Seorang wanita muda, Luna, menikah kontrak dengan teman masa kecilnya, Kaid, untuk memenuhi permintaan orang tua. Namun, pernikahan kontrak itu berubah menjadi cinta sejati ketika Kaid mulai menunjukkan perasaan yang tidak terduga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs. y, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jejak yang Mengkhawatirkan
Luna duduk di meja makan dengan gelas teh hangat di tangannya. Pikirannya melayang ke percakapan tadi malam dengan Kaid. Clara mungkin telah memberikan petunjuk penting, tetapi itu juga membuka fakta bahwa masalah ini jauh lebih besar daripada yang mereka bayangkan. Rival lama Kaid, Aditya, tampaknya memegang kendali atas plot ini.
Kaid masih di ruang kerjanya, sibuk dengan sejumlah dokumen yang perlu ia pelajari sebelum bertemu dengan tim hukumnya nanti siang. Luna tahu Kaid sedang berada di bawah tekanan besar, tetapi pria itu tidak pernah menunjukkan kelemahannya di depan orang lain.
“Kamu yakin akan baik-baik saja hari ini?” tanya Luna sambil berdiri di depan pintu ruang kerja.
Kaid mengangkat wajahnya, matanya tampak lelah tetapi penuh determinasi. “Aku akan baik-baik saja. Tapi ada satu hal yang perlu kamu lakukan.”
“Apa itu?”
“Aku ingin kamu bertemu dengan Clara lagi. Kali ini, tanya dia apa yang sebenarnya ia tahu tentang Aditya. Aku yakin dia masih menyimpan sesuatu.”
Luna mengangguk, meskipun perasaan gugup mulai menyelimuti dirinya. Clara bukan orang yang mudah dihadapi, apalagi setelah kejadian terakhir di ruang rapat.
Siang itu, Luna bertemu Clara di sebuah kafe kecil yang terletak tidak jauh dari pusat kota. Clara duduk di sudut ruangan, mengenakan kemeja putih sederhana, terlihat jauh lebih santai dibandingkan sebelumnya.
“Aku tidak menyangka kamu akan menemuiku,” kata Clara sambil menyilangkan tangannya di atas meja.
Luna menatapnya dengan tatapan tajam. “Aku ingin tahu semuanya, Clara. Apa yang sebenarnya Aditya rencanakan? Dan kenapa kamu terlibat dalam semua ini?”
Clara tersenyum kecil, seolah-olah dia sudah menduga pertanyaan itu akan muncul. “Aditya adalah pria yang licik, Luna. Dia tahu bagaimana memanfaatkan kelemahan orang lain. Dan aku… aku hanya salah satu dari sekian banyak pionnya.”
“Pion?” Luna mengernyit.
“Dia memeras aku,” Clara mengaku, suaranya mulai melembut. “Dia tahu keluargaku sedang dalam masalah keuangan. Dia menjanjikan bantuan, tapi sebagai gantinya, aku harus mencuri data dari perusahaan Kaid.”
“Dan kamu percaya begitu saja?” Luna bertanya, nada suaranya meninggi.
Clara menunduk, tampak malu. “Aku tidak punya pilihan lain. Tapi aku tidak pernah berniat menghancurkan perusahaan ini. Aku hanya ingin menyelamatkan keluargaku.”
Luna menghela napas panjang. Ia bisa merasakan ketulusan dalam suara Clara, tetapi itu tidak cukup untuk menghapus pengkhianatannya.
“Apa rencana Aditya selanjutnya?” tanya Luna.
Clara mengangkat bahu. “Aku tidak tahu pasti. Tapi dia sangat terobsesi untuk menghancurkan Kaid, bukan hanya sebagai pebisnis, tetapi juga sebagai manusia. Dia ingin melihat Kaid jatuh, kehilangan segalanya.”
Ketika Luna kembali ke rumah, Kaid sudah menunggunya di ruang tamu. Ekspresi serius terpancar di wajahnya.
“Apa yang dia katakan?” Kaid bertanya tanpa basa-basi.
Luna menceritakan semuanya, termasuk bagaimana Aditya memanfaatkan kelemahan Clara untuk mencapai tujuannya.
Kaid mendengarkan dengan saksama, lalu berkata, “Ini berarti Aditya tidak bekerja sendirian. Dia pasti memiliki tim atau jaringan yang membantunya. Kita harus mencari tahu siapa mereka.”
Malam itu, Luna dan Kaid bekerja bersama untuk menyusun rencana. Mereka memutuskan untuk melibatkan seorang penyelidik swasta yang dapat membantu mereka menggali lebih dalam tentang Aditya dan koneksi-koneksinya.
Beberapa hari kemudian, penyelidik swasta bernama Arman tiba di kantor Kaid. Pria berusia pertengahan empat puluhan itu terlihat tenang dan percaya diri.
“Bapak dan Ibu, saya sudah mengumpulkan beberapa informasi awal tentang Aditya,” kata Arman sambil membuka berkas di tangannya. “Dia memang memiliki reputasi sebagai orang yang tidak segan-segan menggunakan cara kotor untuk mendapatkan apa yang dia inginkan.”
“Dan siapa saja yang terlibat dengannya?” tanya Kaid.
“Ini yang menarik,” jawab Arman. “Aditya tampaknya bekerja sama dengan beberapa orang di dalam perusahaan Anda. Clara hanyalah salah satu dari mereka.”
Luna tertegun. “Ada orang lain?”
Arman mengangguk. “Saya belum bisa memastikan siapa mereka, tetapi ada pola yang menunjukkan adanya aktivitas mencurigakan dari beberapa karyawan. Saya membutuhkan waktu lebih banyak untuk memastikan.”
“Berapa lama?” tanya Kaid.
“Dua minggu, paling cepat,” jawab Arman.
Kaid mengangguk. “Baik. Lakukan apa yang perlu Anda lakukan. Kita tidak punya waktu untuk kesalahan.”
Selama dua minggu berikutnya, suasana di rumah Luna dan Kaid menjadi semakin tegang. Mereka mencoba menjalani kehidupan sehari-hari seperti biasa, tetapi bayang-bayang ancaman dari Aditya terus menghantui mereka.
Pada suatu malam, saat Luna sedang bersiap untuk tidur, Kaid masuk ke kamar dengan wajah yang penuh beban.
“Kita harus bersiap,” katanya.
Luna menatapnya bingung. “Bersiap untuk apa?”
“Aditya tidak akan tinggal diam. Dia tahu kita sudah mulai bergerak. Aku yakin dia akan melakukan sesuatu dalam waktu dekat.”
Luna merasakan ketegangan di suara Kaid. Ia berjalan mendekatinya dan menggenggam tangannya. “Kita akan menghadapi ini bersama. Apa pun yang terjadi, aku tidak akan meninggalkanmu.”
Kaid tersenyum tipis, tetapi matanya masih menyimpan kekhawatiran.
Keesokan harinya, sebuah kejadian mengejutkan mengguncang kantor Kaid. Salah satu file penting yang sedang dinegosiasikan dengan mitra asing hilang dari sistem perusahaan. Luna dan Reno segera memeriksa, tetapi jejak digital yang ditinggalkan sangat minim, hampir seperti pekerjaan seorang profesional.
“Kaid harus tahu ini,” kata Luna sambil menghubungi Kaid melalui telepon.
Ketika Kaid tiba di kantor, wajahnya menunjukkan kemarahan yang tak bisa disembunyikan. “Ini adalah peringatan dari Aditya. Dia ingin menunjukkan bahwa dia bisa masuk kapan saja dan menghancurkan kita dari dalam.”
Aditya telah menunjukkan giginya, dan sekarang giliran mereka untuk melawan balik.