NovelToon NovelToon
HEROES RETURN

HEROES RETURN

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Fantasi
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Zen Vessalius

Zen Vessalius adalah nama yang pernah menggema di seluruh penjuru dunia, seorang pahlawan legendaris yang menyelamatkan umat manusia dari kehancuran total. Namun, waktu telah berubah. Era manusia telah berakhir, dan peradaban kini dikuasai oleh makhluk-makhluk artifisial yang tak mengenal masa lalu.

Zen, satu-satunya manusia yang tersisa, kini disebut sebagai NULL—istilah penghinaan untuk sesuatu yang dianggap tidak relevan. Dia hanyalah bayangan dari kejayaan yang telah hilang, berjalan di dunia yang melupakan pengorbanannya.

Namun, ketika ancaman baru muncul, jauh lebih besar dari apa yang pernah dia hadapi sebelumnya, Zen harus kembali bangkit. Dengan tubuh yang menua dan semangat yang rapuh, Zen mencari makna dalam keberadaannya. Mampukah ia mengingatkan dunia akan pentingnya kemanusiaan? Atau akankah ia terjatuh, menjadi simbol dari masa lalu yang tak lagi diinginkan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zen Vessalius, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 12 PERJALAN MENGANTAR SURAT

Di dalam kereta yang melaju melewati padang rumput luas, Kael Myrion, Lira Evenshade, dan Theros Draegen saling berbagi tatapan penuh rasa ingin tahu. Perjalanan ini adalah misi pertama mereka bersama sebagai ajudan kepercayaan kerajaan, dan situasi tersebut terasa unik sekaligus menegangkan.

Kael, dengan senyum santainya, membuka pembicaraan. "Lucu juga, ya, akhirnya kita bertiga ditugaskan bersama seperti ini. Padahal aku lebih sering mengurus keamanan kastil."

Lira yang duduk dengan anggun di samping jendela meliriknya sambil tersenyum kecil. "Mungkin inilah cara Yang Mulia ingin menguji kerja sama kita. Atau bisa jadi... ini takdir."

Theros, yang memiliki postur paling tinggi di antara mereka, tertawa kecil. "Takdir, ya? Kupikir lebih tepat disebut peluang. Tapi aku tak keberatan. Ini akan menjadi pengalaman menarik."

Kael melipat tangan di belakang kepalanya dan bersandar dengan santai. "Yah, menarik kalau kita tidak bertemu masalah besar di perjalanan. Jangan lupa, kita harus melewati wilayah perbatasan High Druid. Ras mereka terkenal tak mudah percaya."

Lira mengangguk, tatapannya serius. "Benar. High Druid adalah ras yang sangat teritorial. Mereka tidak suka orang luar melewati wilayah mereka tanpa izin. Kita harus berhati-hati, apalagi membawa simbol kerajaan Lumoria."

Theros menimpali, suaranya tenang namun penuh wibawa. "Itu sebabnya kita harus tetap bersatu dan fokus. Kalau ada masalah, kita selesaikan tanpa menimbulkan konflik besar. Tapi ingat, misi utama kita adalah memastikan surat ini sampai ke tangan Aelaris dan Rokan."

Perjalanan mereka membawa kereta mendekati kawasan hutan lebat, tanda bahwa mereka mulai memasuki wilayah yang dekat dengan perbatasan High Druid. Angin yang bertiup semakin dingin, dan suasana menjadi lebih sunyi.

Kael memecah keheningan dengan candanya. "Kalian tahu? Kalau kita bertiga selamat dari ini, aku akan traktir kalian makan malam mewah di kastil."

Lira tertawa kecil. "Traktir? Aku kira kau hanya tahu cara mencuri perhatian dengan leluconmu."

Kael pura-pura terkejut. "Hei, aku bisa melakukan lebih dari itu, tahu!"

Theros menggeleng sambil tersenyum. "Simpan energimu untuk nanti, Kael. Aku yakin perjalanan ini tidak akan semulus leluconmu."

Langit malam mulai gelap, bintang-bintang bersinar terang menghiasi cakrawala. Rombongan berhenti di sebuah area terbuka di pinggiran hutan, tempat yang tampak cukup aman untuk beristirahat. Para prajurit yang menyertai para ajudan segera turun dari kereta dan mulai sibuk menyiapkan tempat peristirahatan.

Kael Myrion berjalan ke tengah area, melihat-lihat sekeliling sambil berbicara dengan lantang, "Tempat ini cukup bagus. Lapang, dekat dengan sumber air, dan terlihat tidak ada tanda-tanda bahaya."

Theros Draegen, yang memimpin persiapan logistik, memberikan aba-aba kepada prajurit di belakangnya. "Dirikan tenda di bagian yang lebih tinggi. Pastikan api unggun terjaga. Jangan sampai mengundang perhatian makhluk hutan."

Lira Evenshade dengan sigap membantu membagikan perbekalan sambil memeriksa kondisi para prajurit. "Jangan lupa untuk makan cukup malam ini. Besok kita mungkin menghadapi medan yang lebih sulit," katanya dengan nada penuh perhatian.

Beberapa saat kemudian, api unggun mulai menyala, memberikan kehangatan di tengah udara malam yang semakin dingin. Aroma makanan mulai tercium saat salah satu prajurit memasak sup sederhana dari bahan perbekalan mereka.

Kael, yang sudah duduk bersandar di sebuah batang pohon besar, melirik Lira dan Theros. "Kalian pikir kita akan baik-baik saja melewati wilayah High Druid?"

Theros mengangguk perlahan. "Selama kita tidak melanggar aturan mereka dan tetap menghormati batas-batas, kita punya peluang besar untuk aman."

Lira menambahkan sambil menatap api unggun. "Tapi kita tetap harus waspada. High Druid tidak segan-segan bertindak jika merasa wilayah mereka terancam."

Percakapan mereka terhenti sejenak saat prajurit yang bertugas membagi makanan datang membawa semangkuk sup untuk masing-masing dari mereka. Kael menerimanya dengan senyum lebar. "Ini dia! Sup hangat selalu terasa seperti kemewahan di tengah perjalanan."

Malam itu, tenda-tenda kecil berdiri dengan rapi di bawah naungan pohon-pohon besar. Para prajurit bergiliran berjaga di sekitar perkemahan, memastikan keamanan rombongan.

Kael, sebelum memutuskan untuk tidur, melirik kedua rekannya. "Semoga malam ini tenang. Kita perlu semua energi untuk perjalanan besok."

Malam yang sunyi tiba-tiba dipecahkan oleh suara angin yang berdesir tak wajar, diikuti oleh gemuruh tanah yang bergetar. Di kejauhan, sinar hijau samar melintas di antara pepohonan, seperti mata-mata yang memancarkan ancaman.

Kael Myrion, yang tidur di dekat api unggun, terbangun lebih dulu oleh suara aneh itu. "Bangun! Ada sesuatu!" serunya sambil meraih pedangnya. Dalam sekejap, semua prajurit dan ajudan lain segera siaga.

Theros Draegen melangkah ke depan, menatap tajam ke arah hutan yang gelap. "Formasi pertahanan! Ini pasti High Druid!" teriaknya sambil mengarahkan para prajurit ke posisi bertahan.

Tiba-tiba, angin kencang bertiup, membawa panah-panah kayu yang melesat dengan cepat dari kegelapan. Beberapa menancap di tanah, sebagian menghantam perisai para prajurit. Panah-panah itu bersinar samar, membawa energi magis yang meledak kecil saat mengenai sasaran.

"Serangan kejutan!" Lira Evenshade segera merapal mantra pelindung, menciptakan dinding energi tipis di depan mereka. "Kita tidak bisa diam saja! Kael, cari sumbernya!"

Kael mengangguk, matanya menyipit mencari gerakan di antara bayangan pohon. "Mereka tidak akan menunjukkan diri dengan mudah," gumamnya.

Sementara itu, para prajurit mulai melindungi tenda dan perbekalan. Serangan panah terus datang, tetapi Lira berhasil menahan sebagian besar dengan mantranya. "Mereka hanya menguji kita," katanya dengan suara tegas.

Theros, yang mengenali pola serangan tersebut, segera memutuskan. "Kita tidak bisa tetap di sini. Kita harus menunjukkan bahwa kita bukan ancaman, atau ini akan berlanjut menjadi pertempuran besar."

Kael tersenyum sinis sambil memutar pedangnya. "Aku rasa mereka tidak akan mendengarkan dengan kata-kata. Mungkin kita perlu memberi sedikit pertunjukan."

Ia melompat maju, memotong panah yang meluncur ke arahnya dengan gerakan cepat. "Hei! High Druid! Kami di sini bukan untuk melawan kalian!" Kael berteriak lantang, suaranya bergema di hutan.

Sebuah suara dalam dan dingin terdengar dari kegelapan. "Kalian berani menginjak wilayah kami tanpa izin. Berikan alasan mengapa kami tidak harus mengusir kalian sekarang juga."

Lira maju, berdiri di samping Kael, tangannya masih mengangkat mantra pelindung. "Kami adalah utusan dari Lumoria, mengantarkan pesan perdamaian. Kami tidak datang untuk berperang," katanya tegas.

Keheningan menyelimuti tempat itu sesaat, tetapi serangan panah berhenti. Dari bayangan hutan, beberapa sosok bertudung muncul, masing-masing membawa tongkat kayu yang bersinar dengan simbol magis.

Theros melangkah maju perlahan, tangannya terbuka sebagai tanda damai. "Kami tidak ingin konflik. Kami hanya meminta izin untuk melewati wilayah kalian."

Pemimpin kelompok pengintai High Druid, seorang wanita bertubuh tinggi dengan mata hijau bercahaya, mendekat dengan hati-hati. "Buktikan bahwa kalian tidak membawa bahaya. Jika kalian berbohong, kami tidak akan segan menghancurkan kalian di sini dan sekarang."

Kael menatap Theros dan Lira sejenak, kemudian menunduk kecil kepada pemimpin itu. "Kami hanya membawa surat untuk para pemimpin Beast dan Firlinione. Jika kalian mengizinkan, kami akan menunjukkan bukti niat baik kami."

Pemimpin pengintai High Druid memandangi mereka dalam diam, lalu mengangkat tangan. Para prajuritnya menurunkan senjata, tetapi tetap waspada. "Kalian boleh lewat. Tapi kami akan mengawasi setiap langkah kalian."

Dengan itu, ketegangan mulai mereda, meskipun suasana tetap penuh kewaspadaan. Rombongan itu melanjutkan perjalanan mereka, kini dengan bayang-bayang para pengintai High Druid yang mengikuti dari kejauhan.

Ketika fajar mulai menyingsing, sinar matahari menembus dedaunan tebal di hutan, menciptakan pemandangan indah yang berkilauan. Kabut pagi perlahan memudar, memperlihatkan hutan yang sebenarnya dipenuhi keajaiban alam. Pohon-pohon besar menjulang tinggi dengan daun-daun yang memantulkan warna keemasan. Di sekitarnya, tanaman herbal yang memancarkan aroma menyegarkan tumbuh subur, bercampur dengan buah-buahan berwarna cerah yang tergantung di dahan.

Para ajudan dan prajurit melanjutkan perjalanan mereka dengan langkah yang lebih waspada namun terpesona oleh pemandangan yang menakjubkan. Kael Myrion, yang berjalan di depan, sesekali melirik ke sekitarnya. "Aku tidak menyangka hutan ini menyimpan keindahan seperti ini," gumamnya sambil memetik sebuah buah kecil berwarna merah.

Lira Evenshade, yang berjalan di belakangnya, tersenyum tipis. "Ini adalah kekuatan para High Druid. Mereka bukan hanya menjaga, tapi juga menyatu dengan alam. Tidak heran mereka melindungi tempat ini dengan begitu gigih," katanya sambil merapalkan mantra kecil untuk memeriksa keaslian buah tersebut sebelum mengambil satu untuk dirinya sendiri.

Theros Draegen, di tengah barisan, memandang ke langit yang mulai cerah. "Kita mungkin beruntung mereka tidak menyerang lebih jauh tadi malam. Tapi kita harus tetap waspada. Keindahan ini bisa menjadi jebakan jika kita lengah," ujarnya dengan nada hati-hati.

Di antara pepohonan, para pengintai High Druid tetap mengawasi mereka dengan mata tajam, bergerak di antara bayangan tanpa suara. Meskipun mereka tidak menyerang, kehadiran mereka memberikan tekanan yang tak terlihat, seolah mengingatkan bahwa setiap langkah mereka sedang dinilai.

Seiring matahari semakin tinggi, suara burung-burung mulai memenuhi udara, memberikan harmoni yang damai namun penuh dengan kewaspadaan. Rombongan itu berhenti sejenak untuk mengisi kantong air mereka dari sebuah sungai kecil yang jernih di pinggir hutan. Airnya memantulkan cahaya matahari, seolah mengundang untuk diminum.

"Air ini luar biasa jernih," ujar Kael sambil meneguk air dari tangannya. "Tidak seperti di tempat lain. Rasanya segar dan murni."

Lira mengangguk setuju. "Hutan ini memang penuh dengan energi kehidupan. Bahkan airnya terasa seperti mengembalikan stamina."

Theros, yang tetap berjaga di sekitar, memeriksa keadaan. "Baiklah, kita harus segera melanjutkan. Semakin jauh kita berjalan, semakin cepat kita mencapai tujuan dan mengurangi risiko konflik."

Saat senja mulai menyelimuti langit, rombongan pengantar pesan akhirnya tiba di pusat wilayah ras High Druid. Daerah itu tampak megah dan penuh keajaiban alam, dengan pepohonan raksasa yang menjulang seperti menara, akar-akarnya membentuk jembatan alami di atas sungai-sungai kecil yang jernih. Cahaya rembulan yang memantul di dedaunan memberikan kesan magis pada tempat itu. Di tengah pusat, sebuah pohon besar yang bercahaya keemasan berdiri kokoh, tampak seperti simbol utama peradaban mereka.

Para pengintai High Druid yang sejak awal mengikuti rombongan segera melangkah ke depan dan menghentikan perjalanan mereka. "Di sinilah kalian menunggu," kata salah satu pengintai dengan suara tegas namun sopan. "Jangan mencoba sesuatu yang mencurigakan. Kami akan berbicara dengan Dewan Druid untuk menyampaikan maksud kalian."

Kael Myrion melangkah maju dengan sopan dan membungkukkan badan sedikit sebagai tanda hormat. "Kami hanya pembawa pesan. Tidak ada niat buruk dari pihak kami," katanya.

Pengintai itu mengangguk singkat sebelum berbalik dan berjalan menuju inti perkampungan. Rombongan ajudan dan prajurit memutuskan untuk menunggu di tempat yang telah ditentukan, sebuah area lapang di bawah naungan pohon-pohon besar. Para pengintai High Druid yang lain tetap berjaga di sekitar mereka, memastikan tak ada tindakan mencurigakan yang terjadi.

Theros Draegen memperhatikan para pengintai dengan mata tajam. "Mereka sangat berhati-hati, bahkan mungkin lebih daripada yang kita kira," ujarnya pelan kepada Kael.

Kael mengangguk. "Wajar saja. Kita berada di jantung wilayah mereka. Setiap gerakan kita pasti diawasi. Tetap tenang dan jangan membuat masalah."

Lira Evenshade, yang sejak tadi mengamati keindahan sekeliling mereka, menambahkan, "Tempat ini benar-benar menakjubkan. Rasanya setiap daun dan ranting menyimpan kekuatan yang hidup. Tidak heran mereka begitu protektif terhadap tanah mereka."

Sementara mereka menunggu, waktu seakan melambat. Udara di sekitar mereka terasa sejuk, dengan aroma alami dari dedaunan dan bunga-bunga liar yang tumbuh di sekitar. Para prajurit mulai bersiap untuk berjaga, memastikan tidak ada yang melanggar perintah atau mengganggu proses negosiasi.

Beberapa saat kemudian, salah satu pengintai kembali dengan langkah cepat. "Dewan Druid setuju untuk mendengar pesan kalian. Tetapi hanya satu dari kalian yang diizinkan masuk ke Aula Suci," katanya tegas.

Kael menatap rekan-rekannya. "Baiklah, aku akan pergi. Aku yang memegang surat itu, dan aku yakin bisa menyampaikan pesan ini dengan jelas."

Lira dan Theros mengangguk, mendukung keputusan Kael. "Hati-hati di dalam. Jangan gegabah," kata Theros sambil menepuk bahu Kael.

Dengan langkah mantap, Kael mengikuti pengintai menuju Aula Suci, sementara yang lain menunggu dengan penuh harap. Perjalanan ini adalah awal dari sesuatu yang lebih besar, dan setiap keputusan yang diambil di sini akan menentukan nasib Lumoria di masa depan.

Bersambung!

1
Anonymous
Bagus!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!