NovelToon NovelToon
Jodoh Jalur Ummi

Jodoh Jalur Ummi

Status: sedang berlangsung
Genre:Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Diam-Diam Cinta / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Identitas Tersembunyi / Wanita Karir / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:5.6k
Nilai: 5
Nama Author: Musim_Salju

Aku di kenal sebagai gadis tomboy di lingkunganku. Dengan penampilanku yang tidak ada feminimnya dan hobby ku layaknya seperti hobby para lelaki. Teman-teman ku juga kebanyakan lelaki. Aku tak banyak memiliki teman wanita. Hingga sering kali aku di anggap penyuka sesama jenis. Namun aku tidak perduli, semua itu hanya asumsi mereka, yang pasti aku wanita normal pada umumnya.

Dimana suatu hari aku bertemu dengan seorang wanita paruh baya, kami bertemu dalam suatu acara tanpa sengaja dan mengharuskan aku mengantarkannya untuk pulang. Dari pertemuan itu aku semakin dekat dengannya dan menganggap dia sebagai ibuku, apalagi aku tak lagi memiliki seorang ibu. Namun siapa sangka, dia berniat menjodohkan ku dengan putranya yang ternyata satu kampus dengan ku, dan kami beberapa kali bertemu namun tak banyak bicara.

Bagaimana kisah hidupku? yuk ikuti perjalanan hidupku.

Note: hanya karangan author ya, mohon dukungannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Musim_Salju, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18: Luka di Jalan yang Salah

Malam di Puncak begitu dingin. Angin malam menyentuh kulitku, membawa aroma embun dan dedaunan basah. Aku duduk di atas batu besar di tepi jalan, memandang jauh ke arah lampu-lampu kota yang terlihat seperti kunang-kunang di kejauhan. Suara teman-temanku yang bercanda dan tertawa sayup-sayup terdengar di belakangku, tapi aku tidak ingin bergabung.

Kepalaku penuh dengan Galaksi. Wajahnya, suaranya, tatapannya yang hangat, semua itu terus berputar di pikiranku. Aku tahu aku sedang marah, tapi jauh di dalam hatiku, aku rindu.

"Dingin banget, Sen," Raka mendekat, menyodorkan jaket tambahan miliknya.

"Aku nggak apa-apa," kataku datar, mencoba menutupi gejolak di dalam hati.

"Kamu nggak pernah kayak gini sebelumnya," katanya, menatapku dengan sorot mata penuh perhatian.

Aku menghela napas panjang, menatap ke bawah. "Orang berubah, Rak. Kadang tanpa sadar, kadang karena keadaan."

Dia tidak menjawab. Raka mengenalku cukup lama untuk tahu kapan aku butuh waktu sendiri. Dia berdiri dan berjalan kembali ke teman-teman kami.

Aku tahu aku berubah sejak bertemu Galaksi. Aku yang biasanya cuek dan tomboy, mulai memperhatikan hal-hal kecil. Aku yang dulu tidak peduli dengan penampilan, mulai belajar menyisir rambut lebih rapi atau memilih kaos yang lebih sopan. Semua itu karena Galaksi—pria yang membuatku merasa ingin menjadi lebih baik.

Namun, sekarang semuanya terasa sia-sia.

Di kampus, Galaksi tidak tenang. Hari kedua tanpa kabar dari Senja membuatnya gelisah. Bahkan tugas kelompok yang biasanya ia selesaikan dengan mudah menjadi berantakan.

"Galaksi, fokus dong," kata Maya sambil meletakkan buku di meja dengan sedikit keras.

Dia hanya melirik Maya sekilas. "Aku fokus."

"Tapi nggak kelihatan," katanya dengan nada manja.

Galaksi mendengus, lalu berdiri. "Aku nggak bisa terus di sini. Aku ada urusan."

Maya mengerutkan kening. "Urusan apa? Ini tugas kelompok kita, tahu."

"Tugas ini bukan alasan buat aku mengabaikan hal yang lebih penting," jawabnya dingin.

Maya terdiam, tapi dalam hati dia kesal. Dia tahu apa yang sebenarnya penting bagi Galaksi, Senja.

Sementara itu, aku masih di Puncak. Kami menghabiskan waktu berjam-jam berkeliling dan berhenti di beberapa tempat. Meski suasananya menyenangkan, aku merasa ada yang kosong.

Saat kami berhenti di sebuah kedai kecil untuk makan siang, aku duduk sendirian di sudut. Aku tidak ingin bergabung dengan yang lain.

"Sen, kamu nggak makan?" tanya Raka, mendekat dengan wajah khawatir.

"Aku nggak lapar," jawabku singkat.

Dia menghela napas. "Kamu mau cerita? Aku tahu ada sesuatu yang berat di kepalamu."

Aku hanya menggeleng. Raka adalah teman yang baik, tapi aku tidak tahu bagaimana menjelaskan rasa sakit ini.

Hari ketiga tanpa kabar dari Senja, Galaksi mengambil keputusan besar. Dia tahu Senja butuh waktu sendiri, tapi dia tidak bisa membiarkan kesalahpahaman ini terus berlanjut.

Dengan sedikit usaha, dia mendapatkan informasi dari salah satu teman Senja bahwa gadis itu sedang bersama geng lamanya di Puncak. Tanpa berpikir panjang, Galaksi memutuskan untuk menyusul. Ya, sedikit banyak Galaksi tahu cerita masa lalu Senja.

Malam itu, aku duduk di tepi jalan, jauh dari keramaian teman-temanku. Angin malam kembali membawa dingin, tapi aku tidak peduli. Hatiku masih terasa beku, dan aku tidak tahu bagaimana mencairkannya.

"Senja!" sebuah suara memecah keheningan.

Aku menoleh, dan di sana, di tengah jalan yang gelap, berdiri Galaksi. Napasnya terengah-engah, dan wajahnya menunjukkan campuran antara marah dan lega.

"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanyaku tajam, berdiri dari dudukku.

"Aku nyari kamu!" jawabnya, berjalan mendekat.

"Kenapa? Bukannya kamu sibuk sama Maya?" sindirku, suara penuh emosi yang sudah kutahan beberapa hari ini.

Dia berhenti beberapa langkah di depanku. "Itu bukan seperti yang kamu pikirkan, Sen."

"Jadi aku salah lihat? Maya nggak meluk kamu dari belakang waktu itu?" tantangku, menatap matanya dengan marah.

Galaksi terdiam. "Dia memang meluk, tapi aku nggak ada hubungan apa-apa sama dia."

Aku tertawa sinis. "Kamu pikir aku bakal percaya? Aku nggak bodoh, Galaksi. Kalau kamu emang nggak punya perasaan ke dia, kenapa kamu diam aja waktu dia meluk kamu?"

Dia menghela napas panjang, wajahnya terlihat penuh penyesalan. "Aku kaget, Sen. Aku nggak tahu dia bakal ngelakuin itu. Aku cuma suka sama kamu, nggak pernah yang lain."

Aku ingin mempercayainya, tapi rasa sakit itu terlalu besar. "Kalau kamu cuma suka sama aku, kenapa kamu biarin orang lain masuk ke ruang yang harusnya cuma buat aku?"

Dia tidak menjawab, dan keheningan itu membuatku semakin sakit.

Beberapa teman gengku mulai memperhatikan kami. Raka berjalan mendekat, menatap Galaksi dengan curiga.

"Ini siapa, Sen?" tanyanya, nada suaranya jelas menunjukkan perlindungan.

"Dia nggak penting," jawabku tanpa berpikir.

Galaksi menatapku dengan luka di matanya. "Nggak penting, Sen?"

Aku mengalihkan pandangan, tidak sanggup melihatnya. "Kamu harus pergi, Galaksi."

Dia menggeleng. "Aku nggak akan pergi sampai kamu tahu semuanya."

Raka melangkah maju. "Bro, kalau dia bilang kamu pergi, ya pergi. Jangan bikin masalah di sini."

Galaksi menatap Raka dengan tajam, tapi dia tidak menjawab. Dia hanya menatapku, menunggu sesuatu, mungkin kata-kata yang bisa meyakinkannya untuk tetap tinggal.

Tapi aku tidak memberinya apa pun. Aku hanya berdiri di sana, diam, membiarkan rasa sakitku menguasai segalanya.

Akhirnya, Galaksi menghela napas berat dan berbalik pergi. Tapi sebelum dia benar-benar pergi, dia berkata pelan, "Aku nggak akan nyerah, Sen. Aku tahu kamu lebih dari ini."

Dan dengan itu, dia menghilang ke dalam gelapnya malam, meninggalkanku dengan hati yang semakin remuk.

Malam itu, aku tidak bisa tidur. Kata-kata Galaksi terus terngiang di kepalaku, membuatku semakin bingung. Aku tahu aku tidak bisa terus seperti ini, tapi aku juga tidak tahu bagaimana memperbaiki semuanya.

Hidupku yang dulu sederhana sekarang terasa begitu rumit. Aku tidak pernah menjadi gadis baik, tidak pernah lembut atau penuh perhatian. Tapi saat aku bertemu Galaksi, aku mulai berubah. Aku ingin menjadi lebih baik, bukan hanya untuk diriku sendiri, tapi juga untuknya.

Namun sekarang, semua itu terasa sia-sia. Mungkin, aku memang tidak pantas untuknya.

To Be Continued...

1
rina Rismayanti
Luar biasa
Amin Srgfoo
menarik
Nanik Arifin
lari dari masalah, bukan sesuatu yg baik senja.
apa yg dikatakan Senja benar, Galaksi. jika mmg hanya Senja di hatimu, tidak seharusnya memberi Maya ruang dalam hidupmu. padahal kamu tahu betul, Maya jatuh hati padamu.
Tidak bisa menjaga hati Senja, berarti kesempatan lelaki lain menjaganya. jangan menyesal ketika itu terjadi, Galaksi
Nurgusnawati Nunung
Alhamdulillah orang orang disekitarmu mereka orang yang baik, Assyifa
Nurgusnawati Nunung
Hayooo semangat..
Nurgusnawati Nunung
Alhamdulillah ada teman untuk berbagi. semangat thor
Nurgusnawati Nunung
menarik ceritanya. semangat thor
Musim_Salju: Terimakasih kak selalu hadir di setiap karya author 😘🤗
total 1 replies
Nunuy
Dapat notif langsung cuss baca..ternyata bagus dan buat penasaran,lanjutttt 💪💪
Musim_Salju: Alhamdulillah, semoga menghibur kak🤗
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!