NovelToon NovelToon
ISTRI YANG TERTUKAR

ISTRI YANG TERTUKAR

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cinta Terlarang / Tukar Pasangan
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Doni arda

Sepasang Suami Istri Alan dan Anna yang awal nya Harmonis seketika berubah menjadi tidak harmonis, karena mereka berdua berbeda komitmen, Alan yang sejak awal ingin memiliki anak tapi berbading terbalik dengan Anna yang ingin Fokus dulu di karir, sehingga ini menjadi titik awal kehancuran pernikahan mereka

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Doni arda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Di Ambang Harapan

Anna berdiri di depan cermin besar di kamarnya. Wajahnya terlihat lebih tenang, namun matanya tetap menunjukkan keraguan yang mendalam. Setelah malam yang penuh percakapan dengan Alan, hatinya terasa seperti medan perang. Ia merindukan kebahagiaan sederhana yang pernah mereka miliki, tapi bayangan kekerasan dan pengkhianatan Alan terus menghantui.

Teleponnya bergetar di atas meja. Sebuah pesan masuk dari Alan:

"Pagi, Anna. Aku tahu hari-hari ini sulit untuk kita. Tapi aku ingin bertemu lagi, mungkin makan siang bersama? Aku tidak akan memaksamu. Jika kamu merasa nyaman, kabari aku."

Anna memandang pesan itu cukup lama sebelum akhirnya meletakkan telepon tanpa membalas. Ia tahu Alan mencoba, tapi rasa sakit di hatinya belum memberinya ruang untuk sepenuhnya memaafkan.

---

Hari itu, Anna memutuskan untuk berjalan-jalan ke taman kota, tempat mereka berbicara kemarin. Ia duduk di bangku yang sama, memandangi anak-anak yang berlarian dengan penuh tawa. Pemandangan itu sejenak mengalihkan pikirannya dari konflik batin yang ia alami.

Namun, tak lama kemudian, seorang wanita yang tak dikenal duduk di bangku yang sama. Wanita itu terlihat lelah, dengan lingkaran hitam di bawah matanya.

“Kamu sering ke sini?” tanya wanita itu tiba-tiba.

Anna menoleh, sedikit terkejut, lalu menggeleng pelan. “Tidak. Hanya sesekali.”

Wanita itu tersenyum tipis. “Taman ini punya cara aneh untuk membuat orang merenung, ya? Aku sering datang ke sini kalau sedang merasa buntu.”

Anna mengangguk, merasa sedikit terhibur oleh percakapan singkat itu. “Kamu juga sedang mencari ketenangan?”

Wanita itu menghela napas panjang. “Bukan hanya ketenangan. Mungkin juga jawaban.”

“Jawaban untuk apa?” Anna bertanya, merasa sedikit penasaran.

“Untuk bertahan atau menyerah,” jawab wanita itu dengan nada suara yang berat. “Aku berada di hubungan yang sulit. Kadang aku merasa dia benar-benar mencintaiku, tapi di sisi lain, dia membuatku merasa begitu hancur.”

Anna tertegun. Kata-kata wanita itu terasa begitu akrab. Ia pun akhirnya memberanikan diri untuk berbagi. “Aku mengerti perasaan itu. Aku juga sedang dalam situasi yang mirip. Sulit, bukan?”

Wanita itu mengangguk, lalu menatap Anna dengan mata yang dipenuhi kesedihan. “Ya, sulit. Tapi yang lebih sulit adalah mencoba memaafkan. Memaafkan orang lain... dan diri sendiri.”

Anna tidak bisa menjawab. Kata-kata wanita itu seperti menembus langsung ke dalam hatinya.

---

Malam harinya, Anna akhirnya memutuskan untuk membalas pesan Alan.

"Aku akan makan siang bersamamu besok. Kita bicara lebih banyak."

Jawaban itu singkat, namun cukup untuk membuat Alan merasa ada harapan.

Keesokan harinya, mereka bertemu di sebuah kafe kecil yang sering mereka kunjungi di awal pernikahan mereka. Alan sudah menunggu di meja dengan segelas kopi di depannya ketika Anna tiba.

"Kamu masih suka kopi hitam," ujar Anna sambil duduk.

Alan tersenyum kecil. "Dan kamu masih suka teh hijau, kan? Aku sudah memesannya untukmu."

Anna mengangguk, merasa canggung dengan suasana ini. Tapi Alan tampak berusaha menjaga percakapan tetap ringan. Mereka berbicara tentang hal-hal kecil, seperti cuaca dan pekerjaan, sebelum akhirnya Alan memberanikan diri untuk membahas hal yang lebih dalam.

"Anna, aku tahu aku tidak pantas memintamu untuk memaafkanku. Tapi aku ingin kamu tahu bahwa aku serius ingin berubah."

Anna menatap Alan, matanya penuh dengan emosi yang tertahan. "Alan, aku tahu kamu mencoba. Aku bisa melihat itu. Tapi apakah kamu benar-benar mengerti apa yang telah kamu lakukan padaku? Luka yang kamu berikan tidak hanya di tubuhku, tapi juga di hatiku."

Alan mengangguk pelan. "Aku tahu, Anna. Dan aku akan menyesalinya seumur hidupku. Aku tidak bisa mengubah apa yang sudah terjadi, tapi aku ingin kita mencoba membangun sesuatu yang baru."

Air mata mengalir di pipi Anna. "Aku ingin percaya, Alan. Tapi bagaimana aku tahu ini bukan hanya kata-kata? Bagaimana aku tahu kamu tidak akan kembali menyakitiku?"

Alan terdiam sejenak, lalu mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya. Sebuah buku catatan kecil.

"Aku menulis ini sejak kamu pergi," kata Alan, menyerahkan buku itu kepada Anna.

Anna membukanya dengan ragu. Di dalamnya, ia menemukan halaman-halaman yang penuh dengan tulisan tangan Alan. Catatan tentang perasaannya, penyesalannya, dan janjinya untuk berubah.

"Ini mungkin tidak berarti banyak, tapi aku ingin kamu tahu bahwa aku benar-benar berusaha. Aku juga sudah mulai menemui konselor untuk membantu mengatasi amarahku," kata Alan dengan suara lirih.

Anna terkejut. Ia tidak pernah menyangka Alan akan sejauh itu.

"Aku tidak tahu harus berkata apa," gumam Anna.

"Kamu tidak perlu berkata apa-apa sekarang," jawab Alan. "Aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku tidak akan menyerah pada kita."

---

Malam itu, Anna membaca buku catatan Alan dengan hati yang campur aduk. Setiap kata yang ia baca terasa seperti jendela ke dalam pikiran Alan, menunjukkan sisi dirinya yang jarang ia lihat.

Namun, meski ada harapan, rasa takut masih menghantui. Ia tahu perjalanan ini tidak akan mudah. Luka di hatinya membutuhkan waktu untuk sembuh, dan ia tidak yakin apakah ia cukup kuat untuk memberi Alan kesempatan kedua.

Anna menutup buku itu dan berbaring di tempat tidur, menatap langit-langit dengan pikiran yang berkecamuk. Apakah cinta cukup untuk mengatasi semua ini?

---

Hari-hari berikutnya, Alan terus menunjukkan usaha untuk memperbaiki hubungan mereka. Ia lebih sabar, lebih mendengarkan, dan lebih menghargai Anna. Namun, meski ada perubahan, Anna tetap merasa ada jarak di antara mereka.

Suatu hari, ketika mereka sedang duduk bersama di ruang tamu, Alan berkata, "Anna, aku tahu aku tidak bisa memaksamu untuk kembali sepenuhnya. Tapi aku ingin kamu tahu bahwa aku akan terus berusaha. Aku akan menunggu, seberapa lama pun itu."

Anna menatap Alan dengan mata yang penuh air mata. "Aku ingin mencoba, Alan. Tapi aku butuh waktu. Aku butuh ruang untuk menyembuhkan diriku sendiri."

Alan mengangguk, menerima keputusan Anna dengan lapang dada. "Aku mengerti, Anna. Aku akan menunggu."

---

Meski mereka masih tinggal terpisah, perlahan-lahan hubungan mereka mulai membaik. Anna mulai melihat sisi Alan yang lebih lembut, sisi yang pernah membuatnya jatuh cinta dulu. Tapi ia tahu bahwa perjalanan mereka masih panjang, dan banyak hal yang harus mereka hadapi bersama.

Di dalam hatinya, Anna berharap bahwa cinta mereka yang dulu bisa menjadi dasar untuk membangun sesuatu yang baru. Sesuatu yang lebih kuat, lebih tulus, dan lebih indah. Tapi ia juga tahu bahwa hanya waktu yang bisa menjawab apakah harapan itu akan terwujud.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!