Di balik kehidupan mereka yang penuh bahaya dan ketegangan sebagai anggota organisasi rahasia, Alya, Alyss, Akira, dan Asahi terjebak dalam hubungan rumit yang dibalut dengan rahasia masa lalu. Alya, si kembar yang pendiam namun tajam, dan Alyss, yang ceria serta spontan, tak pernah menyangka bahwa kehidupan mereka akan berubah drastis setelah bertemu Akira dan Asahi, sepupu yang memimpin di tengah kekacauan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Azky Lyss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10: Kekuatan dan Kelemahan
Asahi berdiri dengan tegak di hadapan kelompok musuh, sorot matanya penuh tantangan. Dia merasakan degup jantungnya yang cepat, semangat bertarungnya semakin menggebu. Akira dan Alyss terpaksa mundur, tetapi tidak bisa mengalihkan pandangan dari situasi berbahaya yang dihadapi Asahi.
“Beraninya kau menantang kami sendirian!” teriak salah satu anggota kelompok musuh, menilai keberanian Asahi. “Kau tahu, kami tidak akan segan-segan untuk menghancurkanmu!”
“Aku tidak peduli!” jawab Asahi dengan lantang, menegaskan keputusannya untuk tidak mundur. “Jika kalian ingin menghancurkan markas kami, maka kalian harus melalui tubuhku terlebih dahulu!”
Alya, yang melihat situasi itu dari drone, merasakan adrenalin melonjak di dalam dirinya. Dia berusaha memberikan instruksi kepada Akira dan Alyss. “Kita tidak bisa membiarkan Asahi menghadapi mereka sendirian! Kita harus mencari cara untuk membantunya!”
Akira mengangguk, berpikir cepat. “Kita harus mencari titik lemah mereka. Jika kita bisa memecah perhatian mereka, kita bisa membantu Asahi.”
Sementara itu, Asahi sudah bersiap untuk bertarung. Dengan percaya diri, dia memfokuskan energinya pada setiap gerakan musuh. Dia tahu, meskipun sendirian, dia memiliki kemampuan untuk bertarung.
“Datanglah! Aku akan menghabisi kalian satu per satu!” teriaknya, menantang musuh yang mulai mendekat.
Dua anggota kelompok musuh maju ke arah Asahi, mereka melancarkan serangan bertubi-tubi. Asahi menghindar dengan cepat, menggunakan kelincahan dan keterampilannya dalam bertarung. Dia menyerang balik, memberikan pukulan dan tendangan yang memukau.
Namun, saat pertarungan berlangsung, Asahi mulai merasa kelelahan. Musuh yang terus berdatangan membuatnya harus berjuang lebih keras. Dia merasakan tekanan, tetapi keberaniannya tetap tidak pudar.
“Aku tidak akan menyerah!” teriaknya, seraya mengalihkan fokusnya ke musuh yang semakin mendekat. Namun, saat dia berusaha untuk menahan serangan, dia merasakan pergerakan yang lebih kuat. Salah satu anggota musuh yang lebih besar dan berpengalaman datang dari belakangnya.
“Berhati-hatilah!” teriak Alyss dari jauh, meski dia tahu suaranya tidak dapat didengar Asahi di tengah kekacauan.
Di saat terakhir, Akira memutuskan untuk mengambil tindakan. “Alya, kita harus menyerang dari udara! Ini adalah kesempatan kita untuk mengejutkan mereka!”
Alya mengangguk dan mengendalikan drone dengan keahlian, mengarahkannya tepat ke arah Asahi dan kelompok musuh. Dia merencanakan serangan yang cepat dan terarah, memanfaatkan teknologi yang telah dimodifikasi oleh Akira.
“Sekarang!” teriak Alya saat dia memicu drone untuk menjatuhkan alat pemadam yang dirancang untuk mengejutkan dan mengalihkan perhatian musuh.
Dengan suara gaduh, drone melepaskan alatnya, dan seketika, asap tebal menyelimuti area. Asahi yang melihat kesempatan itu tidak menyia-nyiakannya. “Ayo, sekarang waktunya!” teriaknya, memanfaatkan kebingungan musuh.
Momen itu memberi Asahi kepercayaan diri kembali. Dia melangkah maju, menyerang musuh yang bingung dengan kekuatan yang baru ditemukan. “Kalian tidak akan bisa mengalahkan kami!” serunya.
Akira dan Alyss, melihat situasi mulai berubah, segera bergabung kembali. “Kita harus bersatu!” kata Akira, bertekad untuk mendukung Asahi.
Dalam kekacauan tersebut, mereka bertiga melawan kelompok musuh, bekerja sama dengan baik. Setiap serangan mereka terkoordinasi, membuat musuh terdesak. Akhirnya, keberanian Asahi dan dukungan dari Akira dan Alyss mulai mengubah arah pertarungan.
Musuh yang tersisa menyadari bahwa mereka tidak bisa menang. Mereka mundur, membiarkan Asahi dan timnya merayakan kemenangan sementara. Nafas Asahi terengah-engah, tetapi senyum kemenangan terpancar di wajahnya.
“Aku tahu kita bisa melakukannya!” seru Alyss, berlari menghampiri Asahi dan memeluknya.
Asahi tersenyum, merasa bangga dan lega. “Aku mungkin terjatuh, tapi aku tidak akan mundur. Kita adalah tim!”
Akira menepuk punggung Asahi, mengakui keberaniannya. “Kau melakukan pekerjaan yang luar biasa. Kita harus kembali ke markas dan merencanakan langkah selanjutnya.”
Setelah memastikan tidak ada lagi ancaman di sekitar, mereka berempat kembali ke markas, merasa lebih kuat dan bersatu setelah pertempuran yang menegangkan itu. Dalam perjalanan pulang, mereka saling bercerita tentang pengalaman masing-masing dan betapa pentingnya kekuatan tim.
Keesokan harinya, meskipun kelelahan masih menyelimuti mereka, mereka kembali ke rutinitas kuliah dan latihan. Namun, pengalaman malam itu membuat mereka lebih menghargai satu sama lain.
Di kelas, Akira menunjukkan bakatnya dalam teknologi. “Oke, kita akan mempelajari cara kerja perangkat ini dan bagaimana kita bisa menggunakannya di lapangan,” katanya, sambil menunjukkan gadget yang baru saja diciptakannya.
Alya dan Alyss duduk di bangku depan, mendengarkan dengan penuh perhatian. “Kau selalu tahu cara membuat hal-hal terlihat menarik, Akira,” puji Alyss, sambil menatapnya dengan kekaguman.
Alya juga merasa terinspirasi. “Aku ingin belajar lebih banyak tentang teknologi ini. Siapa tahu, aku bisa membantu di lapangan juga.”
Setelah kuliah, mereka kembali berkumpul di kafe favorit mereka. Mereka berbagi makanan dan cerita tentang kehidupan sehari-hari, menertawakan lelucon, dan merencanakan kegiatan akhir pekan mendatang.
“Bagaimana jika kita pergi ke bioskop setelah pelatihan?” tanya Alyss dengan antusias. “Aku mendengar film baru yang keren keluar!”
“Aku setuju! Kita bisa bersantai sejenak setelah semua yang terjadi,” Akira menanggapi.
Alya, meski merasa sedikit cemburu melihat keakraban antara Asahi dan Alyss, berusaha untuk tetap positif. “Aku ingin melihat film yang lucu. Kita butuh tawa setelah semua ketegangan ini.”
Asahi tersenyum lebar. “Oke, kita atur rencana untuk akhir pekan. Aku akan memastikan kita semua bersenang-senang!”
Mereka melanjutkan obrolan penuh keceriaan, menciptakan momen-momen indah dalam hidup mereka. Meski tantangan masih mengintai di luar sana, mereka merasa semakin kuat sebagai tim dan sebagai sahabat.
Saat hari-hari berlalu, mereka belajar untuk saling mendukung satu sama lain, menghadapi kesulitan, dan merayakan kebersamaan. Dalam setiap langkah, mereka menemukan arti persahabatan sejati dan keberanian yang tidak hanya datang dari kekuatan fisik, tetapi juga dari hati yang saling terhubung.
---
Terua semangat Author
Jangan lupa mampir 💜