ONS lalu punya anak, itu sudah biasa.
Salah kamar, dan saling berbagi kehangatan, lalu akhirnya hamil, itu juga sudah biasa.
Menjadi istri, dikhianati lalu memilih pergi saat hamil, itu juga sudah sering terjadi.
Lalu, kisah ini bagaimana? Hampir mirip tapi banyak memiliki perbedaan. Ayesha, dia sama sekali tidak menyukai pria itu. Malah bisa dikatakan dia begitu membencinya.
Namun kejeniusan si pria membuatnya terobsesi sehingga menginginkan benihnya.
Ayesha berhasil mendapatkan yang dia mau. Bocah kecil nan pintar lahir dari perutnya.
Tapi ada satu hal yang membuatnya resah. Anak itu terlalu mirip dengan si pria. Bahkan si anak yang cerdas itu tahu bahwa ada pria dewasa yang mirip dengan dirinya.
" Mom, apa dia Daddy ku?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa Itu Ayahku? 24
Braaak
Tania terlihat kesal, ia merasa rencananya kali ini kembali gagal. Namun Luna mencoba menenangkan sang ibu. Meskipun tadi Yasmin secara buru-buru untuk pulang, tapi setidaknya dia sudah banyak mendengar tentang Ayesha.
" Jadi Mama nggak usah khawatir, aku yakin Bu Yasmin akan memiliki anggapan buruk ke Ayesha. Tapi kan Mama denger sendiri kan kalau dia bersimpati sama aku. Jadi aku yakin dia akan lebih memihak aku ketimbang Ayesha. Setahu aku Kak Ryder adalah anak yang begitu patuh dan menyayangi kedua orang tuanya, jadi kalau Bu Yasmin memihak ku, Mama tahu kan artinya?"
Luna berucap penuh dengan percaya diri. Hanya dengan mendengar Yasmin berucap sepenggal kata membuat Luna sudah seperti diatas angin. Dia merasa bahwa Yasmin berada di pihaknya.
Padahal bukan itu yang dimaksud Yasmin. Kata kasian yang tadi diucapkan olehnya bukan ditunjukkan kepada Luna melainkan kepada Ayesha.
Mendengar banyaknya kalimat buruk Tania dan Luna terhadap Ayesha, membuktikan bahwa anak itu tidak pernah merasakan kehangatan sebuah keluarga, setidaknya setelah ibu kandungnya meninggal.
Jadi ucapan panjang lebar antara Luna dan Tania sepeninggalnya Yasmin dari restoran hanyalah kepercayaan diri mereka semata. Dimana hal itu membuat Luna dan Tania sudah senang bukan main karena dianggap rencana yang mereka susun berhasil.
Sedangkan di sisi Yasmin, ibu dua anak itu semakin merasa prihatin atas apa yang menimpa Ayesha. Saat ini bahkan dia tidak menanggapi suaminya yang bicara panjang lebar.
" Sayang, kamu mikirin apa? Pasti kamu nggak denger kan aku ngomong apa?"
" Eh, emangnya Mas ngomong apa ya?"
Erlan tersenyum simpul, benar dugaannya bahwa istrinya itu tengah terpikirkan sesuatu. Ini adalah hal yang khas dari Yasmin. Jika sedang memikirkan sesuatu maka dia akan fokus pada hal itu saja dan tidak memedulikan keadaan sekitar.
" Sebenernya apa sih yang lagi kamu pikirin hmmm?"
" Putri pertama Mas Betrand, Ayesha. Tadi banyak yang aku denger dari Tania dan juga Luna."
Erlan mengerutkan alisnya, dia belum mengerti apa yang dibicarakan oleh istrinya itu sampai Yasmin akhirnya menceritakan semua yang dibicarakannya tadi bersama mereka.
Erlan sama sekali tidak terkejut, karena dia juga sudah memiliki feeling bahwa ibu dan adik tiri dari Ayesha itu tidak lah menyukai keberadaan Ayesha. Erlan bisa melihat ketika Ayesha datang malam itu. Reaksi Tania dan Luna penuh dengan kebencian.
" Jadi menurutmu, Ayesha memang menginginkan Gael sebagai temannya dalam menjalani hidup begitu?"
" Yups bener Mas, jadi dia memang menginginkan anak tapi tidak mau membina hubungan. Mungkin dia takut akan seperti ibunya yang dikecewakan. Ya walaupun aku nggak tahu persis sih tentang kehidupan keluarga Brahmana. Ini hanya sekedar kesimpulanku. Kalau benar Gael lahir dari kesalahan, atau karena perbuatan Ryder, Ayesha sebagai seorang wanita pasti akan menuntut pertanggungjawaban. Tapi dia malah seolah menghindar ketika melihat Ryder dan kita."
" Tapi itu masuk akal kok sayang, aku sependapat sama kamu. Mau mampir ke market dulu nggak buat beli sesuatu?"
Yasmin mengangguk, di kediaman Ryder si bujangan itu tidak banyak memiliki bahan makanan. Padahal Ryder cukup baik dalam memasak, tapi mungkin karena dia sangat sibuk sehingga tidaklah sempat untuk berbelanja.
Yasmin masuk lebih dulu ke dalam market, sedangkan Erlan mencari tempat parkir. Setidaknya ini bukan akhir pekan, tapi meskipun begitu sore itu tempat parkir di halaman market tersebut lumayan penuh.
" Dah kayak weekend aja sih penuh begini. Apa orang-orang pada janjian ya buat belanja."
Celetukan dokter jenius yang sudah senior itu sedikit absurd memang. Jika bukan karena sang istri, Erlan tidak akan pernah mau pergi ke tempat yang penuh begitu. Di luar saja sudah kelihatan, apalagi nanti ketika di dalam.
Klaaak
Erlan menutup dan mengunci mobilnya, ia pun segera menyusul Yasmin yang sudah mengirimkan dimana dia berada. Namun langkah Erlan terhenti saat melihat wajah yang familiar baginya.
" Itu kan?"
Insting Erlan mengatakan bahwa dirinya harus menghampirinya. Dan ia pun melakukan itu. Tidak ingin terlihat mencurigakan, Erlan berdiri di jarak yang sedikit jauh karena dia juga ingin memastikan bahwa matanya tidak salah dalam mengenali orang.
" Hallo Nak, kok sendirian? Dimana ibu mu?"
" Oh Hallo Tuan, Mommy saya sedang ke toilet sebentar. Apa ada yang bisa saya bantu."
Mata Erlan berbinar, ia sungguh seperti melihat putranya ketika masih seusia itu. Ia pun jadi ingin berbicara lebih lama dengan anak tersebut.
" Panggil saja aku Eyang Erlan, nama kamu benar Gael kan?"
" Aaah, Anda adalah ayah dari Tuan Ryder ya, Tuan eh bukan Eyang Erlan Austin Brown."
Ucapan yang lancar, sikap yang tenang dan terlihat cerdas, Gael benar-benar anak Ryder. Banyak hal yang mirip dari keduanya. Erlan jadi ingin berbincang dengan anak yang kemungkinan besar adalah cucunya.
Saat malam itu Gael datang bersama Ayesha, Erlan tidak bisa melihatnya dengan jelas. Dan kini dia bisa melihat bahwa anak itu benar-benar seperti Ryder, bahkan dari gaya bicaranya pun mereka sama.
" Kamu belum jawab pertanyaan Eyang, apa nama kamu Gael?
" Iya Eyang, nama saya Gael, Gael Reshan Brahman. Nah Eyang, sepetinya Mommy saya sudah selesai jadi saya pamit lebih sulu. Sampai berjumpa lagi Eyang."
Gael sedikit berlari menghampiri Ayesha. Di sisi sana Ayesha terkejut ketika melihat Erlan, ia bingung harus bersikap bagaimana. Kota Surabaya ini bukanlah kota kecil tapi tetap saja kesempatan untuk bertemu keluarga Brown ia pikir tidak akan ada.
Pada akhirnya Ayesha hanya membungkukkan tubuh sebagai tanda sopan santun dalam menyapa orang yang lebih tua. Ia juga menganggukkan kepala sambil tersenyum kecil. Setelah itu Ayesha pergi dengan terburu-buru diikuti oleh Gael.
" Gael Reshan Brahman, hmmm jadi Ayesha nggak secara terang-terangan menggunakan nama belakang Brahmana di nama Gael. Bagus, tinggal ditambahi nama Brown nanti," ucap Erlan sambil tersenyum misterius.
TBC
saya mohon maaf untuk bagian yang ternyata absurd ini.
agaknya saya kurang reseach di bagian ini karena terburu" guna pengembangan alur.
terimakasih untuk kritik dari teman", semoga kedepannya saya bisa lebih hati" dalam membuat adegan demi adegannya.
tapi sungguh saya senang karena teman" mengoreksi. itu akan saya jadikan sebuah pembelajaran agar lebih hati" ke depannya.
sekali terimakasih ya.
🤗🤗☺🙏🙏
terimakasih kk author 🙏