Tujuh tahun lalu saat masih duduk di Universitas Viona Natasya menyukai seorang pria.
Dia pria itu Bernard Antonius, pria yang dianggap keluarganya sendiri seperti sampah.
Pria bertato yang tidak dicintai keluarganya. Viona selalu diam-diam memperhatikan dari jauh.
Saat itu usia Viona baru tujuh belas tahun. Dan Bernard berusia dua puluh enam tahun.
Dan sekarang dia bertemu kembali dengan pria itu, dan menjadi suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Teman masa kecil.
Viona melanjutkan menelusuri halaman samping, dan berakhir sampai di halaman belakang.
Viona melihat ada ayunan dibawah pohon besar dihalaman belakang, dia heran kenapa semalam tidak melihat ada ayunan di sana.
Dia berjalan menuju ayunan tersebut. Seperti nya sangat nyaman duduk dalam ayunan tersebut.
Ayunan tersebut berbentuk seperti sofa yang memakai sandaran, dan bisa juga untuk buat berbaring di sana.
Viona tersenyum senang begitu meletakkan dirinya dalam ayunan tersebut, benar juga sangat nyaman.
Tempat duduknya sangat empuk dan lembut. Dia mencoba untuk mengayunkan dirinya, ayunan pun bergoyang dan berayun.
Viona tersenyum sendiri seperti anak kecil yang mendapat mainan baru. Dia tampak sangat senang.
Dia berayun-ayun dengan kaki di luruskan ke depan, Viona tersenyum sambil memejamkan matanya menikmati angin menerpa wajahnya.
"Ternyata kamu disini!" sebuah suara yang terdengar cemas mengagetkan Viona, dia membuka matanya.
Tampak Bernard datang menghampirinya, dia menghentikan ayunan Viona.
Bernard berdiri menjulang didepan Viona, matanya terlihat sangat tajam menatapnya.
Wajahnya terlihat begitu gelap seolah-olah ada seseorang telah menyinggung nya.
"Ada apa, apakah ada sesuatu yang terjadi?" tanya Viona heran, dia menatap Bernard bingung.
Geraham Bernard mengetat, wajahnya terlihat semakin menggelap.
Apa dia tidak tahu begitu cemasnya aku, begitu tahu dia tidak ada dikamar! bisik hati Bernard kesal.
"Semenjak dari jam berapa kamu berada disini, bukankah kamu seharusnya beristirahat dikamar?" tanya Bernard datar.
"Aku bosan dikamar, karena kamu tidak datang lagi ke kamar, jadi aku memutuskan untuk melihat-lihat Mansion lagi" kata Viona dengan tenang.
"Kenapa aku tidak melihatmu turun dari kamar!" sahut Bernard masih dengan mode dingin.
"Tentu saja kamu tidak melihatku turun, kamu kan lagi mengobrol dengan wanita cantik itu, kalian begitu asiknya ngobrol, jadi aku tidak mau mengganggu!" kata Viona masih mode tenangnya, dia memandang Bernard bingung.
Bernard tercekat mendengar penjelasan Viona, tanpa sadar dia menelan ludahnya gugup. Dia merasa bersalah.
Apakah dia tidak marah melihat aku mengobrol dengan wanita lain, pikir Bernard.
Dia merasa kalau Viona tidak terlalu peduli padanya, melihat dirinya mengobrol dengan wanita lain.
Viona menatap Bernard dengan bingung yang tengah melihatnya dengan tatapan tajam.
Kenapa dia, pikir Viona bingung.
"Sudah siang, waktunya untuk makan siang!" kata Bernard berbalik meninggalkan Viona.
"Oh iya, aku lupa, sudah siang" Viona pun tersadar.
Viona pun turun dari ayunan, lalu mengikuti Bernard yang sudah masuk kedalam Mansion.
Viona masuk ke ruang makan, dimeja makan ternyata wanita cantik tadi telah duduk menunggu mereka.
Viona tertegun melihat tamu wanita Bernard ternyata belum pergi.
"Halo..!" sapa wanita tersebut tersenyum manis pada Viona.
"Hai.." kata Viona membalas sapaan wanita tersebut.
"Kenalkan namaku Irina, aku teman masa kecil Bernard!" sahutnya ramah.
"Hai..salam kenal juga, namaku Viona!" kata Viona sopan.
Viona heran pada Bernard, bukankah seharusnya dia yang memperkenalkan tamunya kepadanya.
Dia melihat Bernard tampak acuh tak acuh saja, duduk di kursi dengan diam.
Makanan diletakkan para Pelayan dimeja makan, menu nya terlihat sangat mewah.
Wanita bernama Irina tersebut mengambil piring dari hadapan Bernard, lalu menyendok kan nasi dan menaruhnya dalam piring Bernard.
Viona mematung di kursinya melihat keberanian Irina memperlakukan suaminya layaknya seperti kepada pasangannya.
Dan Bernard diam saja tidak memprotes tindakan Irina.
Bersambung.....