Lingga Sari tercipta sebagai makluk dalam dua wujud, bisa menjelma menjadi perempuan yang cantik jelita namun juga dalam wujud kera putih yang besar.
Lingga Sari jatuh hati pada Wanandi, pemuda desa manusia biasa, cinta terbalas, kebahagiaan mereka lengkap dengan hadirnya sang buah hati..
Akan tetapi kebahagiaan itu sirna saat Wanandi mulai tidak kerasan tinggal di kerajaan alam astral.
Kehancuran Lingga Sari semakin parah di saat dia dijadikan abdi oleh dukun sakti..
Suatu ketika Lingga Sari berhasil lepas dari dukun sakti dia lari sembunyi di hutan yang lebat dan bertemu dengan seseorang di hutan lebat itu, siapa dia akan mencelakakan atau membantu Lingga Sari?
Bagaimana perjuangan Lingga Sari untuk meraih lagi kebahagiaan nya, apakah dia bisa bersatu lagi dengan suami dan buah hatinya di alam astral atau di alam nyata????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 20.
Beberapa menit kemudian Juragan Sukron pun sudah sampai di balai desa di ruang Pak Kades. Karena masih jam kerja.
Juragan Sukron sudah menyampaikan maksud kedatangannya..
“Tolong saya Pak Kades saya akan beli mahal tempat makam itu.” Ucap Juragan Sukron tampak memelas.
“Baiklah Ama kalau begitu , tapi saya akan cari dulu lahan pengganti, agar ahli waris makam itu memindah makam makam ke lahan baru.” Ucap Pak Kades ambil jalan tengah.
Juragan Sukron tampak berpikir pikir..
“Iya Pak Kades, tapi akan segera saya beri pagar tempat makam itu. Saya akan bayar sekarang juga Pak Kades.” Ucap Juragan Sukron lagi yang sudah tidak sabar untuk belah duren montok.
“Boleh Ama, tapi tetap biarkan warga untuk mengambil makam makam agar dipindah.” Ucap Pak Kades.
“Iya iya Pak.” Ucap Juragan Sukron dan segera mengambil cek dan menulis sejumlah uang untuk pembelian tempat makam itu.
“Ahhh.. nanti kan bisa di atur agar semua bisa berjalan lancar..” gumam Juragan Sukron di dalam hati sambil tersenyum memberi kan selembar kertas cek pada Pak Kades. Dia tidak paham transfer memakai sms banking apalagi mobile banking.
Berita tentang tempat makam umum dibeli Juragan Sukron pun menghebohkan masyarakat desa Luh Sari. Mereka harus direpotkan untuk memindah makam makam keluarga mereka. Dan Pak Kades belum mendapatkan lahan untuk tempat makam yang baru.
Berita tentang itu juga sampai di telinga pemuda kerabat Wanandi..
“Ya Allah.. bagaimana ini aku yang bertanggung jawab pada makam Kakak Wanandi dan Ina Wanandi. Mana Windy sudah tidak lagi nongol di sini. Kakak Lingga Sari juga bagaimana kabarnya..” gumam pemuda kerabat Wanandi.
“Kamu harus pindahkan mereka, kasihan mereka berdua. Kamu jangan pergi pergi ke luar desa dulu, agar kalau warga lain memindah makam bisa sama sama, nanti repot kalau sudah ketinggalan yang lain, susah urusan nya.. ” ucap orang tua kerabat Wanandi.
“Iya Ama, aku ke kota nunggu kalau urusan pemindahan makam itu selesai dulu kasihan Kakak Wanandi.” Ucap pemuda kerabat Wanandi yang kini kerja di kota. Dia curiga pembelian tempat makam itu karena Mona masih menginginkan jasad Wanandi saudara nya.
Sementara itu di lain tempat di rumah Ki Selo Marto. Ki Selo Marto tampak kesal karena kini pemasukan nya terus berkurang sejak Lingga Sari pergi. Dia pun sudah pergi ke tempat dia mendapat kan Lingga Sari.
“Ki Selo tidak bisa menemukan dia lagi?” tanya Agus yang juga sedih karena gajinya berkurang banyak.
“Tidak, aku sudah cari cari dia di gunung itu tapi tidak aku temukan. Uang ku semakin banyak keluar sia sia.” Ucap Ki Selo Marto yang sudah kembali gunung tempat desa Luh Sari berada untuk mencari lagi Lingga Sari tetapi dia tidak mendapatkan.
“Coba Ki Selo cari pakai cara lain, minta bantuan guru Ki Selo.” Ucap Agus memberi saran.
“Wah benar itu Gus saran kamu. Baiklah kalau begitu, aku akan menemui guru ku. Kamu urus yang di sini ya.” Ucap Ki Selo Marto sambil tersenyum lebar. Dia pun lalu mengambil hand phone miliknya untuk menghubungi tukang ojek langganan nya untuk mengantarkan ke rumah gurunya yang ada di lereng gunung.
Ki Selo Marto pun bersiap siap dia menaruh beberapa helai pakaian pada tas besarnya dan memakai jaket tebal. Setelah motor ojek sudah tiba Ki Selo Marto cepat cepat pamit pada Agus dan melangkah menuju ke motor ojek.
“Aku akan sekalian tanyakan akik ku yang retak ini apa ada pengaruhnya aku sekarang tidak bisa menangkap monyet itu.” Gumam Ki Selo Marto di dalam hati sambil naik ke atas jok motor ojek dan motor pun terus melaju menuju ke rumah guru nya Ki Selo Marto.
Motor terus melaju di jalan yang terus menanjak dan berkelok kelok, di kanan kiri jalan ada pohon pohon besar.
Setelah perjalanan motor ojek itu kira kira dua jam lama nya motor masuk ke halaman yang luas namun rumah nya kecil terbuat dari papan kayu tanpa plitur atau pun cat.
Di saat mesin motor sudah berhenti , pintu rumah kecil itu terbuka dan muncul satu sosok laki laki seusia Ki Selo Marto..
“Tumben Kang Selo datang ke sini, ada apa Kang? Aku dengar dengar Kang Selo sudah kaya kok datang naik ojek tidak pakai mobil.” Ucap laki laki itu sambil tersenyum menatap Ki Selo yang sedang bayar ojek dan memberi pesan pada tukang ojek kapan dia harus menjemput.
“Ahhh.. Biar tidak mikir pajak dan tetek bengek nya.. “ ucap Ki Selo Marto sambil melangkah.
“Aku mau menemui guru banyak masalah aku.” Ucap Ki Selo Marto selanjutnya pada laki laki itu yang merupakan teman seperguruannya.
“Kalau ada masalah baru ingat guru Kang, aku nih yang rajin nengok guru..”
“Halah kamu juga ada maksud agar dapat warisan ha... ha... ha....” ucap Ki Selo Marto sambil tertawa..
Tidak lama kemudian Ki Selo Marto duduk bersila di depan sosok laki laki yang sudah terlihat tua renta duduk di kursi. Umur nya kira kira sudah delapan puluh tahun. Rambut putih karena uban , pakaian nya berwarna hitam hitam di jari tangannya ada tiga cincin batu akik. Dua cincin di tangan kiri dan satu cincin di tangan kanan.
“Ada masalah apa kamu Selo?” suara laki laki tua renta itu masih terdengar keras.
“Guru jin monyet putih ingon ingon saya lepas akik saya ini tidak bisa lagi menangkap nya, saya cari cari di gunung di luar jawa waktu saya mendapat kan dia tapi tetap tidak ada. Tolong saya Guru bagaimana saya bisa mendapatkan dia lagi.. “ ucap Ki Selo Marto.
Laki laki tua renta guru nya Ki Selo Marto itu lalu mengambil batu akik berwarna hitam pekat sebesar telur ayam yang ada di atas meja di samping tempat duduknya. Dia mengamati dengan seksama akik sebesar telur ayam itu..
Sesaat kemudian, dia menatap Ki Selo Marto..
“Bagaimana Guru? Apa akik saya ini sudah tidak manjur lagi Guru, ini sudah retak.” Ucap Ki Selo Marto sambil melepas cincin batu akik nya dan memberikan pada Sang Guru nya..
Guru itu pun menerima cincin akik Ki Selo Marto..
“Jin monyet putih itu sudah berubah menjadi Perempuan cantik.” Ucap Sang Guru.
“Benar guru, cantik sekali seperti bidadari maaf Guru saya khilaf.. Saya tidak tahan untuk menyentuhnya dan membuat dia kabur..” ucap Ki Selo Marto..
“Hmmmm dia sekarang punya pelindung pendamping yang sangat kuat.. kamu harus meningkatkan ilmu kamu..” ucap Sang guru lalu menaruh lagi batu akik hitam sebesar telur ayam di meja dan mengamati batu akik di cincin Ki Selo Marto yang retak.
“Guru maksudnya apa dia punya pelindung pendamping?” tanya Ki Selo Marto sangat kepo...