NovelToon NovelToon
One Night With Duda

One Night With Duda

Status: tamat
Genre:Tamat / Duda / One Night Stand / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:4M
Nilai: 4.5
Nama Author: weni3

Berawal dari penghianatan sang sahabat yang ternyata adalah selingkuhan kekasihnya mengantarkan Andini pada malam kelam yang berujung penyesalan.
Andini harus merelakan dirinya bermalam dengan seorang pria yang ternyata adalah sahabat dari kakaknya yang merupakan seorang duda tampan.
"Loe harus nikahin adek gue Ray!"
"Gue akan tanggungjawab, tapi kalo adek loe bersedia!"
"Aku nggak mau!"




Ig: weni 0192

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon weni3, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30

Ketukan pintu dari luar mengganggu Raihan yang saat ini baru ingin kembali menyatukan indera perasa mereka. Mencoba mengabaikan dan kembali memajukan wajahnya tetapi ketukan itu semakin keras, sudah dapat di pastikan jika Andika lah yang datang.

Raihan membuang nafas kasar mengecup sekilas kemudian beranjak untuk membukakan pintu. Sedangkan wajah Andini kini sudah bersemu, merapikan penampilannya yang tadi sempat kusut karena serangan tiba-tiba dari Rai yang membuatnya terdampar di sofa hingga berantakan.

"Wow pantes lama bukanya," celetuk Andika yang melihat adiknya sudah beranjak dari sofa.

"Kenapa?"

"Loe lupa si lampir kesini?"

"Loe kan bi_"

"Pagi pak Raihan, maaf ya saya kesiangan. Duh tampannya hari ini, tapi kok dasinya miring. Tau saja saya mau datang, sebentar saya benarkan dulu ya..." Bu Flo segera mendekat dan membenarkan dasi Raihan dengan sengaja memakan durasi karena sangat menikmati kedekatan dan wangi parfum yang Raihan pakai.

"Maaf Bu, saya bisa pakai sendiri. Silahkan ibu duduk, maaf jika saya sepertinya yang lupa jika hari ini ibu datang untuk kembali membahas tentang model yang akan membawakan produk kita."

"Iya bener banget pak Rai, tapi ini sebentar lagi selesai. Sepertinya pak Rai ini sudah harus punya istri lagi. Biar ada yang mengurusi, masak bos dasinya sampai miring begini. Jangan donk nanti bagaimana dengan karyawan yang lain."

Andini membuang muka mendengar ocehan yang membuat telinganya panas, dia pun cukup kesal dengan Rai yang hanya diam tanpa melakukan perlawanan. Padahal dengan jelas Rai sudah mempersilahkan untuk duduk dan menolak dengan halus.

Melihat wajah Andini yang merengut membuat Rai menjadi tak enak, sedangkan Andika justru menahan ingin tertawa karena dia paham sekarang jika sang adik mulai ada rasa.

"Loe ngapa?" Andika mendekati sang adik.

"Nggak apa-apa."

"Kesel waktunya ke ganggu sama si lampir?" bisik Dika.

"Bukan urusan gue kak."

"Apa loe cemburu liat Raihan di tempelin sama tuh perempuan?"

"Berisik tau nggak, gue balik aja lah. Ngapain juga gue disini cuma jadi penonton. Nggak guna...." Andini melangkah melewati Raihan yang kemudian mencekal tangannya hingga langkah jenjang itu terhenti di samping Rai.

"Eh ada kamu juga, maaf ya saya nggak liat terlalu fokus sama calon masa depan. Kamu ngapain di sini? memangnya ruangannya pindah kesini? kok staf magang bisa dengan santainya di ruangan bosnya?"

"Maaf Bu, ini saya mau keluar." Andini tersenyum manis menatap Bu Flo kemudian beralih melihat Raihan yang memandangnya dengan wajah datar. "Pak Rai, calon masa depan anda sudah datang dan sepertinya ada pembahasan yang lebih penting yang ingin di bicarakan. Permisi saya mau keluar, karena peran saya disini tidak di butuhkan." Andini melepaskan cekalan tangan Rai kemudian keluar dari ruangan. Ntah kenapa perasaannya dongkol sendiri.

Masuk lift dengan sesekali menghentakkan kakinya. "Dasar gatel, kesambet belatung nangka apa ulet keket nempel di badannya itu orang. Nggak bisa diem sama laki orang. Pengen gue garuk pake garpu itu perempuan. Kak Rai juga ngeselin!"

Andini kembali ke ruangannya, tatapan Tara yang berbeda sempat Andin rasa mungkin curiga tapi Andin mencoba untuk biasa.

"Maaf pak Heru tadi di suruh ke ruangan bos dulu, jadi telat masuk."

"Nggak apa-apa Andini, tadi Tara sudah menyampaikan. Silahkan lanjutkan pekerjaan kemarin yang belum selesai."

"Baik pak, terimakasih."

Andini duduk di kursinya, menatap mbak Erna yang sejak tadi juga melihatnya tiada henti. Sepertinya mulai tak aman, Andini hanya diam berpura-pura tak tau. Mulai fokus dengan pekerjaan hingga jam istirahat menyapa.

"Andin mau ke kantin atau cafe?" tanya Erna yang sedang bersiap mengeluarkan bekal serta botol air minum yang akan ia bawa ke kantin.

"Aku mau ke cafe mbak, ini temen-temenku udah otw kesana nggak enak kalo nolak."

"Ya udah kalo gitu mbak duluan ya," pamit mbak Erna.

Tara menoleh kebelakang, melihat Andini yang sudah bersiap ingin beranjak. "Ada hubungan apa sama kak Rai?"

Pertanyaan Tara membuat Andini yang sudah ingin bangkit akhirnya duduk kembali. Menatap Tara dengan sikap biasa agar tak terlalu di buat masalah.

"Kenapa? loe tau hubungan gue sama kak Rai kan, kenapa masih di pertanyakan?"

"Gue ngerasa beda, ada yang loe tutupin?"

"Tara, hubungan kita hanya sebatas patner kerja dan teman biasa. Bukan kayak dulu yang apa-apa gue bilang sama loe! jadi stop ikut campur kehidupan gue, berjalan semestinya dan sesuai posisinya aja. Jangan berlebihan, lagian loe capek sendiri nantinya." Andin beranjak dari duduknya, "gue duluan...."

Tara terdiam memahami ucapan Andini, matanya terus memperhatikan hingga wanita itu tak terlihat. Menyesal masih terus melekat, tapi benar kata Andin posisinya saat ini bukan siapa-siapa yang tak bisa menuntut apa-apa.

Andini berjalan menuju cafe tempat kedua sahabatnya sudah menunggu, berjalan sendiri tanpa ada yang menemani. Mungkin karyawan yang tak tau menganggap Andin tidak punya teman padahal kedua sahabatnya sudah seperti saudara.

Hingga sampai di cafe senyum Andini semakin melebar, Tia dan Riri menyambut dirinya dengan hangat tapi suara dari arah lain mampu melunturkan senyuman itu perlahan.

"Hay, kamu makan di sini juga? mau gabung nggak? tenang saja nanti saya traktir, lumayan ngirit. Anak magang nggak boleh boros-boros nanti kasian orang tua kamu."

Raihan yang melihat itu sudah memijat pelipisnya, sedangkan Andika hanya diam dengan wajah datar. Andin sempat melirik keduanya kemudian kembali menatap Bu Flo dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Bu Flo benar banget, aku emang harus ngirit tapi sayangnya aku punya suami tajir, jadi tak perlu khawatir," bisik Andin di telinga Bu Flo. Mendengar itu Bu Flo seperti tak percaya, apa lagi melihat wajah Andini yang masih imut jauh dari kata dewasa.

"Kamu sudah menikah?"

"Hhmm....nggak percaya ya, ternyata saya yang muda malah sudah menikah?"

Merasa seperti di ejek oleh Andini akhirnya Bu Flo kembali ke meja dengan wajah kesal sambil melirik Andini yang tersenyum miring.

"Dasar, nggak mungkin banget dia sudah menikah. Pak Rai memang benar karyawan bapak yang magang itu sudah menikah?" tanyanya dengan raut wajah di tekuk.

Raihan melirik Andika yang mengangkat kedua bahunya, kemudian kembali melihat bu Flo. "Maaf Bu Flo kenapa menanyakan hal itu dengan saya? memang Bu Flo mau memastikan apa?"

"Kesel aja, terlalu sombong! anak magang di ajak makan aja nggak mau. Saya kan kasian dengan orang tuanya, jika makan di cafe begini. Makanya saya berniat untuk mentraktir, eh malah dia bilang suaminya kaya. Nggak mungkin banget kan pak Rai, wajah masih kayak bocah gitu aja bilang sudah menikah."

"Ya mungkin memang benar Bu, jodohnya datang lebih cepat." Raihan tersenyum tipis melirik meja yang di tempati oleh Andini, ada rasa senang karena Andini mengakui pernikahan mereka.

Andika yang mendengar penuturan bu Flo malah ingin tertawa tapi ia tahan. "Bu Flo merasa tersaingi ya dengan umur segitu dan wajah bocah tapi dia sudah menikah?"

"Nggak donk pak Andika, jangan bicara sembarangan ya. Saya sama sekali tak tersaingi, jika di bilang kaya saya lebih kaya. Apa lagi sama suaminya paling mentok-mentok seorang manager. Kalo cantik, jelas saya lebih cantik apa lagi dari segi pengalaman, saya lebih matang."

"Ugh, matang Rai! yang itu masih mengkel. Ya kan Bu Flo? tapi kalo matang bentar lagi busuk loh Bu, makanya yang mengkel yang di cari, jadi nggak heran kalo itu anak udah nikah Bu."

"Pak Andika sebenarnya ada di pihak siapa sich? pak Rai, jangan ikut-ikutan seperti pak Andika ya .." Bu Flo menggenggam lengan Rai, tapi sebisa mungkin Rai menolak dengan halus.

"Maaf Bu Flo, makanan sudah datang. Lebih baik kita segera makan, setelah ini lanjut meeting karena saya jam 2 sudah harus menemui klien saya yang lain."

"Oke dech, tapi model sudah deal ya. Saya ingin dia yang memerankan iklannya. Terlepas anda memiliki masalah pribadi sebelumnya tapi saya harap anda profesional."

"Akan saya pertimbangkan."

Di meja Andini, Tia dan Riri geram melihat Bu Flo pertama kalinya, apa lagi melihat gerak gerik nakalnya dengan Raihan. Mereka sejak tadi bukannya makan malah mendumel dari A sampai Z.

"Ikh kok pengen gue samperin aja ya rasanya, jijik gue lihatnya mana pegang-pegang tangan kak Rai lagi."

"Iya, gue pengen jambak tuh rambutnya. Gatel banget tau nggak, siapa sich dia Din? tadi gue liat dia sempet negor loe!"

"Klien nya kak Rai, nggak kenal gue. Dia aja yang sok kenal sama gue." Andini hanya diam menikmati makan, tak ingin kembali kesal seperti tadi karena hanya berujung membuat perut lapar, mood berantakan.

"Biarin aja sich, loe pada kesini mau makan apa mau nonton bos loe sama perempuan itu?"

"Dua-duanya," jawab kedua sahabatnya. Andini hanya menggelengkan kepala, tapi biar saja rasa kesalnya sudah di wakili dengan kedua sahabatnya.

Setelah menghabiskan makan ketiganya kini sudah beranjak dan siap kembali dengan perut kenyang. Mereka melewati meja bos mereka yang juga ingin kembali ke kantor. Tanpa menyapa Andini melangkah, tak perduli pandangan Rai saat ini. Sedangkan kedua sahabatnya malah mencari kesempatan untuk bisa dekat dengan Raihan.

"Pak Rai, Pak Andika..." sapa kedua sahabat Andini.

"Eh kok saya nggak?"

"Oh ibu mau juga? tapi kuotanya sudah habis Bu, tinggal sisa 2 buat kedua orang ganteng ini aja," sahut Tia kemudian melanjutkan langkahnya.

Andika lagi-lagi ingin ngakak, apa lagi melihat sang adik yang cuek justru membuat mulutnya gatal ingin koment.

"Kalian ini nggak sopan ya, sama seperti teman kalian yang depan itu."

"Oh kalo teman saya yang depan sudah khatam Bu, nggak perlu di pikirin, nggak sopan aja banyak yang mau gimana sopan bisa-bisa nanti Pak Rai tergoda," ledek Tia yang saat ini mereka sedang diam ingin menyebrang jalan.

Tapi fokus Rai tidak pada ocehan mereka melainkan matanya sibuk mengamati Andini yang tidak memperhatikan jalan dan terus melangkah saat lampu pejalan kaki berubah merah.

"Andini!"

1
Ridho Salju
mantap..👍sosor aja😄😄😄😄
Ridho Salju
😄😄 lucu sekali..,
Diny Julianti (Dy)
ha ha ha Andika kena getahny.... kocak asli
Diny Julianti (Dy)
🤣🤣🤣🤣Dika bner2 ye
Diny Julianti (Dy)
lucu parah nih cerita
Diny Julianti (Dy)
🤣🤣🤣
Diny Julianti (Dy)
asli ngakak sama Andika bisa2 ny pake bungkus wajik, perkosa adeny biar tek dung
Diny Julianti (Dy)
lucu bneran niy cerita sukaaa bgt
Diny Julianti (Dy)
ngakak minuman OB dksh Andin🤣🤣🤣🤣😉
Diny Julianti (Dy)
bneran lucu, Rai ny sabar udh dewasa
Diny Julianti (Dy)
🤣🤣🤣🤣
Diny Julianti (Dy)
ha ha ha lucu
Diny Julianti (Dy)
lucu
Mahyuni Suanti
Luar biasa
Mahyuni Suanti
ya ampunnnn gilak thorr😂😂🥰🥰❤️❤️🙏 ini mah seruuuu bangett aku bacanya thorr. trhiburrrr bangettt
mkasih bnyak thorr🫰
Mahyuni Suanti
sumpahhhh ngakak aku thor😂😂😂
Mu'rifatul Laili
Luar biasa
Sri Utami
seru suka banget karakter ceweknya gak lebay
Hrawti
Luar biasa
Tama Ngenana
waduh senang banget jadi 😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!