Season 2 dari novel yang berjudul Dia Suamiku
Setelah 7 tahun berpisah, Mila kembali bertemu dengan mantan suaminya. Perpisahan mereka yang terpaksa oleh keadaan, membuat cinta dihati mereka tak pernah padam meski Elgar telah berstatus sebagai suami orang.
Akankan mereka kembali memperjuangkan cinta mereka demi sang buah hati?
Cerita itu adalah S2 dari novel yang berjudul DIA SUAMIKU.
Untuk lebih jelasnya, silakan baca S1 nya dulu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DMS 20
Aden mematut wajahnya dicermin besar yang ada ditoilet pria. Mengambil sisir kecil dari kantong celana lalu merapikan rambutnya. Sambil bersiul, dia menoleh kekanan kiri memastikan jika rambutnya sudah sepenuhnya rapi.
Mendadak dia kepikiran barber shop yang didatangi Elgar kemarin. Melihat sang bos yang langsung berubah jadi tampan dan muda, dia berniat mendatangi tempat itu juga. Dia ingin bertransformasi seperti pak bos biar segera terbebas dari status jomblo.
Setelah urusan rambut rapi, dia melepas kacamata. Mengelapnya sebentar lalu kembali mengenakannya.
Aden kembali sebentar keruangannya untuk memakai parfum. Setelah dirasa semuanya, sempurna, dia segera menuju meja Mila yang tak jauh dari ruangannya.
Mencium bau yang sangat wangi, membuat Mila mengalihkan tatapannya dari laptop. Ternyata didepan mejanya sudah ada yang Aden yang tak tahu sejak kapan datangnya
"Belum selesai?" Tanya Aden sambil mengulum senyum yang dibuat semanis mungkin untuk menarik perhatian Mila.
"Bentar lagi."
"Emmm...pulang sama siapa?"
"Teman."
"Yah, padahal mau aku tawarin pulang bareng. Kan rumah kita searah."
Mila seketika mengernyit. "Bapak tahu rumah saya?"
Aden mendadak gelagapan. Ketahuan deh kalau dia udah kepoin cv Mila.
"U...dah pernah baca curriculum vitae kamu." Sahutnya sambil cengir. Udah terlanjur ketahuan, bohongpun percuma.
"Gimana, pulang sama saya? Saya anterin sampai depan rumah. Bahkan kalau kamu mau, saya anterin sampai masuk rumah alias mampir."
Mila menahan tawa mendengarnya. Ada ada aja orang didepannya ini. Tapi mau apapun tawarannya, Mila tetap menolak karena dia bawa mobil sendiri, dan lagi, Billi nebeng padanya karena motornya masih di bengkel.
"Maaf Pak, tapi saya pulang sama teman."
Aden tampak kecewa. Tadi siang udah gagal ngajak makan siang, eh sore gagal lagi ngajak pulang bareng.
Ceklek
Suara pintu yang dibuka menarik perhatian Aden dan Mila. Keduanya langsung melihat kearah pintu, dimana tampak Elgar yang baru saja keluar.
Elgar, pria itu mengernyit melihat Aden bersama Mila.
"Ngapain kamu disini?" tanyanya ketus.
"Pdkt Pak, ups." Buru buru Aden menutup mulutnya karena keceplosan. Dia lalu menatap Mila malu malu. "Maksud saya lagi ngobrol sama Mila. Kenalan, kan dia sekretaris baru. hehehe." Aden tersenyum absurd sambil menatap Elgar.
Elgar mencium aroma aroma tebar pesona disini. Jelas ini tak bisa dibiarkan.
"Ikut saya, ada yang mau saya bahas sama kamu." Titahnya pada Aden.
"Tapi ini udah jam pulang loh Pak."
"Saya tak peduli." Elgar berjalan lebih dulu menuju lift.
Dasar bos gak pengertian. Lihat bawahannya pdkt bukannya didukung malah digagalin. Awas aja, setelah cerai, aku doakan jadi duda ngenes. Biar kita samaan, kesepian tanpa pasangan.
"Besok pulang sama aku ya." Aden mengedipkan sebelah matanya, lalu berjalan cepat menyusulnya Elgar sambil menggerutu dalam hati.
Mila tersenyum sambil geleng geleng melihat tingkah Aden. Kalau saja dia tahu Mila mantan terindah sang bos dan sedang diperjuangkan sekarang, bisa bisa dia langsung pingsan.
Mila segera membereskan barang barang. Billi sudah mengirim pesan jika dia menunggu di lobi.
Didalam lift, Elgar mencium bau parfum yang sangat menyengat. Biasanya Aden tak pernah sewangi ini. Makin jelas saja kalau Aden sedang pdkt pada Mila.
"Kamu suka sama Mila?" Elgar memperhatikan penampilan Aden yang lebih rapi dari biasanya.
"Laki mana yang tak suka sama cewek secantik Mila. Udah cantik, pinter, wanita karier, kurang apa coba? Benar benar wanita idaman sejuta umat."
Elgar mendengus sambil menggerutu dalam hati. Pertanyaannya simpel kenapa jawabnnya malah pajangan kali lebar.
"Kalau saya punya istri kayak Mila. Beuh, saya kekepin tiap hari. Gak bakal rela saya kehilangan wanita kayak dia. Tapi kayaknya cuma orang bodoh yang mau melepaskan wanita kayak Mila."
Elgar membukatkan matanya. "Kamu ngatain saya bodoh?"
"Hah!" Aden melongo karena bingung.
Emang kapan aku ngatain dia bodoh? Waduh, kayaknya cuma penampilan doang yang makin keren, tapi telinga makin bumpet minta dikorekin ke tht.
Elgar mendengus, lalu keluar dari lift begitu pintu terbuka.
Aden buru buru berjalan cepat untuk mensejajari Elgar. "Kita mau bahas dimana ya Pak, lobi, mobil, atau dimana?"
Elgar menghentikan langkahnya. Begitupun dengan Aden yang langsung mengerem kakinya mendadak.
"Bahas apa?" Elgar balik bertanya.
"Loh, bukannya tadi Bapak bilang mau bahas sesuatu sama saya?"
"Gak jadi. Udah sana buruan pulang." Elgar menunjuk dagu kearah pintu keluar.
"Ta_"
"Gak ada tapi tapian, cepat pulang atau mulai besok gak usah kerja lagi."
"Siap Pak, laksanakan." Dengan hati dongkol, Aden berjalan menuju pintu keluar. Bertahun tahun kerja dengan Elgar, baru dua hari ini dia merasakan ada sesuatu yang aneh pada bosnya itu.
Sementara Elgar, dia melanjutkan langkahnya menuju pintu keluar sambil sesekali tersenyum pada karyawan yang menyapanya.
"Mila." Langkah Elgar terhenti mendengar seseorang memanggil nama Mila. Penasaran, dia membalikkan badan. Tampak seorang pria yang berjalan menghampiri Mila. Keduanya tampak akrab, bahkan pria itu menggandeng lengan Mila.
...----------------...
Malam hari, Billi main kerumah Mila. Seperti biasa, dia membawa sekantong cemilan untuk dihabiskan bersama Saga.
Saga mengeluarkan satu persatu makanan dari dalam keresek. Ada keripik kentang, roti, susu dan yang pasti,
"Yeeyy coklat." Seru Saga saat menemukan cemilan favoritnya. Bocah itu langsung mencomot coklat kesukaannya.
"Jangan lupa gosok gigi sebelum tidur," Mila mengingatkan.
"Cerewet." Billi berbisik pada Saga sambil melirik Mila. Keduanya lalu cekikikan sambil memakan coklat bersama sama.
Mila hanya geleng geleng melihat tingkah mereka. Dia memilih kedapur untuk membantu ibunya yang sedang membuat gorengan. Setiap Billi datang, Bu Rahmi memang selalu menyediakan cemilan, tak heran jika Billi betah disana.
"Mamah, Saga pinjem hp." Ujar Saga yang menghampiri mamanya didapur. "Mau mabar sama Om Billi. Saga gak mau pakai hp nya nenek, jadul."
"Bil, gak usah ngajarin anak aku yang aneh aneh," teriak Mila.
"Paan sih Mil, cuma mau main game doang," sahut Billi yang sedang rebahan di karpet yang ada diruang tengah.
"Ya udah, Saga ambil sendiri ditasnya mama."
Mendapatkan lampu hijau, buru buru Saga kekamar mamanya untuk mengambil ponsel. Tak perlu mencari lama, Saga sudah hafal dimana mamanya meletakkan tas sepulang kerja.
Saga yang hendak mengambil ponsel, menemukan sesuatu didalam tas mamanya.
"Apaan ini?" Saga mengeluarkan barang yang terlihat seperti kain terlipat. Ternyata, benda tersebut adalah dasi.
"Pasti ini punya Om Billi. Mamakan gak mungkin pakai dasi." Yang Saga tahu, dua hari ini mamanya berangkat dan pulang kantor bersama Billi. Jika ada dasi, sudah pasti itu milik Billi. Saga membawa ponsel sekaligus dasi tersebut keluar menuju tempat Billi.
"Paan tuh?" Billi yang sedang rebahan langsung bangun melihat Saga membawa sebuah dasi.
"Ini punya Om Billi ya? Ketinggalan ditasnya mama."
Billi mengambil dasi yang ada ditangan Saga. Membolak balik, memperhatikan dengan seksama. Matanya membulat begitu melihat brand yang tertera didasi itu. Jelas bukan levelnya membeli barang branded seperti ini. Bahkan dia yakin jika dasi ini lebih mahal dari gajinya sebulan.
Dret dret dret
Ponsel yang ada ditangan Saga tiba tiba berdering.
"Pak Bos." Saga membaca tulisan yang tertera dilayar ponsel. Foto profilnya berupa gambar mobil mewah.
Billi hendak melihat ponsel tersebut, tapi Saga sudah lebih dulu menggesel tombol hijau.
"Hallo."
kek penyakit kali dengar jnda
Lo selingkuh sama laki-laki yang mencintai Lo.
di bisa memberi Lo kebahagian yang tidak Lo dapat dari Elgard
tidak tau siapa aja yang kerja di perusahaan ya El