Aulia Aisha Fahmi Merupakan sepupu Andika, mereka menjalin cinta tanpa sepengetahuan orang tua mereka. Andika adalah cinta pertama Aulia dan ia begitu mencintainya. Namun, kejujuran Andika pada ayahnya untuk menikahi Aulia ditentang hingga Andika perlahan-lahan hilang tanpa kabar.
Kehilangan Andika membuat Aulia frustrasi dan mengunci hatinya untuk tidak menerima pria lain karena sakit di hatinya begitu besar pada Andika, hingga seorang pria datang memberi warna baru di kehidupan Aulia... Akankah Aulia bisa menerima pria baru itu atau masih terkurung dalam masa lalunya.
Penasaran dengan kisah selanjutnya, yuk ikuti terus setiap episode terbaru dari cerita Cinta untuk sekali lagi 😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aninda Peto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 10
Beberapa bulan lagi, perempuan itu akan menyelesaikan masa sekolahnya, ia tidak akan lagi menyandang status siswi melainkan seorang alumni. Setiap harinya ia terus belajar agar ia dapat mendapatkan hasil yang memuaskan. Namun, ia selalu menyempatkan waktunya untuk membaca novel terkadang komik manhwa.
Seperti saat ini, perempuan itu sedang menuliskan sesuatu di buku tulis terkadang pandangannya mengarah pada satu buku kecil yang memperlihatkan sosok pria tampan dengan perut yang berkotak-kotak sedang berpose layaknya model. Seakan asik dengan dunianya, perempuan itu tidak menyadari jika ada seorang pria sedang menatapnya dengan tatapan tak suka.
Di jam pembelajaran terakhir, yaitu mata pelajaran bahasa Arab, dan kebetulan tidak ada guru yang masuk sehingga para siswa hanya bermain, tiduran dan ada yang belajar.
Di ruang kelasnya, Aulia seperti biasa membaca komik manhwa dan itu pertama kalinya ia membaca buku tersebut, sementara Santika membaca novel "Pudarnya pesona Cleopatra" ia menangis tersedu-sedu membaca setiap kalimat yang tertulis dalam buku berwarna coklat itu dengan gambar yang memperlihatkan seorang pria.
Lain halnya dengan Aulia, perempuan itu sedang asik menikmati perut sobek yang dimiliki manusia fiksi dalam buku yang di pegangnya.
"Astaga, semakin hari semakin aku tersesat di dunia fiksi" gumamnya dengan senyum melebar. Tapi tidak dengan pria yang sedari tadi berdiri di sampingnya yang terus-menerus mendengus kesal. Beberapa siswa di ruangan tersebut tertawa kecil melihat tingkah lucu pria itu, terkadang hanya acuh bahkan menatap tak suka pada Aulia.
"Kau menyukai pria itu karena perutnya yang sixpack?" Tak sabar membendung kekesalannya, pria itu membungkuk lantas berbisik di telinga Aulia dengan suara yang berat membuat Aulia bergidik ngeri dan menatap tajam pria di hadapannya sekarang.
"Kau!"
"Aku memiliki perut seperti pria dalam gambar itu, kamu bisa sepuasnya menyentuhnya bahkan memilikinya jika kamu mau" Ryan berkata penuh sensual dan mengedipkan sebelah matanya menggoda Aulia. Perempuan itu benar-benar kesal ia memonyongkan bibirnya karena terlalu kesal, melihat itu membuat Ryan mematung tak berkutik.
Pria itu lantas menutup sebagian wajahnya yang memerah "Astaga, dia sangat lucu... Ingin sekali aku menggigitnya, tetapi aku bukan anak anjing yang nakal"
"Kenapa kamu menutup sebagian wajahmu?" Aulia menaikkan alisnya dengan tatapan curiga.
"Tidak. tidak ada apa-apa" Ryan segera pergi dari sana karena tidak ingin Aulia mengetahui pikiran bejatnya. Sementara itu Santika menatap Aulia dengan tersenyum lebar membuat Aulia tidak mengerti isyarat yang dilakukan teman sebangkunya itu.
"Mau sampai kapan kamu menggantung Ryan? Dia sudah mengejarmu sejak kita kelas sepuluh, dan sekarang tinggal beberapa bulan lagi kita akan lulus... Apa kamu merasa itu tidak terlalu kejam?" Santika membuka obrolan, membuat Aulia merenungkan ucapan temannya itu. Apa yang dikatakan Santika memang benar, ia begitu kejam pada Ryan, pria itu dengan setia menunggunya. Namun malah terus-terusan diabaikan olehnya.
"Kamu benar aku sungguh kejam... Sadarkan aku bagaimana caranya agar aku dapat mencintainya di saat hati ini sedang kesakitan pada luka yang masih basah" Aulia mendesah berat dan menatap langit-langit kelasnya "Aku terlalu takjub pada cahaya bulan sampai aku lupa bahwa matahari rela menenggelamkan dirinya"
"Janganlah kamu menutup rapat pintu hatimu, karena tidak semua orang yang mengetuknya berniat melukai hatimu... Berikan kesempatan pada Ryan, mungkin saja takdir cintamu ada padanya" Kedua perempuan itu saling memandang satu sama lain, Aulia mengangguk dan melempar senyum indah, senyum yang pernah hilang dan kini kembali pada tuannya.
"Baiklah, karena kamu adalah teman baikku aku akan mempertimbangkannya, tetapi..." Aulia menghentikan ucapannya kala memikirkan konsekuensi yang akan ia terima kalau-kalau ia dan Ryan benar-benar jadian, itu akan sangat merepotkan menjadi musuh di antara semua perempuan.
"Apakah aku tidak akan dimusuhi oleh para perempuan di sekolah ini? Mereka sangat tergila-gila pada ketampanan Ryan, dan aku tidak ingin menjadi musuh... Aku hanyalah npc dalam cerita ini" Tanya Aulia menggaruk-garuk pelan kepalanya yang tidak gatal sambil menatap ke sana kemari dengan ekspresi kebingungan.
Santika tertawa kecil mendengar ucapan Aulia yang terdengar seperti lelucon, ia yang gemas pada temannya itu menjitak dahi Aulia membuat perempuan itu terpekik kaget dan orang-orang di dalam ruangan tersebut langsung mengalihkan pandanganya ke arah mereka.
"Hehehehe maap-maap" Tutur keduanya sambil tertawa malu.
"Sudahlah jangan kebanyakan halu, lagipula mereka tidak akan bertindak kasar seperti dalam cerita novel... Jadi jangan terlalu dipusingkan bukankah yang menjadi pilihan Ryan adalah kamu, kenapa kamu harus repot-repot mengurusi para penggemar gila itu" Tutur Santika membuat Aulia mengangguk pelan, ia setuju dengan pendapat Santika.
"Hmmm, lalu apa yang harus aku katakan pada Ryan bahwa aku menerima cintanya?" Aulia memonyongkan bibirnya memikirkan kalimat apa yang akan dia katakan pada Ryan, membayangkannya saja membuatnya pusing setengah mati.
"Katakan saja jika kamu mencintainya dan menerimanya sebagai kekasih"
"Cih, mudah sekali kamu mengatakan hal itu... Kalau cuma omong mah mudah sekali tapi aku yang melakukannya, di mana harga diriku sebagai perempuan. Aku harus menjual mahal, aku tidak boleh mengajaknya duluan" Aulia melipat kedua tangannya di atas dada sambil menatap kesal pada Santika.
"Kalau seperti itu hubungan kalian tidak akan terjalin, oh ayolah kali ini kamu harus mengalah... Lagipula tidak ada salahnya kamu yang mengatakan duluan tentang hubungan kalian" Jelas Santika yang terus memberikan pemahaman pada Aulia. "Ini juga demi kebaikan kamu agar kamu tidak terlalu memikirkan masa lalu mu, bukankah kamu ingin segera melupakan si bajingan itu?" Sambungnya lagi, dan kali ini Aulia benar-benar menyetujui seruan Santika.
Setelah merayu Aulia untuk menerima Ryan, diam-diam perempuan itu mengacungkan jempol ke arah jendela dekat pintu kelas yang memperlihatkan seorang pria yang tersenyum lebar, siapa lagi jika bukan Ryan.
Pria itu meminta bantuan Santika untuk membantunya meyakinkan Aulia untuk menerima cintanya. Tak henti-hentinya ia menarik sudut bibirnya membentuk lengkungan tipis, ia benar-benar sangat bahagia.
Kini hari yang dinanti-nantinya tiba, ia tidak bisa membendung kebahagiaan ini.
"Eh kak Ryan kenapa senyum-senyum sendiri? Hayo sedang mikirin siapa?" Tiba-tiba wajah Ryan yang tadinya sumringah langsung menutup rapat bibirnya dan segera masuk ke dalam kelas tanpa memedulikan adik kelasnya yang mengejeknya.
"Pulang sekolah nanti, aku akan jalan bareng dia" Batin Ryan.
Tak berselang lama bel pulang berbunyi, beberapa siswa lainnya keluar dari kelas dan langsung pulang, sementara itu, Ryan telah berdiri di samping pintu kelas Aulia menunggu perempuannya untuk pulang bersama.
"Halo pria tampan, apa kau menungguku untuk pulang bareng?" Tanya seorang perempuan berkulit sawo matang. Ryan hanya memutar bola matanya malas, tak meladeni perempuan centil itu.
"Hanya Auliku yang dapat menarik perhatianku dan hanya dia yang pantas menikmati perhatianku" Gumamnya tersenyum tipis.
.
.
.
.
Lanjut part 11