Di jantung kota Yogyakarta, yang dikenal dengan seni dan budayanya yang kaya, tinggal seorang wanita muda bernama Amara. Dia adalah guru seni di sebuah sekolah menengah, dan setiap harinya, Amara mengabdikan dirinya untuk menginspirasi siswa-siswanya melalui lukisan dan karya seni lainnya. Meski memiliki karir yang memuaskan, hati Amara justru terjebak dalam dilema yang rumit: dia dicintai oleh dua pria yang sangat berbeda.
Rian, sahabat masa kecil Amara, adalah sosok yang selalu ada untuknya. Dia adalah pemuda yang sederhana, tetapi penuh perhatian. Dengan gitar di tangannya, Rian sering menghabiskan malam di kafe-kafe kecil, memainkan lagu-lagu yang menggetarkan hati. Amara tahu bahwa Rian mencintainya tanpa syarat, dan kehadirannya memberikan rasa nyaman yang sulit dia temukan di tempat lain.
Di sisi lain, Darren adalah seorang seniman baru yang pindah dari Jakarta ke Yogyakarta. Dengan tatapan yang tajam dan senyuman yang memikat, Darren membawa semangat baru dalam hidup Amara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon All Yovaldi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10 _ Dilema Yang Makin Rumit
Siang itu, Amara terduduk di atas ranjang, memeluk bantal sambil menatap layar ponselnya. Di sana ada dua nama: Darren dan Rian. Keduanya membuat hati Amara bergetar dengan caranya masing-masing. Masalahnya, semakin dekat dia dengan mereka, semakin sulit baginya untuk menentukan siapa yang benar-benar dia inginkan.
Terdengar suara ketukan di pintu. "Mara, kamu baik-baik aja?" Ibu masuk sambil membawa sepiring buah potong. "Kok kelihatan lesu banget?"
Amara tersenyum kecil, berusaha menutupi kegundahannya. "Nggak apa-apa, Ma. Lagi banyak pikiran aja."
Ibunya duduk di pinggir ranjang, menyodorkan piring buah. "Banyak pikiran soal Darren dan Rian, ya?"
Amara mendesah. "Iya, Ma. Kenapa harus seribet ini, sih?"
Sambil mengelus kepala Amara, ibunya berkata lembut, "Jatuh cinta itu memang nggak pernah sederhana. Tapi kamu nggak boleh terlalu keras sama diri sendiri. Kadang, jawabannya nggak perlu dicari sekarang."
Setelah obrolan dengan ibunya, Amara mencoba mencari distraksi dengan scroll media sosial. Namun, pikirannya terus saja kembali ke Darren dan Rian. Seolah semesta tidak mau membiarkannya tenang. Tiba-tiba notifikasi muncul:
Darren: “Besok ada waktu? Gue mau ajak lo ke tempat seru.”
Sebelum Amara bisa membalas, pesan lain masuk dari Rian:
Rian: “Sabtu ini free? Ada event keren di mal, gue bisa jemput lo.”
Amara memijat kening. Ini bukan pertama kalinya keduanya mengajak di hari yang sama. Dia merasa terjebak di tengah perhatian dua pria yang sama-sama berusaha memenangkan hatinya.
“Kenapa nggak ada yang gampang, sih?” gumamnya sambil melempar ponsel ke atas kasur.
Keesokan harinya, Amara memutuskan untuk jalan dengan Darren lebih dulu. Mereka bertemu di sebuah taman kota yang ramai dengan anak-anak bermain dan orang-orang jogging. Darren datang dengan senyum lebar dan membawa sekotak es krim kesukaannya.
“Buat lo,” katanya sambil menyodorkan es krim rasa cokelat.
Amara tertawa kecil. “Gue udah kayak anak kecil ya, suka es krim?”
“Bukan anak kecil, tapi lo istimewa,” jawab Darren sambil mengedipkan mata.
Mereka duduk di bangku taman, menikmati es krim sambil mengobrol. Darren seperti biasa, penuh dengan cerita kocak yang membuat Amara tertawa tanpa henti. Setiap kali mereka bersama, dunia terasa lebih ringan dan sederhana.
“Lo tuh bener-bener obat stress, Dar,” ujar Amara sambil mengusap sudut matanya yang berair karena terlalu banyak tertawa.
Darren menatapnya dengan ekspresi serius. “Karena gue cuma mau lihat lo bahagia, Mara. Selalu.”
Hati Amara kembali berdesir. Darren memang selalu tahu cara membuatnya merasa spesial.
Sore harinya, Amara pulang dengan senyum di wajah. Namun, rasa nyaman itu tak bertahan lama. Begitu tiba di rumah, ponselnya bergetar—Rian menelepon.
“Gimana, jadi berangkat ke event hari ini?” tanya Rian di ujung telepon, suaranya terdengar antusias.
Amara menggigit bibir bawahnya. Dia tahu tidak mungkin menolak Rian lagi, terutama setelah janji yang sempat dia buat. “Jadi, kok. Lo jemput gue sekarang?”
“Siap! Gue otw.”
Tidak butuh waktu lama, Rian sudah muncul di depan rumah dengan motornya. Amara cepat-cepat berganti pakaian dan keluar untuk menemuinya.
“Maaf ya, gue agak telat. Tadi ada urusan,” ujar Amara begitu naik ke motor.
Rian menoleh sedikit dan tersenyum. “Santai aja, nggak usah buru-buru. Yang penting kita bisa jalan bareng.”
Mereka tiba di mal tepat saat event musik sedang berlangsung. Suasana riuh dengan anak-anak muda yang menonton band indie tampil. Rian membawa Amara ke barisan depan, membuat mereka bisa menikmati suasana dengan lebih intens.
Amara tidak bisa menahan senyumnya. Bersama Rian, dunia terasa lebih tenang dan penuh kenyamanan. Tidak ada tekanan, hanya kebersamaan yang terasa hangat.
“Lo nyaman nggak di sini?” tanya Rian, memastikan Amara baik-baik saja di tengah keramaian.
Amara mengangguk. “Nyaman banget. Thanks udah ngajak gue.”
Mereka menikmati setiap detik acara itu, dan setelahnya duduk di kafe dalam mal untuk mengobrol. Rian selalu tahu cara membuat Amara merasa diterima tanpa harus menjadi orang lain.
Saat perjalanan pulang, Amara merasa pikirannya semakin kalut. Rian dan Darren, keduanya memberikan kebahagiaan dengan cara yang berbeda. Bersama Darren, hidupnya terasa penuh kejutan dan warna. Tapi bersama Rian, ada ketenangan yang sulit dia temukan di tempat lain.
Di depan rumah, Rian mematikan motornya dan membuka helm. “Gue seneng banget bisa jalan sama lo hari ini, Mara. Kapan-kapan kita jalan lagi, ya?”
Amara tersenyum. “Gue juga seneng. Pasti kita jalan lagi.”
Rian menatap Amara dalam-dalam, seolah ingin mengatakan sesuatu, tapi dia hanya tersenyum kecil dan berkata, “Istirahat ya. Jangan kebanyakan mikir.”
Amara masuk ke rumah dengan hati yang semakin berat. Dia tahu tidak bisa terus-terusan seperti ini. Cepat atau lambat, dia harus memilih—tapi bagaimana caranya, jika dua hati itu sama-sama membuatnya merasa hidup?
...----------------...
Hayo Gimana Gimanaa 🤣🤣
Gimana Menurut Kalian Guysss!!!!
#Jangan Ya Dek Ya
semangat berkarya../Determined//Determined//Determined/