"Aku dimana?"
Dia Azalea. Ntah bagaimana bisa ia terbagun di tubuh gadis asing. Dan yang lebih tidak masuk akal Adalah bagaimana bisa ia berada di dunia novel? Sebuah novel yang baru saja ia baca.
Tokoh-tokoh yang menyebalkan, perebutan hak waris dan tahta, penuh kontraversi. Itulah yang dihadapai Azalea. Belum lagi tokoh yang dimasukinya adalah seorang gadis yang dikenal antagonis oleh keluarganya.
"Kesialan macam apa ini?!"
Mampukah Azalea melangsungkan kehidupannya? Terlebih ia terjebak pernikahan kontrak dengan seorang tokoh yang namanya jarang disebut di dalam novel. Dimana ternyata tokoh itu adalah uncle sang protagonis pria.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon queen_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
OMB! (14)
Selamat membaca
*****
Keesokan harinya, Auris terbangun lebih dulu. Ia melihat ke samping dimana Grace yang masih tertidur. Auris merubah posisinya menjadi duduk dan mengambil hp nya yang berada di atas nakas.
Sudut bibirnya tertarik ke atas melihat sebuah notifikasi pesan atas nama Marshall. Auris segera membukanya dan melihat pesan itu.
Dahinya mengerut melihat foto dia orang berbeda jenis kelamin. "Caramel dan.. " Auris mencoba mengingat siapa orang yang bersama Caramel di foto itu. "Ck.. come on Au, ck! siapa dia?"
Auris membalas pean Marshall dengan menanyakan siapa laki-laki di foto itu. Tidak lama kemudian, Marshall membalasnya dengan mengatakan jika laki-laki itu adalah Bian Atmaja. Foto itu di ambil dia hari yang lalu.
Bian juga mengatakan jika ia mendengar percakapan mereka yang menyatakan jika mereka akan bertemu lagi hari ini di sebuah cafe.
"Bian.. bian.." Auris mengetuk-ngetuk dagunya mencoba mengingat sesuatu tentang Bian. Sampai akhirnya ia membuka galeri di hpnya.
Auris cukup terkejut melihat cukup banyak foto antara Auris dan Bian. Di foto itu keduanya saling tertawa riang.
"Aku ingat, Bian adalah teman Auris sewaktu kuliah dan sebenarnya dia menyukai Auris, tapi syang Auris terlalu bucin dengan Reynold bajingan itu." sedikit kesal mengingat bagaimana bodohnya Auris dulu. "Aku harus mencari tahu mengapa Caramel dan Bian sering bertemu."
Auris meletakkan HP nya dan Bangkit dari kasur. Ia mencepol rambutnya sehingga menampakkan leher putih dan mulusnya.
Tujuan Auris adalah dapur. Sejak menjadi sekretaris Aldrick, memasak adalah kebiasaannya sekarang. Terlebih akhir-akhir ini Aldrick selalu menolak makan di luar dan memilih masakannya. Hal itu membuat Auris harus memasak lebih banyak.
Auris mulai berkutat dengan alat-alat dapur. Mengingat bahan masakan hampir habis, Auris pun memasak dengan makanan dengan bahan seadanya. Toh ayah dan anak itu tidak akan berani protes.
Sesekali Auris bersenandung sambil meliuk-liukan tubuhnya. Ya bagaimana, di dunia nyatakan dia adalah seorang penggemar idol-idol Korea.
"Siapa kamu?"
Auris langsung menghentikan kegiatannya. Dahinya mengerut mendengar suara seorang wanita. "Kok suara perempuan? Mas Aldrick ada perempuan lain? Dia punya pacar?"
Perlahan-lahan Auris membalikkan tubuhnya. Sosok wanita cantik berdiri tidak jauh dari posisinya. Wanita yang terlihat berumur tapi masih terlihat bugar dan cantik.
"Sejak kapan seleranya mas Aldrick jadi tua begini?"
"Siapa kamu?" Wanita itu menatap tajam Auris.
Bukannya takut, Auris justru balik menatap tajam wanita itu. "Tante sendiri siapa? Kenapa main masuk rumah orang sembarangan? Itu tidak sopan asal tante tahu!"
Wajah wanita itu seketika memerah mendengar perkataan Auris. "Beraninya kamu mengomentari saya! Kamu tidak tahu siapa saya?!"
Auris memutar bola matanya malas, "Tidak tahu dan tidak mau tahu. Tante pasti pacarnya mas Aldrick ya? Iya kan?"
"Kamu-,"
"Lebih baik tante keluar sendiri atau aku akan menyuruh security menyeret tante!"
Wanita itu melotot garang, "Kamu?!,"
"Ada apa?"
Auris tersenyum kikuk kemudian menghampiri Aldrick yang tiba-tiba datang. Ia langsung memeluk lengan Aldrick, "Itu mas, ada tante-tante yang sembarangan masuk ke mansion kamu."
"Tante-tante?"
"Iya dia," tunjuk Auris pada wanita itu.
Posisi Aldrick yang memang berada di belakang wanita itu membuatnya tidak dapat melihat wajahnya. Tepat saat wanita itu berbalik, Aldrick sendiri pun melotot.
"Mama?"
Seketika itu juga Auris dibuat membeku. "Ma-ma?"
Aldrick mengangguk.
Auris mengatupkan bibirnya rapat-rapat. "Mati aku! Auris bodoh. Bagaimana bisa kau bersikap seperti tadi pada calon mertuamu? Bodoh! Bodoh!"
Wanita itu tersenyum pada Aldrick. Ia menghampiri Aldrick dan memeluk putranya itu erat.
Langkah demi langkah Auris pun mundur. Sungguh rasanya ia ingin menghilang saja sekarang.
"Mau kemana kamu?"
Auris berhenti dan tersenyum kikuk. "Ee.. ee. itu.. Anu tante. Masak-masakan aku itu.. di dapur.. iya."
Auris menunduk dan memejamkan matanya saat wanita itu mendekatinya. "Dia pasti mau memukul ku, mati kau Auris!"
Grep
Auris lagi-lagi terdiam. Wanita itu memeluknya. Bahkan tersenyum padanya.
"Nama kamu siapa?"
"Auris tante," jawab Auris.
"Kamu pasti sekretaris sekaligus pacarnya Aldrick kan?"
Sontak Auris menggeleng keras. "Bu-"
"Iya ma, dia pacar aku."
Auris melotot garang. Apa-apaan ini? Mengapa Aldrick berbohong?
"Sudah tante duga. Soalnya cuma kamu loh sekretaris yang dibawa masuk ke mansion ini. Berarti sekretaris merangkap pacar kan?" Wanita itu tersenyum menggoda, "Kenalin nama tante, Yolanda. kamu bisa panggil mama Yola."
"Ayo kita duduk,"
"Eeh.masakan aku tan eh ma, itu gimana?" Cegah Auris saat Yolanda hendak menarik tangannya.
"Sudah, di mansion ini banyak pelayan. Biar itu jadi urusan mereka. Kamu ikut mama, kita duduk di sana." Yolanda menarik Auris dan Aldrick menuju sebuah sofa di ruang keluarga.
*****
Kini Auris tengah berada di kamar milik Aldrick. Auris duduk di pinggir kasur begitupun dengan Aldrick yang duduk di sebelahnya.
"Sekarang bagaimana? Kita harus bagaimana mas?" Auris menatap sebal pria di sebelahnya.
Ucapan Aldrick yang merekayasa semuanya dengan mengatakan mereka berpacaran membuat Yolanda mendesak keduanya untuk segera menikah dalam waktu dekat. Bukannya Auris tidak mau, hanya saja ini benar-benar telalu cepat dari waktu yang ia perkirakan.
"Ya sudah, ayo menikah."
Auris melongo mendengarnya. Semudah itu Aldrick mengajaknya menikah? Benar-benar pria gila. Tidak ada ucapan yang romantis atau minimal sebuah cincin begitu?
"Menikah itu sekali seumur hidup mas, bukan cuma suatu hubungan antara perempuan dan laki-laki saja." Auris menatap lurus ke depan. "Lagipula kita tidak saling mencintai kan? Kita hanya sebatas anta-" Perkataan Auris terhenti saat Aldrick tiba-tiba mengecup bibirnya.
"Ayo menikah Auris. Kamu ingin membalas mereka semua kan?"
Auris mengangguk ragu.
Aldrick tersenyum, "Kalau begitu ayo menikah, dan gunakan mas sebagai senjata mu."
Auris tertegun sejenak. Ia menatap manik Aldrick dalam. Tidak ada kebohongan di mata pria itu. Auris dapat melihat jelas ketulusan di mata hitam legam itu.
"A-aku..""Aku memang berniat menjadi mama sambung mu Grace. Tapi hanya untuk balas dendam dan ini terlalu cepat."
Aldrick menghela napas. "Ini pasti terlalu cepat untuk mu. Kalau begitu begini saja. Kita menikah kontrak."
Auris mengerjap pelan. Menikah kontrak?
"Kita sama-sama punya tujuan. Kamu butuh mas sebagai balas dendam, dan mas butuh kamu supaya mama tidak mendesak mas menikah atau menjodohkan mas dengan wanita lain. Bagaimana?"
"Tapi-,"
"Hanya sampai 3 atau 4 bulan Auris. Kita selesaikan semua urusanmu. Dan jika memang kita tidak memiliki perasaan satu sama lain, pernikahannya selesai dan kamu bebas."
"Setidaknya selama beberapa bulan itu, kita juga saling meyakinkan perasaan masing-masing."
Auris menghirup napas dalam-dalam. Ia menatap Aldrick kemudian tersenyum, "Aku mau."
*****
Terimakasih sudah membaca