Menjalani rumah tangga bahagia adalah mimpi semua pasangan suami istri. Lantas, bagaimana jika ibu mertua dan ipar ikut campur mengatur semuanya? Mampukah Camila dan Arman menghadapi semua tekanan? Atau justru memilih pergi dan membiarkan semua orang mengecam mereka anak dan menantu durhaka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tie tik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyebalkan!
Hari sabtu yang dijanjikan Arman akhirnya tiba. Sejak pagi Camila sudah menyiapkan beberapa barang yang akan dibawa ke Surabaya. Camila sangat bersemangat karena akan bertemu dengan kedua orang tuanya.
"Ayo berangkat sekarang," ajak Arman setelah memakai jaket dan sepatu.
"Mas, nanti mampir ke pasar ya. Aku mau beli oleh-oleh untuk mama," pinta Camila sebelum mereka keluar dari kamar.
Suasana di luar rumah masih gelap karena adzan shubuh baru berkumandang beberapa puluh menit yang lalu. Arman sengaja mengajak Camila berangkat lebih awal agar tidak terjebak macet di Surabaya nanti. Selain itu, Arman pun tidak mau jika istrinya merasakan cuaca panas.
"Jadi ke Surabaya, Man?" tanya Pardi saat melihat Arman turun dari lantai dua.
"Iya, Pak. Sudah lama gak berkunjung ke rumah mama," jawab Arman sambil bersalaman dengan Pardi.
"Hati-hati. Jangan ngebut," tutur Pardi sambil menepuk bahu putranya.
Arman hanya menganggukkan kepala. Lantas, dia mengajak Camila berpamitan kepada Aminah yang sedang berkutat di dapur. Kekhawatiran yang cukup besar terlihat dari sorot mata Aminah saat melepas kepergian anak dan menantunya.
"Nduk, jangan terlalu capek ya. Sebenarnya Ibu tidak mengizinkan kalian pergi karena takut terjadi sesuatu. Tapi mau bagaimana lagi, la wong kalian kan sambang ke rumah orang tua juga. Pokoknya kalian harus pandai menjaga diri ya," tutur Aminah seraya menatap Camila dan Arman bergantian.
Aminah mengantar keberangkatan mereka berdua sampai di teras rumah. Aminah tak henti menasehati keduanya hingga mereka benar-benar berangkat. Ya, meski sangat cerewet, sebetulnya Aminah sangat menyayangi Camila sebagai menantunya. Namun, seringkali sikap Aminah berubah karena hasutan orang-orang terdekatnya.
****
Hari minggu telah terlewati hampir setengah hari. Cuaca panas serta angin kencang sedang melanda kawasan tempat tinggal Aminah. Tentu keadaan ini berhasil membuat beberapa orang enggan untuk melakukan aktivitas di luar rumah. Salah satunya Yudi, suami sinta. Pria berparas manis itu enggan beranjak dari tempat tidur karena merasa lelah. Dia menemani Zafi bermain di sana tanpa menghiraukan rengekan istrinya.
"Pa, ayolah kita jalan-jalan ke kota. Mumpung weekend, Pa." Entah ini permintaan ke berapa yang sudah diucapkan Sinta.
"Ma, aku capek, Ma. Kemarin malam kita kan sudah jalan. Lagi pula di luar cuacanya sedang gak mendukung. Udahlah di rumah aja." Akhirnya Yudi menolak permintaan istrinya karena risi. Sejak tadi Yudi hanya diam saja.
"Ih, nyebelin banget sih, Pa!" cibir Sinta seraya mengubah posisi membelakangi Yudi. Dia membuka ponsel untuk menscroll sosial media nya.
Wajah cantik itu berubah murung karena keinginan tak bisa terpenuhi. Bosan, ya itulah yang dirasakan Sinta ini hingga membuatnya membuka aplikasi pesan untuk melihat status yang dibagikan Camila. Wanita asal Solo itu selalu penasaran dengan kegiatan yang dilakukan adik iparnya itu.
"Oh, lagi makan-makan sama keluarganya," batin Sinta sambil mengamati foto yang Camila dan keluarganya. "Eh, apa ini? Dia mampir ke tempat wisata juga? Mana bagus lagi tempatnya. Ih." Tentu saja foto-foto Camila berhasil menambah kekesalan Sinta.
Benda pipih berwarna hitam itu diletakkan kembali di atas meja. Bibir berwana merah muda itu semakin mengerucut karena tidak terima melihat kebahagiaan Camila. Setelah merenung beberapa menit lamanya, Sinta beranjak dari tempat tidur. Dia meraih ponsel yang ada di atas meja.
"Jaga Zafi dulu. Aku mau mencari udara segar di luar," ujar Sinta sebelum pergi meninggalkan Yudi.
Sinta keluar dari kamar dan berjalan menuju dapur untuk mencari keberadaan mertuanya. Dia tak menemukan siapapun di sana. Sinta pun sampai mencari di kebun belakang. Namun, tak ada siapapun di sana. Pada akhirnya dia memilih duduk di ruang keluarga sambil menunggu kehadiran Aminah.
Tak berselang lama, wanita yang sudah ditunggu kehadirannya itu pun datang dari ruang tamu dengan menenteng tas kain. Aminah menghentikan langkah setelah melihat Sinta di ruang keluarga. "Ini Nduk, bukalah," ucap Aminah seraya meletakkan tas tersebut di atas meja.
"Ibu dari mana?" tanya Sinta sambil membuka tali tas tersebut.
"Pengajian rutin di rumahnya bu Nur. Makan saja kue-kue nya itu. Ibu gak mau, Nduk," ucap Aminah saat Sinta membuka kotak kue itu.
Aminah tak segera beranjak karena Sinta membuka pembahasan. Awalnya, Sinta membahas tentang cuaca dan berakhir membahas Camila. Dia menunjukkan foto-foto Camila bersama keluarganya.
"Duh, Mila ini sembrono. Udah tahu hamil muda kok ya malah jalan-jalan. Arman juga kok ya gak ngingetin istrinya," gerutu Aminah setelah melihat foto dan video di handphone Sinta.
"Iya, ya, Bu. Seharusnya dek Mila kan banyak istirahat biar kandungannya sehat. Kalau kecapekan takutnya nanti gak kuat kandungannya." Sinta sengaja mengatakan hal ini untuk menyulut kekhawatiran Aminah.
"Coba kamu telfon sekarang. Ibu mau bicara sama Mila," pinta Aminah setelah beberapa menit terdiam.
Sinta bersorak dalam hati karena umpannya berhasil. Dia mengembangkan senyum tipis saat mencoba menghubungi kontak adik iparnya itu. "Halo, Dek Mila. Ibu mau bicara nih," ucap Sinta setelah panggilan terhubung bersama Camila. Lantas, Sinta menyerahkan ponselnya kepada Aminah.
Sinta memalingkan wajah ke arah lain untuk menyembunyikan senyum manisnya saat mendengar ucapan Aminah. Entah mengapa dia sangat bahagia mendengar nasihat panjang yang diucapkan Aminah untuk adik iparnya itu. Sinta sudah menduga pasti Camila kesal mendengar hal itu.
"Nduk, ibu mau bicara sama suamimu sebentar. Coba berikan HPnya," pinta Aminah setelah puas menasihati Camila.
Sinta mengatupkan kedua bibirnya rapat setelah tahu bukan hanya Camila yang mendapat tausiyah panjang. Arman pun tak luput dari hal menyebalkan itu. Sinta mengambil salah satu kue yang ada di atas meja dan menikmatinya sambil mencuri dengar pembicaraan itu.
"Emang enak dapat ceramah panjang dari ibu. Lagipula kebanyakan tingkah emang Mila ini. Udah tahu lagi hamil, malah keluyuran gak jelas. Rasain tuh sekarang kena omel," batin Sinta sambil mengunyah kue lemper.
Pembicaraan terus berlanjut sampai beberapa menit lamanya. Aminah tak henti menasihati putranya agar menjaga kandungan Camila. Protektif. Ya, mungkin ini yang dilakukan Aminah saat ini demi menjaga buah hati yang sudah lama dinanti semua orang.
"Arman, sebaiknya cepat pulang dari Surabaya. Istrimu itu butuh istirahat. Ibu pikir kalian hanya berada di rumah mama mu. La kok malah keluyuran begitu. Pokoknya jangan sampai pulang malam ya, Man. Sore udah sampai di rumah ya," ucap Aminah sebelum mengakhiri panggilan bersama Arman.
Rasa kecewa karena penolakan Yudi telah terobati setelah mendengar semua ucapan Aminah. Ya, Sinta tersenyum puas karena berhasil membuat Camila dalam cercaan Aminah. Sinta merasa semua terasa imbang dengan dirinya.
"Udah jalan-jalan capek, eh malah kena omel. Emang enak. Mending aku dong ya, gak capek tapi disayang mertua. Ah, bahagianya aku," batin Sinta sambil menatap Aminah sekilas.
...🌹TBC🌹...
...Di sini ada yang punya ipar macam Sinta gak? Dia ini tipe manusia apa sih? Jawab dong di kolom komentar😌...
Arman mana tau,,berangkat pagi pulang sore
terimakasih
Anak sekarang benar2 bikin tepok jidat
Lagi musim orang sakit..
Fokus sama usahanya biar makin lancar..
Goprutnya ntar sampai hafal sama Mila 😀😀
Camila harus lebih tegas lagi
Yg g boleh itu jadi pengadu domba
Fokus saja sama keluarga dan usaha biar sukses