Ingin Di Cintai Oleh Dua Hati
AWAL
...----------------...
Kota Yogyakarta selalu punya cara untuk membuat setiap orang jatuh cinta, dan Amara adalah salah satu yang terpesona. Saat matahari mulai terbenam, sinar oranye keemasan menyapu jalan-jalan kecil yang dikelilingi oleh warung-warung kopi dan galeri seni. Udara segar yang khas Yogyakarta membuatnya merasa bebas. Di sinilah dia, di tengah-tengah keindahan dan seni, sebagai guru seni di salah satu sekolah menengah yang cukup terkenal.
Pagi itu, Amara terbangun dengan semangat. Hari ini adalah hari pameran seni di sekolahnya, dan semua siswanya sangat antusias. Dengan cepat, dia merapikan rambutnya yang sedikit berantakan, mengenakan kaos putih sederhana yang dipadukan dengan jeans robek, lalu melangkah keluar rumah.
"Let's go, Mara! Hari ini kita bikin karya seni kita bersinar!" ujarnya pada dirinya sendiri, sambil tersenyum.
Sesampainya di sekolah, suasana sudah ramai. Siswa-siswa berlalu lalang dengan karya seni mereka yang dibawa, mulai dari lukisan, patung, hingga instalasi seni yang unik. Amara tak bisa menyembunyikan rasa bangganya. Dia menatap siswa-siswanya, yang penuh semangat, seolah-olah dunia ada di tangan mereka.
Ketika dia berjalan ke ruang pameran, matanya tak bisa lepas dari Rian, sahabatnya yang sudah bertahun-tahun bersamanya. Rian sedang duduk di sudut, bermain gitar sambil menyanyikan lagu yang familiar bagi Amara. Suara lembutnya mengalun, membuatnya merasa nyaman. Dia mendekati Rian dan melingkarkan lengan di bahunya.
"Hey, kamu lagi ngapain di sini? Belum siap untuk pameran?" tanya Amara sambil tertawa.
Rian mengangkat wajahnya, memperlihatkan senyumnya yang menawan.
"Gak, kok! Aku lagi nungguin kamu. Siap-siap, ya? Pamerannya harus bikin semua orang terkesan," jawabnya sambil menyentuh senar gitar dengan lincah.
Amara mengangguk, merasa bersyukur memiliki Rian di sisinya. Dia selalu bisa mengandalkan Rian untuk mendukungnya, baik di dalam maupun di luar kelas. "Iya, kita harus bikin pameran ini jadi momen yang tak terlupakan!"
Pameran seni pun dimulai, dan semua siswa menampilkan karya mereka dengan penuh percaya diri. Amara berkeliling, mengagumi hasil karya siswa-siswanya. Setiap lukisan, patung, dan instalasi memiliki cerita sendiri. Di tengah keramaian itu, matanya tertuju pada satu sudut ruangan di mana seseorang tampak berbeda.
Darren. Seniman baru yang baru pindah dari Jakarta. Amara mendengar namanya dari siswa-siswa lain yang membicarakannya. Darren berdiri di depan kanvas besarnya, penuh konsentrasi. Amara merasa jantungnya berdegup lebih kencang saat melihatnya. Dia terlihat begitu tenang dan berbakat. Dengan rambutnya yang acak-acakan dan tatapan penuh semangat, Darren seperti magnet yang menarik perhatian banyak orang.
"Eh, Mara! Lagi ngapain?" Rian tiba-tiba menyadarkan Amara dari lamunannya.
Amara cepat-cepat berpaling. "Oh, gak, cuma... lagi liat karya Darren," jawabnya, berusaha tidak terlihat tertarik lebih dari yang seharusnya.
Rian melihat ke arah Darren. "Oh, dia! Iya, banyak yang bilang dia jagoan. Tapi ya, semua orang juga bisa jago asal mau berusaha, kan?"
Amara hanya tersenyum. Rian memang punya cara sendiri dalam menanggapi hal-hal, termasuk tentang Darren. "Iya, bener juga. Tapi dia punya aura yang beda, ya? Bikin penasaran."
Ketika acara pameran berlanjut, Amara merasakan ada ketegangan di udara. Dia tidak tahu kenapa, tetapi ada dorongan untuk mendekati Darren. Setelah beberapa saat, dia memberanikan diri untuk mendekat.
"Hey, keren banget lukisanmu! Ini terinspirasi dari apa?" tanya Amara, berusaha terdengar santai.
Darren menoleh dan tersenyum. "Oh, terima kasih! Ini terinspirasi dari pengalaman saat aku tinggal di Jakarta. Banyak cerita yang bisa diambil dari sana," jawabnya dengan suara yang dalam dan memikat.
Amara merasa jantungnya berdebar. "Wah, keren! Aku selalu pengen bisa mengekspresikan diri seperti itu."
Darren mengangguk. "Kalau kamu mau, kita bisa berbagi ide. Mungkin bisa bikin proyek seni bareng?"
Amara merasa seperti terbang. "Serius? Itu ide yang bagus!"
Di saat yang sama, Rian mengamati dari kejauhan, merasakan ada sesuatu yang berbeda. Dia tahu bahwa Amara sangat tertarik dengan Darren, dan meskipun hatinya sakit, dia tidak bisa berbuat banyak. Dia hanya bisa tersenyum pahit.
Acara pameran berakhir dengan sukses, dan semua orang bersorak-sorai. Amara merasa bangga melihat karyanya dan siswa-siswanya diakui. Saat semua orang mulai pulang, dia melihat Darren berdiri sendiri, merapikan peralatannya.
Tanpa pikir panjang, Amara mendekatinya. "Hey, Darren! Aku senang kita bisa ngobrol hari ini. Kapan kita bisa mulai proyek seni itu?"
Darren menatapnya dengan senyum lebar. "Bagaimana kalau besok? Kita bisa ketemuan di kafe dekat sini. Aku tahu tempat yang asik."
Amara merasa senang. "Oke, deal! Aku tunggu ya!"
Setelah itu, mereka berpisah. Amara berjalan pulang dengan perasaan campur aduk. Dia senang karena bisa dekat dengan Darren, tapi di sisi lain, dia juga tahu Rian akan merasakan sakitnya. Perasaannya semakin rumit.
Malam itu, saat Amara terbaring di tempat tidur, pikirannya dipenuhi dengan gambar wajah Rian dan Darren. Rian, yang selalu setia dan perhatian, serta Darren, yang membawa nuansa baru dalam hidupnya. Dia meraba dadanya, merasa seperti hatinya terbelah antara dua dunia.
"Amara, kamu harus memilih dengan hati," bisiknya pada diri sendiri.
Keesokan harinya, Amara bangun dengan semangat baru. Dia sudah memutuskan untuk menikmati pertemanannya dengan Darren tanpa terburu-buru. Namun, saat dia bersiap untuk pergi ke kafe, dia mendengar suara Rian memanggilnya dari luar.
"Mara! Kamu siap?" teriak Rian, berdiri di depan pintu dengan senyum lebar.
Amara membuka pintu dan tersenyum kembali. "Iya, aku siap! Kita pergi, ya?"
Di dalam hatinya, Amara merasakan ketegangan antara dua pria yang mencintainya dengan cara yang berbeda. Dia tahu perjalanan ini baru saja dimulai, dan dia harus siap menghadapi segala konsekuensi dari pilihannya.
Dalam perjalanan menuju kafe, Amara berusaha untuk tidak memikirkan perasaannya yang rumit. Dia ingin menikmati hari itu, berbagi tawa dengan Rian, dan membiarkan takdir membawanya ke arah yang seharusnya. Karena satu hal yang dia sadari: cinta tidak pernah mudah, dan terkadang, memilih satu hati bisa menyakiti hati yang lain.
Dengan semua pikiran itu, Amara melangkah maju, siap menghadapi dunia yang penuh warna ini. Dan entah bagaimana, dia berharap bisa menemukan jalan yang benar untuk cintanya, yang mungkin akan membawa dua hati yang berbeda menjadi satu.
...----------------...
Ok Guys Jadi Itulah Bab Pertama nya😅😅 Semoga Terhibur ya Guys, Itu adalah Karya yang saya dapat karena gabut banget makanya dapat judul yang begituan Karena Lewat di otak, Dan Itu Juga Yang terjadi Pada Salah satu sahabat ku....
Ok Next Part Guys.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
M R Dorayo
iih ngak suka deh Sikap Cewek begitu
2024-10-22
2
F.T Zira
kuberikan semangatku untukmu kak...
semangat berkarya../Determined//Determined//Determined/
2024-10-22
3