Raka adalah seorang pemuda biasa yang bermimpi menemukan arti hidup dan cinta sejati. Namun, perjalanan hidupnya berbelok saat ia bertemu dengan sebuah dunia tersembunyi di balik mitos dan legenda di Indonesia. Di sebuah perjalanan ke sebuah desa terpencil di lereng gunung, ia bertemu dengan Amara, perempuan misterius dengan mata yang seakan memiliki segudang rahasia.
Di balik keindahan alam yang memukau, Raka menyadari bahwa dirinya telah terperangkap dalam konflik antara dunia nyata dan kekuatan supranatural yang melingkupi legenda Indonesia—tentang kekuatan harta karun kuno, jimat, serta takhayul yang selama ini dianggap mitos.
Dalam perjalanan ini, Raka harus menghadapi berbagai rintangan, termasuk rasa cintanya yang tumbuh untuk Amara, sembari berjuang mengungkap kebenaran yang tersembunyi di balik cerita rakyat dan keajaiban yang mengikat mereka berdua. Akan tetapi, tidak semua yang bersembunyi bisa dipercaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ihsan Fadil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15: Cahaya dari Alam Lain
Malam semakin larut saat mereka mendirikan tenda di sebuah lokasi yang agak jauh dari reruntuhan. Udara pegunungan terasa semakin menusuk hingga ke tulang, sementara suara angin berdesir memecah kesunyian malam. Perasaan mereka campuran—kecemasan, kebingungan, dan semangat yang berbaur menjadi satu.
Raka duduk di dekat api unggun kecil yang mereka buat untuk menghangatkan tubuh mereka. Cahaya api memantulkan bayangan di wajahnya, menciptakan suasana yang misterius. Amara duduk di sebelahnya sambil memeriksa peta yang ia temukan di ruang bawah tanah tadi. Sementara itu, Arjuna memilih duduk agak jauh sambil memandang langit yang berkelabuhan bintang.
“Raka, lihat ini.” Amara memecah keheningan dengan suaranya yang pelan sambil memindai peta. “Petunjuk ini seperti mengarah pada lokasi yang sangat tersembunyi. Ini bukan hanya perjalanan biasa.”
Raka memerhatikan peta dengan serius. “Kalau kita berhasil mengikuti petunjuk ini, kita mungkin bisa menemukan rahasia besar yang kita cari. Tapi aku masih bertanya-tanya, mengapa simbol-simbol itu berpendar seperti cahaya tadi? Itu pasti bukan kebetulan.”
Obrolan mereka terhenti sejenak ketika cahaya biru lembut mulai berpendar di antara pepohonan di kejauhan. Mereka bertiga saling berpandangan.
“Lihat itu,” ujar Arjuna sambil menunjuk ke arah cahaya yang berkilauan samar di balik pepohonan.
Awalnya mereka mengira mungkin itu hanya refleksi dari senter atau api unggun mereka. Namun, ketika cahaya itu semakin mendekat, mereka bisa melihat bahwa cahaya itu memiliki bentuk yang berbeda—semacam cahaya biru berkilauan yang bergerak dengan lembut, seperti memanggil mereka.
“Apakah ini bagian dari petunjuk yang kita temui sebelumnya?” tanya Amara dengan nada hati-hati sambil mendekati cahaya tersebut.
Raka melambaikan tangan untuk menghentikan mereka. “Tunggu dulu. Kita tidak tahu apa ini.”
Namun, sebelum mereka bisa berpikir lebih jauh, cahaya itu bergerak lebih dekat dengan mereka, berputar-putar seperti membentuk spiral yang anggun dan mistis. Cahaya itu berwarna biru cerah, memancarkan getaran yang lembut namun memiliki daya tarik yang sulit dijelaskan.
“Kita harus mendekati ini,” ujar Arjuna dengan suara yang bersemangat namun tetap waspada. “Mungkin ini adalah jawaban dari semua teka-teki yang kita temui sejauh ini.”
Tanpa menunggu lebih lama, mereka mulai berjalan pelan-pelan menuju arah cahaya tersebut. Kaki mereka berjejak di tanah basah, semak-semak menggesek pakaian mereka, namun mereka tetap melanjutkan perjalanan. Cahaya itu semakin terang, namun tidak menyilaukan mereka. Justru, cahaya itu memberi kehangatan yang aneh—bukan seperti cahaya biasa.
“Apa ini, sebenarnya?” bisik Amara kepada dirinya sendiri sambil memfokuskan pandangan.
Cahaya itu berhenti di sebuah dataran kecil yang terhampar di antara pepohonan. Ketika mereka mendekati lokasi tersebut, mereka bisa melihat bahwa cahaya itu berasal dari sebuah batu besar yang berkilauan dengan energi aneh. Batu itu tampak seperti kristal alami dengan warna biru berpendar yang berputar seperti memiliki nyawa sendiri.
Raka menatap batu tersebut dengan mata yang tak berkedip. “Lihat ini… ini bukan batu biasa.”
Saat ia mendekatkan diri, batu itu mulai bergetar pelan. Cahaya biru yang memancar semakin kuat, dan getaran itu terasa hingga ke seluruh tanah tempat mereka berdiri. Arjuna memegang lengan Raka dengan kencang.
“Jangan sentuh itu!” teriaknya.
Namun, sebelum mereka sempat menarik diri, cahaya itu semakin terang dan memancar lebih deras, seakan berusaha berkomunikasi dengan mereka. Sebuah suara mulai terdengar—suara lembut namun bergaung, seperti bisikan dari alam yang jauh dan asing.
“Datanglah kepadaku,” ujar suara itu dalam bahasa yang samar namun bisa mereka pahami, seperti bergetar melalui udara yang mereka hirup.
“Suara ini datang darinya,” bisik Amara dengan gugup.
Tanpa berpikir panjang, Raka melangkah lebih dekat ke batu itu. “Kita harus memahami ini. Ini mungkin petunjuk yang akan membawa kita ke jawaban.”
Batu itu berpendar lebih terang ketika Raka mendekatinya. Energi biru itu memancar, seperti membentuk jalur energi yang mengarah ke dalam tanah. Semakin dekat ia mendekati batu tersebut, semakin intens perasaan mereka bertiga—ada semacam energi purba, sesuatu yang tak bisa dijelaskan oleh logika.
“Kau memiliki hati yang berani,” ujar suara itu lagi, lebih jelas kali ini. “Namun, siapakah kalian yang datang ke sini untuk mencari rahasia ini?”
Mereka bertiga saling berpandangan. Tak satu pun dari mereka tahu harus menjawab bagaimana.
“Aku Raka, dan ini Amara dan Arjuna. Kami mencari petunjuk, mencari jawaban dari hal-hal yang telah kami temui dalam perjalanan kami,” ujar Raka dengan suara tegas.
Batu itu berpendar dan bergetar pelan. “Maka kalian akan memahami apa yang tersembunyi di balik rahasia ini. Namun, hati-hati. Ini bukan hanya petualangan biasa. Ini adalah perjalanan yang akan mengungkap sisi terdalam dari warisan dan takdir kalian.”
Kata-kata itu menggantung di udara. Raka dan yang lainnya saling berpandangan. Mereka tahu bahwa ini bukan akhir dari perjalanan mereka, tetapi justru awal dari misteri yang lebih dalam dan lebih berbahaya.
“Berikutnya, ikuti jalur yang akan kutunjukkan,” lanjut suara itu sambil kristal memancarkan cahaya biru yang membentuk jalur semacam cahaya energi yang membentuk jalur di bawah tanah.
Mereka bertiga tahu bahwa mereka harus mengikuti petunjuk ini. Raka mengangguk.
“Kami akan mengikutimu,” ujarnya dengan tegas.
Kristal itu berpendar beberapa kali sebelum akhirnya cahaya itu mulai mereda dan kembali menjadi tenang. Udara kembali menjadi hening seperti semula, meskipun mereka tahu ini bukan akhir dari perjalanan mereka.
Mereka bertiga saling memandang. “Kita harus siap,” ujar Arjuna sambil mengemasi barang mereka dengan cepat.
Amara menatap kristal itu dan menghela napas. “Ini adalah awal dari perjalanan yang lebih berat dari yang kita bayangkan.”
Dengan langkah penuh tekad, mereka melanjutkan perjalanan menuju petunjuk baru yang akan membimbing mereka melalui rahasia yang lebih besar dan menakutkan dari yang bisa mereka bayangkan.
Akhir Bab 15