Menjadi bahan taruhan untuk dijadikan mainan oleh pria terpopuler di kampusnya membuat Naina terperangkap dalam cinta palsu yang ditawarkan oleh Daniel.
Rasa cinta yang semakin berkembang di hatinya setiap harinya membuat Naina semakin terbuai akan perhatian dan kasih sayang yang pria itu berikan hingga Naina dengan suka rela memberikan kehormatannya pada pria itu.
Nasib buruk pun datang kepada Naina setelah ia mengetahui niat buruk pria itu menjadikannya kekasihnya hanya untuk barang taruhan semata. Karena setelah itu Naina pun dinyatakan hamil. Dan untuk menutupi aib anaknya, orang tua Naina pun beralih untuk megalihkan fakta jika anak Naina adalah anak mereka dan adik dari Naina.
Ikuti cerita lengkapnya di sini, yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mereka yang baik hati
"Mereka itu sungguh lebay sekali." Gerutu Thoriq menjatuhkan bokongnya di atas kursi.
Dimas yang mendengarkannya pun mengangguk setuju. Sedangkan Aga si manusia es itu hanya diam dengan fokus pada ponsel di tangannya.
"Kalian ini tidak asyik sekali. Jelas saja itu tidak lebay. Karena kami sudah lama menantikan CEO akan pulang dari liburannya.
"Sasa... Hei... Sadarlah. CEO yang kalian banggakan itu adalah calon tunangan dari wanita yang kastanya jauh lebih tinggi dari kalian." Cibir Dimas membuat Sasa cemberut.
"Ingatlah dia itu hanya calon tunangan. Dan belum pasti akan menjadi istri CEO. Jika Tuhan berkehendak, bisa saja aku yang menjadi istri CEO!" Ucap Sasa dengan yakin.
Plak
Dua tepukan sekaligus di bahunya membuat Sasa meringis. "Kalian ini selalu saja menindasku bahkan memukulku!" Amuk Sas mengelus bahunya yang sakit.
Thoriq dan Dimas kompak tertawa. Naina yang melihat pertemanan mereka pun ikut tersenyum. Sedangkan Aga... Agh pria dengan wajah sedingin es itu tidak peduli sama sekali dengan candaan mereka.
*
Mendapatkan rekan kerja seperti Sasa, Dimas, Thoriq dan Aga membuat hari pertama bekerja Naina berjalan dengan lancar tanpa kendala. Naina benar-benar menunjukkan kelihaiannya dalam mempelajari hal-hal baru yang baru ditemuinya. Kepandaian Naina pun membuat Sasa tidak terlalu perlu terlalu repot untuk mengajari Naina agar cepat memahami apa saja tugas mereka selama berada di divisi Humas. Sebenarnya tugaa untuk membimbing Naina adalah tugas Aga sebagai ketua di divisi itu. Namun mengingat Aga yang begitu dingin terhadap perempuan membuat Mbak Wiwin memutuskan Sasa untuk menjadi pengganti Aga dalam membimbing Naina.
"Kau akan pulang naik apa hari ini, Nai?" Tanya Sasa saat mereka sudah berada di lobby perusahaan.
"Aku pulang naik motor, Sa." Balas Naina tersenyum.
Sasa mengangguk paham. "Aku kira kau tidak membawa kendaraan. Padahal aku sangat ingin pulang bersama denganmu." Keluh Sasa.
Naina tersenyum. "Lain kali saja ya, Sa." Ucap Naina yang diangguki oleh Sasa.
Naina dan Sasa pun berpisah menuju parkiran mereka masing-masing. Di saat berada di parkiran motor, Naina pun tidak sengaja bertemu dengan Aga yang juga ingin mengambil motornya.
"Hai, Aga..." Sapa Naina sedikit kaku karena pria itu sejak berkenalan tidak pernah melirik ke arahnya.
Aga menatap pada Naina sekilas lalu mengangguk. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, pria itu langsung saja menancapkan gas motornya berlalu dari hadapan Naina.
"Dia itu dingin sekali..." Gumam Naina merasa aneh. Tak ingin ambil pusing, Naina pun segera menghidupkan mesin motornya karena ia sudah tak sabar ingin cepat sampai ke rumahnya.
Sesampainya di rumah, Naina dikagetkan oleh tangisan Zeline yang terdengar cukup keras hingga sampai terdengar ke luar rumah. Naina pun dengan buru-buru memarkirkan motorny di dalam garasi lalu berjalan tergesa-gesa memasuki rumahnya.
"Amara... Ibu... Ada apa ini..." Tanya Naina dengan wajah begitu cemas melihat putrinya menangis keras.
Melihat kedatangan Naina, Zeline pun seketika menghentikan tangisannya.
"Tak..." Ucapnya mengulurkan kedua tangannya pada Naina lalu kembali menangis dengan keras.
Naina segera melepaskan tas sandangnya lalu mengambil tubuh Zeline ke dalam pelukannya.
"Tak... Hua..." Ucap Zeline yang masih menangis sesegukan.
"Ibu... Ada apa ini?" Tanya Naina lagi karena Ibunya hanya diam dan menatapnya sambil menahan senyum.
***
Selamat membaca☺
lanjut??
Mohon beri dukungan untuk karya author dengan cara memberikan like, komen dan votenya☺
Semakin banyak dukungannya... Maka author juga makin semangat upnya, hihi☺☺
sini tak bikin pusing beneran....
Aku getok kepala mu pake palu gada.. hhuuhhh....
DASAR KUDANIL
tan tadi tatanya beli boneta telinci.. tok tetalang dadi boneta bel uang? 🤣🤣🤣