kaca. “Jangan lupa untuk tidur yang cukup, Xiang Li. Aku ingin melihatmu tetap sehat dan penuh energi ketika aku kembali.”

Zhang Xiang Li mengangguk pelan. “Aku janji, Ma Li. Kamu juga harus jaga diri di sana, oke?”

He Ma Li tersenyum tipis, menahan air matanya. “Aku akan selalu ingat pesanmu.”

Dengan berat hati, mereka akhirnya mengakhiri panggilan video. Zhang Xiang Li menatap layar ponselnya yang sudah mati dengan perasaan hangat bercampur rindu. Ia tahu, walau terpisah sementara, cinta mereka akan tetap kuat, menanti saat mereka bisa bertemu lagi.

Setelah panggilan video berakhir, Zhang Xiang Li terdiam sejenak, membayangkan senyum dan suara lembut He Ma Li yang masih terngiang di pikirannya. Ia berjalan ke jendela dan menatap langit malam yang berbintang, mengingat momen-momen yang telah mereka lewati bersama.

Pikirannya melayang pada kenangan indah yang mereka buat—malam-malam panjang yang mereka habiskan dengan berbincang tentang mimpi dan masa depan, dan tawa-tawa kecil yang selalu membuat harinya terasa lebih hidup. Jarak memang menjadi tantangan, tetapi cinta mereka jauh lebih kuat dari itu.

Ia meraih ponselnya kembali, menuliskan pesan singkat untuk He Ma Li sebelum tidur:

“Ma Li, kamu mungkin tidak di sini sekarang, tetapi kamu selalu ada dalam setiap langkah hidupku. Jaga dirimu baik-baik. Aku menunggumu pulang. Dengan cinta, Xiang Li.”

Setelah mengirim pesan itu, Zhang Xiang Li tersenyum kecil, merasa sedikit lebih tenang. Ia lalu berbaring di tempat tidurnya, membiarkan perasaan hangat memenuhi hatinya, dan membayangkan betapa indahnya momen ketika ia akhirnya bisa memeluk He Ma Li kembali.

Malam itu, ia tidur dengan perasaan yang lebih damai, dilingkupi oleh cinta dan kerinduan yang dalam—yakin bahwa cinta mereka akan tetap terjaga, tidak peduli sejauh apa pun jarak memisahkan mereka.

Pagi itu, Zhang Xiang Li terbangun dengan senyum di wajahnya, masih terbayang percakapan hangatnya dengan He Ma Li semalam. Dengan semangat yang baru, ia bersiap-siap untuk menjalani hari, meskipun ada rindu yang masih tersisa di hatinya.

Sebelum memulai aktivitasnya, ia memeriksa ponselnya dan melihat balasan dari He Ma Li

"Selamat pagi, Xiang Li! Aku sangat merindukanmu juga. Jaga semangatmu, ya. Aku akan segera pulang dan membuatkan masakan favoritmu. Dengan cinta, Ma Li."

Membaca pesan itu, Zhang Xiang Li tersenyum lebar. Ia bisa membayangkan He Ma Li di dapur, sibuk membuat hidangan favoritnya dengan perhatian yang begitu tulus. Kenangan itu memberi Zhang Xiang Li kekuatan untuk menghadapi hari yang padat.

Di sela kesibukannya, Zhang Xiang Li selalu menyempatkan diri untuk mengirim pesan singkat atau foto hal-hal yang mengingatkannya pada He Ma Li—seperti bunga yang mereka sukai atau tempat-tempat yang ingin mereka kunjungi bersama. Begitu juga dengan He Ma Li yang selalu membalas dengan cerita-cerita kecil dari rumah orang tuanya, membuat mereka tetap terhubung walau terpisah jarak.

Malam harinya, Zhang Xiang Li kembali merasakan rindu yang menumpuk. Ia berjalan-jalan sendirian di taman tempat mereka sering menghabiskan waktu bersama. Di sana, ia duduk di bangku favorit mereka, memejamkan mata, dan membayangkan kehadiran He Ma Li di sampingnya. Dalam heningnya malam itu, ia menyadari betapa dalam perasaannya terhadap He Ma Li dan betapa cinta mereka telah menjadi kekuatan terbesar yang ia miliki.

“Ma Li, cepatlah kembali,” bisiknya lirih pada langit malam yang penuh bintang, berharap rindunya bisa sampai ke hati He Ma Li.

Beberapa hari kemudian, Zhang Xiang Li mendapat kabar bahwa He Ma Li akan segera kembali. Rasa gembira dan antusiasme memenuhi hatinya, membuat setiap menit terasa begitu berharga saat ia menyiapkan berbagai kejutan kecil untuk menyambut kepulangan sang kekasih.

Ia membersihkan apartemennya dengan teliti, menata ulang beberapa dekorasi, dan bahkan membeli bunga favorit He Ma Li. Di meja makan, ia menyiapkan hidangan yang selama ini mereka sukai, meskipun masakannya tidak sehebat buatan He Ma Li. Namun, ia yakin bahwa usaha kecil ini akan membuatnya tersenyum.

Ketika hari yang dinantikan tiba, Zhang Xiang Li berdiri di bandara dengan penuh harap, matanya tak henti-hentinya menatap pintu kedatangan. Rasa rindu yang tertahan selama berminggu-minggu terasa semakin membuncah saat ia membayangkan senyum He Ma Li yang akan segera ia lihat langsung, bukan lagi hanya melalui layar ponsel.

Akhirnya, ia melihat sosok yang sangat dirindukannya muncul di antara kerumunan. He Ma Li melangkah keluar dengan koper kecil di tangan, matanya mencari-cari sosok Zhang Xiang Li di antara para penjemput. Ketika pandangan mereka bertemu, senyum lebar menghiasi wajah He Ma Li, dan ia berlari kecil ke arahnya.

Tanpa ragu, Zhang Xiang Li mendekap He Ma Li erat, seolah takut kehilangannya lagi. "Akhirnya, kamu kembali, Ma Li," bisiknya, suaranya penuh emosi.

He Ma Li tertawa pelan dan memeluknya balik. "Iya, Xiang Li. Aku kembali, dan aku sangat merindukanmu."

Mereka berdua larut dalam kehangatan pelukan itu, merasa seolah waktu berhenti sejenak. Zhang Xiang Li menyadari betapa besar cinta yang ia miliki untuk He Ma Li, dan bahwa setiap detik yang mereka habiskan terpisah hanya membuat hubungan mereka semakin kuat.

Di perjalanan pulang, mereka mengobrol tak henti-henti, berbagi cerita yang tertahan selama mereka terpisah. Sesampainya di apartemen, He Ma Li terkejut melihat semua persiapan yang dilakukan Zhang Xiang Li. "Kamu bahkan masak untukku?" tanyanya dengan mata berbinar.

Zhang Xiang Li tersenyum, merasa puas melihat reaksi He Ma Li. "Aku memang bukan koki sepertimu, tapi setidaknya aku mencoba. Selamat datang kembali, Ma Li. Ini semua untukmu."

Malam itu, mereka menikmati makan malam penuh canda dan tawa, saling berbagi cerita dan rencana masa depan. Di tengah kebersamaan itu, Zhang Xiang Li menyadari satu hal—ia tidak bisa membayangkan hidup tanpa He Ma Li. Ia tahu, di depan sana mungkin masih ada tantangan, tapi selama mereka bersama, ia yakin bisa menghadapi segalanya.

1
yanah~
mampir kak 🤗
Alika Nasywa: thank you udah mampir ya
total 1 replies
Rini Rudiyanto
semangat thor /Good/
Alika Nasywa: Terima kasih tante atas komentar nya😍
total 1 replies
Wenchetri
lanjut Thor,,, 💓
Farldetenc: Ada karya menarik nih, IT’S MY DEVIAN, sudah End 😵 by farldetenc
total 1 replies
Wenchetri
Lanjut Thor
Alika Nasywa: baik, terimakasih telah mampir di novel ku untuk selanjutnya di tunggu aja ya hehe😁😘
total 1 replies
Laysa Candikia
Aku Mampir, semangatt Ci/Angry/
Laysa Candikia: Sama-sama, Ci
Alika Nasywa: xie xie ya
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!