Amira Khairinisa, tiba-tiba harus menerima kenyataan dan harus menerima dirinya menjadi seorang istri dari pria yang bernama Fajar Rudianto, seorang ketos tampan,dingin dan juga berkharisma di sekolahnya.
Dia terpaksa menerima pernikahan itu karena sebuah perjodohan setelah dirinya sudah kehilangan seseorang yang sangat berharga di dunia ini, yaitu ibunya.
Ditambah dia harus menikah dan harus menjadi seorang istri di usianya yang masih muda dan juga masih berstatus sebagai seorang pelajar SMA, di SMA NEGERI INDEPENDEN BANDUNG SCHOOL.
Bagaimanakah nantinya kehidupan pernikahan mereka selanjutnya dan bagaimanapun keseruan kisah manis di antara mereka, mari baca keseluruhan di novel ini....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon satria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 31.
1 Minggu kemudian dimalam hari, di perpustakaan MUSTIKA.
" Assalamu'alaikum." ucap salam Amira, begitu dia memasuki cafe yang ada di perpustakaan MUSTIKA tempat dia bekerja.
Dan itu adalah hal pertama yang selalu dia ucapkan setiap kali dia memasuki suatu tempat, atau sedang berpaspasan dengan orang lain.
Sementara saat ini, yang dia masuki adalah sebuah cafe di dalam perpustakaan MUSTIKA.
" Wa'alaikumsalam." sahut seorang barista yang ada disana, karena barista itu langsung menyadari kehadiran Amira.
Amira pun langsung melangkah hingga berhenti di depan meja panjang, tepat di tempat costumer yang ingin memesan makanan atau pun minuman.
" Faisal, ternyata kamu." sahut Amira, dengan kedua bola matanya yang sedikit memincing, karena terkejut kala dia melihat kembali kehadiran Faisal disana.
Awal dia memasuki cafe itu, Amira belum menyadari jika orang itu adalah Faisal, karena Faisal beserta beberapa barista lainnya sedang menghadap ke arah belakang, untuk mempersiapkan pesanan pelanggan.
Begitu dia sudah berdiri di depan meja panjang itu bersamaan dengan Faisal yang membalikan badan, barusan Amira tau kalau Faisal sudah kembali bekerja.
Selama satu minggu ini, Amira bekerja dia tidak sekali melihat kehadiran Faisal.
Bahkan, ini pertama kali tidak Faisal muncul bekerja dalam waktu yang cukup lama.
Padahal biasanya, Faisal hanya izin satu atau dua hari selain hari libur yang sudah ditentukan, itu pun jika ada hal-hal yang benar mendesak.
Namun, selama satu minggu ini, Faisal menghilang tanpa kabar, hal itu juga tentu saja membuat rekan kerja Faisal merasa heran.
" Kemana aja kamu selama satu minggu ini, kok gak ada?" tanya Amira penasaran.
Setiap hari, sebelum jam kerjanya dimulai, Amira selalu datang ke cafe perpustakaan itu untuk memesan teh seperti biasanya.
Karena itulah membuat Amira mengetahui tentang ketidakhadiran Faisal selama satu minggu ini.
" Aku selama satu minggu ini dirumah sakit , Amira." jawab Faisal, atas pertanyaan Amira sebelumnya.
Kedua alis Amira pun langsung terangkat, begitu dia mendengar Faisal mengatakan hal itu.
" Rumah sakit?, kenapa kamu sampai bisa ke rumah sakit?" tanyanya yang mulai panik.
Tentu saja dia merasa panik dan juga khawatir, jika temanya masuk ke rumah sakit tanpa dia tau apa alasannya.
" Aku kecelakaan pas pulang dari sini." jawab Faisal.
Dia tidak mungkin mengatakan spesifik penyebab dirinya terluka hingga harus dilarikan diri ke rumah sakit.
Hal itu dia lakukan bukan tanpa alasan, walaupun dia mengatakan secara jujur, bahwa dia dihadang dan di keroyok oleh sekelompok geng motor, Amira pasti tidak akan memahaminya, justru sebaliknya, Amira pasti akan semakin khawatir kepadanya.
Masalah geng motor seperti itu sama sekali bukan ranah pembicaraan antara dirinya dan juga Amira.
" Kamu jatuh dari motor?"
" Iya, hal itu udah jadi biasa dan sudah jadi resiko umum buat pengendara motor ataupun pengendara yang lainnya." jawab Faisal, dengan santai.
Dia memberitahu Amira dengan sikap dan nada bicara yang tenang, supaya Amira tidak lagi mengkhawatirkannya, lagi pula saat ini, dia sudah merasa sudah baik-baik saja.
Walaupun kesehatannya belum benar-benar pulih seperti sebelumnya, tetapi dia sudah bisa melakukan pekerjaannya dengan baik, sehingga dia bisa percaya diri untuk mulai kembali bekerja di hari ini.
" Ya Allah, aku minta maaf Faisal, aku gak tau kalau kamu kecelakaan." ucap Amira, sungguh-sungguh.
Rasa prihatin dan rasa bersalah muncul bersamaan, dia benar-benar tidak tau akan kejadian yang sudah Faisal alami selama satu minggu ini.
" Gak papa, Amira, jangan minta maaf, kamu enggak ngelakuin kesalahan." ucap Faisal, mencoba untuk menghilangkan rasa bersalah yang Amira rasakan.
Amira memang tidak bersalah dengan apa yang sudah menimpanya, sehingga Amira tidak pantas merasa bersalah seperti itu.
" Aku gak jenguk kamu, padahal kamu di rumah sakit dalam waktu yang cukup lama." jelas Amira kembali, mengutarakan rasa bersalahnya.
Faisal pun langsung tersenyum tulus dibarengi oleh sebuah tawaan pelan.
" Aku memang sengaja nyembunyiin ini, supaya kalian gak khawatir, apalagi kamu."
Dia tau, jika salah satu temannya itu memiliki rasa empati yang tinggi terhadap sesama, dia juga tidak paham, kenapa Amira memiliki rasa empati setinggi itu.
" Kita semua gak ada yang tau kalau kamu kecelakaan, kenapa tidak ada satupun yang tau?" tanya Amira kembali, kali ini sedikit menuntut.
Pasalnya, tidak ada informasi apapun yang dia denger dari rekan-rekan kerjanya tentang keadaan Faisal, bahkan, dari kepala perpustakaan sekalipun, sama sekali tidak ada informasi yang sampai kepada mereka maupun dirinya.
" Hanya kepala perpustakaan yang tau, aku sengaja meminta kepala perpustakaan, supaya gak ngasih tau keadaan aku sama kalian." jelas Faisal.
Sistem kerja di perpustakaan Mustika memanglah ketat, tetapi tidak sampai membuat para karyawan nya merasa tertekan.
Ketat disini dalam artian disiplin yang tinggi, sehingga siapa pun yang mengambil cuti diluar jadwal, maka harus memberikan laporan kepada kepala perpustakaan.
Maka dari itu, kepala perpustakaan akan tau kemana dia selama satu minggu ini.
" Terus kenapa gak ngasih tau kita, Sal?" tanya Amira, melihat sekilas ke arah Faisal, kemudian dengan cepat mengubah kembali pandangannya menjadi menunduk.
" Aku udah bilang, Mir, kalau aku gak mau buat kalian khawatir." jawab Faisal, mengulang jawaban yang sama.
Amira pun langsung menggelengkan kepalanya, sambil menghembuskan nafasnya perlahan.
" Kalau kamu ngasih tau ke kita, setidaknya kita bisa do'ain kamu, Sal." ucap Amira kembali.
" Thanks, ya, Mir." sahut Faisal yang kembali tertawa pelan.
" Untuk apa?" tanya Amira, heran.
Bahkan dia saja tidak menjenguknya Faisal saat sakit, lantas mengapa Faisal sampai harus berterimakasih kepadanya?.
Begitulah pikir Amira.
" Thanks, karena udah pikirin sekaligus khawatir sama aku." jawab Faisal.
Amira pun langsung mengangguk pelan menanggapinya.
" Tentu, sesama teman kita harus saling peduli dan menolong, Sal."
Faisal pun ikut mengangguk, sambil menarik kedua sudut bibirnya dengan samar.
Dia merasa bersyukur ditemukan dengan sesosok Amira, yang selalu peduli terhadap orang-orang yang ada di sekelilingnya.
" Oh, ya, selama satu minggu itu, kamu sama siapa di rumah sakit?" tanya Amira kembali.
Sama seperti sebelumnya, dia hanya melirik sekilas ke arah Faisal, kemudian dengan cepat, menundukan kembali pandangannya.
Karena hal itu sudah menjadi kebiasaannya saat berbicara dengan orang yang bukan mahramnya.
Faisal juga sudah memahami itu, karena itu bukan pertama kalinya dia berbicara dengan Amira.
" Ada temen-temen aku, mereka jaga dan juga rawat aku selama satu minggu ini." jawab Faisal, dengan rasa syukur karena memiliki sahabat yang sangat baik kepadanya.
Amira pun kembali bernafas lega kala mendengarnya.
" Alhamdulillah, beruntung banget kamu punya teman-teman yang sangat peduli dan sayang sama kamu."
" Ya, Alhamdulillah." ucap syukur Faisal.
" Oh ya, kamu mau pesan apa hari ini?" tanya Faisal.
Dia sampai lupa menanyakan pesanannya kepasa Amira, karena terlalu asik bicara.
Dia hanya mengingat Amira sebagai temannya, padahal saat ini Amira adalah pelanggan nya.
" Seperti biasa." jawab Amira, tanpa mengatakan secara spesifik pesanannya.
Untuk apa juga dia mengatakan secara spesifik, karena Faisal sudah tahu betul hal apa yang ingin dia pesan.
" Siap, pesanan akan segera selesai." ujar Faisal menerima pesanan itu.
" Belum juga dibuat, sudah bilang segera selesai." sahut Amira, hingga membuat Faisal tertawa.
Faisal pun langsung menyiapkan apa yang Amira pesan.
TO BE CONTINUE.