Dika sebenarnya cowok yang kurang pergaulan atau KUPER istilahnya. Semuanya berubah ketika Dika menjadi siswa di SMA Pelajar yang terkenal di kotanya. Semua orang heran melihat perubahan sikapnya yang periang dan suka usil kepada semua orang namun anehnya banyak orang tidak menyadari keusilannya. Bisa jadi karena wajah tampannya apalagi kaum hawa yang melihat wajah tampanya bahkan senyuman dan rayuan mautnya.
Suatu hari Dika harus berpikir 2 kali bila melakukan sikap usilnya kepada orang lain namun Dika tidak melakukannya apalagi kepada gadis cantik baru dikenalnya yang baru masuk di sekolah tersebut tapi Dika dilaporkan orangtua gadis tersebut ke polisi atas permintaan anaknya hingga harus berurusan dengan polisi sehingga orang tua Dika dan orang tua gadis itu dipertemukan. Namun tidak di sangka kalau orang tua mereka saling kenal bahkan menjodohkan mereka. Bagaimana cerita selanjutnya?, ikuti terus ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DANA SUPRIYA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 Suasana Menyeramkan
Dika bicara dalam hati dan masih terus merasakan suasana yang menyeramkan dalam hatinya padahal rumah om Atta biasa saja dan sangat indah bila dipandang oleh matanya sampai akhirnya dia mendengar om Atta bicara
"Iya, masuk Dika, jangan malu-malu"
"Iya om"
Dika berusaha menarik napas panjang untuk menguasai dirinya agar bisa tenang tapi entah kenapa suasana menyeramkan bisa terjadi di hatinya
"Ini Dika ya, tambah tampan saja wajahnya mirip dengan papa kamu"
"Makasi ya om, om Atta juga kelihatan begitu tampan seperti sangat mudah"
Dika mulai bisa menguasai dirinya namun suasana menyeramkan masih terasa di hatinya hingga ingin dia tanyakan sama kakek atau papanya ketika pulang dari rumah om Atta ini walaupun om Atta dan tante Abiya orangnya rama begitu juga dengan Radinka namun perasaan ini seperti tidak bisa Dika tutupi hingga Dika tersenyum dipaksakan ketika pujiannya kepada om Atta disela sama tante Abiya
"Siapa yang begitu tampan itu Dika?"
Om Atta hanya tersenyum saja ketika istrinya menyangga pujian Dika namun Dika tahu cara bersikap
"Om Atta yang tampan tante yang cantik"
"Kalau tante ikut di puji, baru pujiannya benar, jadi bentar ya"
Ketika tante Abiya masuk kedapur, om Atta langsung menanyakan kabarnya papa Dika
"Bagaimana kabarnya papamu Dika?"
"Alhamdulillah baik om, saat ini sedang di rumah"
"Oh iya nanti om ke rumah kakekmu untuk lihat sahabat om itu"
"Iya om"
Tidak beberapa lama tante Abiya datang membawa 2 gelas teh manis panas dan gorengan pisang untuk om Atta dan mungkin satunya untuk Dika, ya Dika berharap dalam hati karena dia merasa haus juga
"Silahkan di minum teh manis panasnya Dika dan di cicipi pisang gorengnya"
"Iya tante, makasih ya tante Abiya yang cantik"
"Kamu ini memang anaknya Andi ya Dika, sangat pandai memuji orang"
Om Atta langsung menyamakan cara Dika memuji dengan papanya Dika
"Iya Pa, benar-benar mirip sikapnya Andi ketika SMA dulu"
"Benar itu ma"
Papanya Radinka dan mamanya saling membenarkan satu sama lain tentang papanya Dika sedangkan bagi Dika yang selalu disamakan sikapnya dengan papanya jadi garuk-garuk kepala hingga dia langsung bertanya
"Apa benar mirip ya om seperti papa Dika ketika SMA?"
"Ya sangat mirip karena Tantemu pernah kena gombalannya"
Om Atta bicara sambil tertawa hingga Dika heran ketika papanya tukang gombal gadis-gadis
"Itu masa lalu Dika, lagi pula dulu kami semua bersahabat.Om dan tante ini sahabat dekat ayahmu sedangkan papamu dan Om Atta ini sama sifatnya"
"Maksudnya Tante"
"Ya sama sama usil"
kata tante tertawa sambil melihat suaminya
"Sama juga dengan om Atta usilnya Dika dan sekarang itu turun kepada Radinka"
"Pantas saja tante"
"Pantas apa?"
"Ya tidak mempan ketika mau saya usil sama Radinka"
"Ya sama juga ketika Radinka mau usil sama Dika, Dia santai saja"
Mendengar pernyataan anaknya dan Dika, om Atta tertawa melihat apa yang menurun dari dirinya kepada anaknya Radinka dan apa yang menurun dari Andi kepada anaknya Dika.
"Ya awalnya tantemu terpukau melihat senyumnya Papamu tapi lebih terpukau melihat senyumnya om Atta jadi tante Abiya menikahnya sama om sedangkan papamu nikahnya sama mamamu"
"Oh begitu ya om, tapi sekarang masih ngaruh gak om? kalau om senyum manis sama tante?"
"Gak, gak ngaruh!"
Tante Abiya menyela seolah-olah menjawab pertanyaan Dika dengan jawaban yang dia rasakan saat ini
"Coba saja, pasti tidak mempan lagi sama tante"
"Oh begitu ya tante"
Semua orang tertawa melihat tante Abiya tidak suka kalau dibicarakan dan bagi Dika hal ini menjadi bahan masukan buat dirinya kalau orang orang seperti dia ternyata bukan hanya satu tapi bisa jadi ada ditempat lain dan kebetulan papanya berteman dengan om Atta mempunya kelebihan yang sama dengan dirinya, Radinka dan yang pasti, kakek dan papanya atau siapa yang Dika tidak tahu
"Dika, saya dan papamu pernah berjanji"
"Janji apa om?, menikahkan saya dengan Radinka ya om?"
"Ye enak saja Dika ngomong, bukan itu maksud papa Radinka"
Tiba-tiba Radinka menyela seperti tidak suka dengan kata-kata Dika.yang membuat Dika tertawa yang membuat om Atta hanya senyum saja dan langsung komentar
"Memangnya Dika mau sama Radinka?"
Dika tersenyum mendengar pertanyaan itu kepada dirinya hingga dia langsung menjawab tanpa sungkan lagi kepada om Atta papanya Radinka dan tante Abiya mamanya Radinka
"Kalau Radinka mau, saya juga mau om"
Papanya Radinka dan mamanya saling pandang karena Dika enak saja bicara tanpa kuatir Radinka suka atau tidak suka atau merasa segan dengan papanya Radinka bahkan perasaan suasana menyeramkan sudah hilang dari hatinya hingga om Atta langsung tertawa begitu juga dengan tante Abiya sedangkan Radinka garuk-garuk kepala melihat sikap Dika yang asal ngomong saja
"Bukan itu janji papa Radinka sama papa Dika dan yang pasti kalau ditanya sama Radinka, mau atau tidak mau sama Dika kalau Dika itu benar-benar milik Radinka seorang bukan milik banyak gadis yang saat ini ada di daerah komplek dan ada juga di sekolah"
Dika tertawa mendengar kata-kata Radinka yang kelihatannya bisa menebak siapa Dika sebenarnya
hingga Dika coba mengetahui lebih lanjut
"Dika kan orangnya setia Dinka"
"Setia?, setia dari Hongkong ya Dika?, yang jadi tetangga Dika ada, yang di sekolah ada dan sekarang mau mengatakan setia"
"Maksudnya?, kenapa Radinka tahu tentang dirinya"
Dika bicara dalam hati hingga dia garuk-garuk kepala dan memandang Radinka seperti tidak bisa bicara apa-apa lagi selain mengalihkan pembicaraan kepada papanya Radinka dengan langsung bertanya
"Kalau bukan perjodohan, tentang apa ya om?"
"Kami dulu ada tiga orang yang bersahabat sampai saat ini dan kami usil pada siapa pun tapi kami janji tidak akan usil untuk sesuatu yang membahayakan atau melukai orang lain"
"Oh iya om, papa juga memberi nasehat seperti itu pada Dika om"
"Baguslah dan kamu harus lakukan itu"
"Iya om"
"Kami juga janji untuk tidak menyembunyikan sesuatu sehingga hilang dan tidak bertanggung jawab"
"Dika juga berjanji om pada papa untuk tidak melakukan hal seperti itu om"
"Baguslah Dika kalau sudah janji seperti itu"
"Bagaimana dengan Radinka Om?, apakah sama peraturannya om?"
"Iya, semua berlaku untuk anak-anak kami yang mendapatkan kemampuan seperti kami"
"Kemampuan om?, kemampuan apa om?"
Dika merasa heran dengan kata-kata om Atta tentang kemampuan yang di sampaikan oleh om Atta papanya Radinka hingga mengulang pertanyaanya
"Kemampuan apa ya om?"
