Di usianya yang masih muda dia dinyatakan tidak bisa berkultivasi, semua orang menyebutnya sebagai sampah, pecundang. Tapi siapa yang mengira, setelah menjalani hidup di bawah bayang bayang hinaan dan makian selama bertahun-tahun dia akan mendapatkan sebuah berkah.
Menemukan sebuah peninggalan yang mengubah seluruh jalan hidupnya, peninggalan dari sesosok yang kemudian ia anggap sebagai guru.
Selalu berusaha menjadi lebih kuat, demi mempertahankan yang namanya keluarga. Melindungi orang tua dan juga orang terkasihnya.
Ini adalah perjalanan pemuda Klan Zhou, bernama Zhou Fan. Dengan pedang pusaka di punggungnya yang ia temukan di makam kuno, dia mengarungi dunia kultivator. Mulai mengukir namanya sebagai Legenda Petarung.
Pantengin terus kisah perjalanan Zhou Fan menuju puncak, jadilah saksi sebuah legenda tercipta...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sayap perak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Chapter 22
"Eh..." Zhou Fan terkejut mendengar ucapan Wei Guanlin.
"Hmm, apa tidak boleh berteman denganmu?" Wei Guanlin memperjelas pertanyaannya.
"Berteman?" cicit Zhou Fan.
Zhou Fan salah menangkap maksud perkataan dari perempuan di hadapannya.
'Apakah aku tidak pantas untukmu', kalimat itu terdengar sedikit ambigu bagi Zhou Fan...
"Ya berteman, jujur saja aku bahkan tidak memiliki teman, sebenarnya banyak yang ingin dekat denganku tapi mereka tidak tulus, mereka hanya ingin mengambil keuntungan dari latar belakangku...,"
"Hanya beberapa yang tulus menerimaku," Wei Guanlin bercerita dengan nada sedih, entah kenapa dia bisa menceritakan itu kepada seseorang yang belum lama ia kenal, bahkan ia baru mengetahui namanya beberapa saat yang lalu.
Zhou Fan yang mendengar cerita perempuan di hadapannya itu, hanya diam kemudian ia berkata kepada perempuan itu.
"Kau masih beruntung, ada seseorang yang ingin menjalin sebuah pertemanan denganmu, seharusnya kau juga bersyukur karena bisa dikelilingi orang yang menginginkan kehadiranmu, meskipun itu tidak tulus, tapi setidaknya kau lebih beruntung dariku." Zhou Fan berpesan kepada perempuan di hadapannya.
Zhou Fan berfikir, bukankah perempuan dihadapannya itu masih beruntung ada seseorang yang ingin berteman dengannya, sedangkan Zhou Fan sendiri boro-boro mempunyai teman, yang ada ia hanya di jadikan bahan hinaan serta ejekan.
Mendengar penuturan pemuda di hadapannya, Wei Guanlin dapat menyimpulkan bahwa pemuda di hadapannya memiliki masalah yang mungkin lebih berat dibandingkan dengan dirinya.
"Mungkin ini merupakan jalan takdir, kita tidak bisa memprotes atau merubahnya, mungkin kita hanya bisa berusaha dan juga menjalaninya." Zhou Fan berkata dengan suara yang semakin pelan, tapi itu tak luput dari pendengaran Wei Guanlin.
"Fufufh...," Wei Guanlin tertawa dengan sebelah tangan menutup mulutnya.
Wei Guanlin tidak percaya bahwa kata kata itu bisa keluar dari mulut pemuda di hadapannya yang terkesan cuek dan sedikit bicara.
Melihat perempuan di hadapannya tertawa, muncul kerutan di kening Zhou Fan.
"Kenapa kau tertawa?" Zhou Fan terheran dengan sikap perempuan dihadapannya.
"Tidak, aku hanya tidak menyangka saja, seorang sepertimu bisa mengeluarkan kalimat seperti tadi, fufufu...," ucap Wei Guanlin yang masih dengan tawanya.
"Kau kira aku cuek, dingin dan sombong gitu," ucap Zhou Fan.
"Bukan aku yang mengatakannya, kau sendiri yang mengatai bahwa kau itu 'cuek', 'dingin', dan 'sombong'," ucap Wei Guanlin yang menekankan beberapa kata terakhir.
"Kau tidak mengatakannya secara langsung, tapi kau mempunyai pemikiran seperti itu," ucap Zhou fan.
"Mungkin beberapa saat yang lalu iya, tapi sekarang aku tahu bahwa kau itu sangat cerewet." Wei Guanlin berkata mengejek.
Wei Guanlin sebenarnya ingin menanyakan masalah yang sedang pemuda dihadapannya itu hadapi, atau lebih tepatnya masa lalunya, tapi dia merasa waktunya kurang tepat jika menanyakannya sekarang.
"Oh iya... kenapa kau memasuki hutan mati sendirian, Mmm nona...," ucap Zhou Fan yang menggantung karena dia lupa nama perempuan di hadapannya.
Zhou Fan tidak terlalu memperhatikan saat Wei Guanlin memperkenalkan dirinya.
"Wei Guanlin!" Wei Guanlin berteriak kesal.
Dia baru beberapa saat yang lalu memperkenalkan dirinya, tapi dengan mudahnya lelaki di hadapannya melupakannya, sungguh tidak dapat diterima, pikir Wei Guanlin.
"Ya ya, aku mengingatnya, kau tidak perlu berteriak juga, aku belum terlalu tua untuk tidak bisa mendengar ucapan mu," gerutu Zhou Fan.
Wei Guanlin hanya mendecih kesal mendengar ucapan Zhou Fan.
"Cih.. kau saja tidak bisa mengingat namaku, padahal baru beberapa saat yang lalu aku memberitahu namaku kepadamu," ujarnya dengan kesal.
"Sudahlah, kenapa kau ke hutan mati?" Zhou Fan mencoba untuk mengembalikan obrolan yang mulai keluar dari tujuan awalnya.
"Sebegitu pentingkah untukmu?" Wei Guanlin mencoba menggoda Zhou Fan.
Tapi Zhou Fan malah berkata acuh setelah mendengar ucapan Wei Guanlin.
"Terserah kau saja, itu juga bukan urusanku." Zhou Fan berkata sambil beranjak pergi ke dalam gua.
Melihat kepergian Zhou Fan, Wei Guanlin hanya berkata mengejek.
"Apa kau merajuk karena tidak kuberi tahukan tujuanku kemari?" Wei Guanlin mengatakan dengan setengah berteriak karena Zhou Fan sudah masuk kedalam gua.
Entah sejak kapan Wei Guanlin merasa nyaman dekat dengan pemuda tersebut, padahal dia tidak mudah dekat dengan lelaki selain ayahnya.
Wei Guanlin masuk kedalam gua dengan senyuman terukir di bibir manisnya.
Zhou Fan yang melihat Wei Guanlin memasuki gua dengan senyum senyum sendiri pun bertanya.
"Kau kenapa, kau seperti orang yang mengkonsumsi tanaman herbal secara langsung." Zhou Fan mengatakan sambil terkekeh.
Wei Guanlin yang mendengar itu, menjadi kesal dan berkata.
"Kau itu yang gila, dasar pria kurang waras!" ucap Wei Guanlin dengan kesal.
Seseorang yang yang mengkonsumsi tanaman herbal secara langsung tidak akan berakhir baik, orang tersebut akan kehilangan kekuatan dan juga pola pikirnya, sehingga muncullah perumpamaan tersebut.
Wei Guanlin kemudian berjalan mendekati Zhou Fan, ia bermaksud menceritakan semua tentangnya, tapi ia tidak akan mengatakan sepenuhnya.
Wei Guanlin bercerita bahwa dirinya berasal dari salah satu keluarga terpandang di ibukota, ia kemari untuk meningkatkan teknik bertarungnya, tapi saat ia sedang mencari seekor beast malah ia bertemu dengan kawanan beast serigala perak yang dipimpin oleh 3 beast tingkat 3.
Setelah mengakhiri ceritanya, Wei Guanlin memandang wajah Zhou Fan untuk melihat respon pemuda tersebut.
Mendengar penjelasan Wei Guanlin, Zhou Fan pun juga menceritakan identitasnya yang sebagai anak dari salah satu Tetua klan yang terdapat di Kota Batu Hitam.
"Fan, apa tujuanmu datang ke sini." Wei Guanlin bertanya dengan nada lembut.
Setelah bertukar beberapa cerita, mereka berdua sudah mulai akrab, Wei Guanlin sudah tidak ragu lagi dengan menyebut nama pemuda yang baru sehari ia temui, Zhou Fan juga sudah agak nyaman berada di dekat Wei Guanlin.
Mendengar pertanyaan Wei Guanlin, Zhou Fan pun menceritakan tentang sebuah kisah seorang anggota klan nya yang tidak bisa berkultivasi, ia dianggap sebagai sampah dan ia selalu mendapatkan hinaan, ejekan dan juga diskriminasi .....
" .... Hanya kedua orang tuanyalah yang selalu memberikan semangat dan juga dukungan kepadanya....," Suara Zhou Fan agak melemah saat menceritakan bagian tersebut.
"Dengan tekad, dukungan keluarganya serta sedikit keberuntungan, pemuda itu pada akhirnya bisa bangkit dan sekarang sedang berdiri di hadapanmu." Zhou Fan mengakhiri ceritanya dengan tersenyum meskipun senyumannya sedikit mengandung kesedihan.
Wei Guanlin terkejut saat menyadari, bahwa yang sedang Zhou Fan ceritakan merupakan masa lalu dirinya.
"Kau masih beruntung bisa berkultivasi sejak kecil, kau tidak perlu mendengarkan hinaan dari orang lain..,"
"Aku tidak masalah jika hanya aku yang dihina, tapi mereka juga menghina kedua orang tuaku, aku tidak bisa menerima itu...,"
"Setiap pagi aku selalu berlatih dengan keras, tapi itu tidak bisa membantuku, baru setahun yang lalu, aku memutuskan untuk pergi kehutan mati...,"
"Saat itu aku belum berkultivasi, dengan berpegang pada tekad dan juga kekuatan fisikku aku memasuki hutan mati, setelah memasuki hutan mati aku menemukan sebuah keberuntungan yang telah merubahku menjadi seorang kultivator." Zhou Fan juga menceritakan bahwa saat ini ia berada di tingkat petarung master bintang 4.
Wei Guanlin kembali terkejut saat mengetahui pemuda dihadapannya sudah berada di tingkat petarung master bintang 4, bukan tingkatannya yang membuatnya terkejut, tapi Zhou Fan mencapai tingkat petarung master bintang 4 dalam waktu kurang dari setahun.
"Sungguh jenius!" Wei Guanlin membatin, ia mencapai petarung master bintang 9 karena ia sudah berkultivasi sejak usia 7 tahun dan usianya sekarang 19 tahun, itu pun dengan bantuan banyak sekali pill tingkat tinggi.
"Tapi kenapa aku hanya dapat melihatmu memliki kultivasi setingkat petarung pemula bintang 9." Wei Guanlin memang dari awal sudah memeriksa tingkat kultivasi Zhou Fan.
"Itu karena aku memakai cincin penekan kultivasi." Zhou Fan berkata sambil melepas cincin yang ada di jari telunjuknya dan seketika tekanan aura di tubuh Zhou Fan meningkat.
Zhuo Fan mendapatkan cincin penekan kultivasi dari dalam cincin penyimpanan peninggalan gurunya, ia memakai cincin tersebut saat ia memutuskan untuk meninggalkan gua.
****
Dan itu pasti putri tuan kota, awalnya aja marah2 tapi cuma modus untuk menutupi rasa malu ngintip cowo mandi ... SIAPA YG CABUL...???