Elea Inglebert putri semata wayang Delia Djiwandono dan Jarvas Inglebert yang memiliki segalanya namun kurang beruntung dalam hal percintaan. Cintanya habis pada cinta pertamanya yang bernama Alan Taraka. Alan Taraka merupakan seorang CEO Perusahaan Taraka Group yang didalamnya berkecimpung dalam bidang pangan, hotel dan perbankan. Tak hanya itu, Alan Taraka juga berkecimpung dalam dunia bawah yang dimana ia memperjual-belikan senjata api serta bom rakitan dan menjualnya kepada negara-negara yang membutuhkannya. Hanya orang-orang tertentu saja yang mengetahui Alan di dunia bawahnya, dan ia lebih dikenal di dunia bawah dengan sebutan “TUAN AL”. Akankah Elea Inglebert bersatu dengan cinta pertamanya yang merupakan seorang CEO sekaligus MAFIA terkejam di Negeri ini? Lets read!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Endah Sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27
Saat di mobil Alan tak banyak berbicara pada Elea. Jelas ia masih sangat emosi dengan kejadian tadi. Andai kata Elea tidak menahannya maka ia akan mencari Albert sampai dapat dan dipastikan akan menerima siksaan yang sangat pedih.
Satu jam sudah perjalanan yang tak menentu arah ini. Elea pasrah saja mengikuti emosi Alan hingga mereda dengan sendirinya.
“Kak…” Elea memberanikan diri menyapa Alan.
“Hmm” Alan malas berbicara dengan perasaan yang penuh dengan emosi.
“Kak!” Elea sedikit membentak.
“Hmm” Alan tetap dengan jawaban seperti itu.
“Ya Tuhan, aku harus bagaimana? Aku bingung dan takut menghadapi emosinya. Ini pertama kalinya untukku melihat Kak Alan menahan emosi seperti itu. Ya Tuhan, bantu aku…” Doa Elea dalam hati.
Elea berpikir keras untuk menurunkan emosi Alan.
“Ah, baiklah akan ku coba cara itu!” Gumamnya.
Dengan cepat Elea merapikan penampilannya dan membuka seat belt secara cepat juga.
“Baiklah jika kau tak mau berbicara apapun padaku. Berhenti di depan sana, tolong!” Ucap Elea ketus pada Alan.
“Kau mau apa?” Alan tentu panik mendengar permintaan Elea yang ingin diturunkan ditempat yang tak dikenalinya bahkan tempat yang dimaksudkan oleh Elea terlihat beberapa pemuda yang sedang berkumpul.
“Tentu aku ingin berbicara pada mereka. Setidaknya mereka tak akan mendiamiku!” Kesal Elea.
“TIDAK!” Tolak keras Alan.
“Aku lelah Kak! Sangat lelah! Seharian penuh aku berada di kampus mengikuti mata kuliah ini dan itu belum lagi aku mengerjakan tugas lebih awal dan lagi pekerjaanku di perusahaan yang tak bisa aku tunda! Dan aku menunggumu bahkan sampai perutku sama sekali tak ku isi karna aku ingin bersamamu dan kejadian tadi? Kejadian tadi tak terduga! Dan aku sangat geram dengan tingkah si Albert itu yang merendahkanku dan Lena! Lalu kenapa kau mendiamiku seperti ini?” Elea panjang lebar mengeluarkan rasa kesalnya pada Alan dan tak terasa air matanya ikut keluar.
Alan melepas seat beltnya juga dan langsung keluar dari mobilnya. Ia menghampiri pintu Elea dan memeluknya dengan erat.
“Maafkan aku sayang… Aku benar-benar emosi! Aku takut kau terluka! Maafkan aku…” ucap Alan sambil menciumi puncak kepala Elea.
“Lalu kenapa kau mendiamiku terus?” Tanya Elea lagi.
“Aku takut kau terluka! Aku tidak peduli dengan nyawaku namun kau? Kau benar-benar membuatku takut! Jika terjadi sesuatu padamu, maka aku tak akan bisa memaafkan diriku sendiri!” Jawabnya lagi.
“Tolong jangan seperti ini lagi Kak. Aku tidak suka diabaikan seperti tadi. Jika kau mengabaikanku lagi maka aku tak akan segan meninggalkanmu!” Ancam Elea dan segera diangguki Alan.
Tanpa mereka sadari, segerombolan pemuda yang sempat ditunjuk oleh Elea didalam mobil pun mendekatinya.
“Tuan, apakah acara bermesraan ini telah usai?” Ejek pemuda 1.
“Waaw, lihatlah mobil ini! Jika kita mendapatkannya maka kita semua akan KAYAAA!!!” Teriak pemuda 3.
“Tuan, kekasihmu sangat sexy! Lihatlah ukuran p*****ranya yang terlihat kencang dan besar oh ya dan b***ngnya sangat besar dan menantang itu, ARRGGHHH kekasihmu membuat adik kecilku bangun! Kemarikan kekasihmu itu! Aku meminta secara baik-baik!” Ujar ketua dari gerombolan para pemuda itu.
“Ketua Vian, bisakah setelah kau mencicipinya kau berikan padaku?! Aku pun ingin merasakannya. Aku tak pernah merasakan tubuh wanita seperti itu. Gitar spanyol pun lewat!” Ucap pemuda 2 yang diiringi tawa dari semuanya.
Alan memutar posisi dan saat ini Elea berada dibelakang punggung Alan. Ia pun merutuki Elea karena menggunakan pakaian yang sangat ketat sehingga tercetak jelas lekuk tubuhnya ditambah lagi dengan warna putih tulang kesukaan Elea sehingga menambah kesan sexy.
“Tenanglah sayang… Jangan terpancing emosi! Ingat, aku pun pandai berkelahi!” Ucap Elea sambil melingkarkan tangannya pada tubuh Alan.
“Hahaha, hei gadis sexy! Aku pun ingin di peluk dari belakang seperti itu olehmu. Aku pun ingin merasakan bagaimana kenyalnya d**amu itu!” Ucap ketua Vian sambil menatap Elea penuh gairah.
Alan tentu senang, karena Elea memanggilnya dengan sebutan sayang. Elea jarang memanggilnya seperti itu maka saat mendengar kata tersebut Alan sangat senang.
Alan menyingsingkan kemeja hitam panjangnya sampai siku lalu membuka 2 buah kancing kemejanya hingga menampilkan sosok lain Alan. Ia berjalan ke depan dan langsung dikelilingi oleh para gerombolan itu.
Elea mengerjapkan matanya berulang kali. Ia terpana dengan penampilan Alan yang terlihat lebih sexy menurutnya.
“1,2,3,4,5,6,7,8,9 daan… Ketua breng*s*ek itu! Total 10 orang! Aahh, rasanya aku harus ikut membantu!!” Celoteh Elea. Ia mengikat rambutnya dan bersiap masuk dalam lingkaran bersama Alan.
“SERBUU!!” Ucap ketua Vian pada anak buahnya.
BUUGGH!!
DUAAKK!!!
BUUGGH!!
Ketiga orang secara bersamaan ingin memberi pukulan telak pada Alan terkapar lemas tak berdaya. Pukulan dari Alan lebih dahulu mengenai ketiga orang pemuda tersebut, masing-masing mendapat satu pukulan tepat dirahangnya. Tersisa enam orang dan satu ketuanya.
Elea berlari mendekat pada Alan. Ia memasang kuda-kuda dan mendapat tatapan tajam dari Alan.
“Sayang, kau kenapa kemari? Kau membuatku dalam masalah jika Vatimu tahu!” Alan menjadi tak fokus dengan kedatangan Elea.
“Fokuslah! Jangan jadikan aku sebagai bebanmu! Mari selesaikan bersama, setelah itu kau harus mengajakku travelling! How?” Ucap Elea.
“With pleasure, my love” ucap Alan waspada dengan pergerakan lawan.
BUUUK!!
DUAAAK!!
BUUGH!! SREEEEET BRAAAAKKK!!
ARRRRRGGHHHHH!!!!
Teriakan demi teriakan terdengar sangat nyaring.
Alan dan Elea menghajarnya bertubi-tubi tak ada ampun. Alan sangat berapi-api menghabisi musuhnya dan membantu sisi Elea agar ia tak terluka.
“LEMAH!!! CUIH!!” Ucap Elea pada seluruh anak buah Vian yang semuanya sudah tak sadarkan diri.
“Tunggulah. Aku akan menghabisinya!” Titah Alan.
“Baiklah, tapi beri aku kesempatan untuk mengh*ajarnya juga” Elea patuh dan menyandarkan dirinya pada mobil Alan.
“Dengan kalahnya anak buahku bukan berarti aku takut! Tunggulah lain waktu! Aku memberimu waktu! Pergilah sejauh mungkin jika kau bertemu denganku lagi, aku akan membawa kekasihmu secara paksa!” Ancam ketua Vian yang ia tak mengetahui siapa yang dihadapinya.
“Cih!! Pergilah semampumu! Jangan pernah menengok ke belakang jika kau masih ingin hidup!” Perintah Alan.
GLEEK!!!
Susah payah ketua Vian menelan salivanya mendengar ancaman Alan. Jauh dilubuk hatinya ia pun ketakutan melihat pergulatan sepasang kekasih itu dengan para anak buahnya. Namun itu semua ia tepis dengan membayangkan tubuh sexy Elea.
Ia pun segera berlari menjauhi Alan sambil menaikkan celana jeansnya yang melorot dan…
DORR!!!
Satu tembakan melesat tepat mengenai jantungnya. Elea yang melihat hal itu pun hanya terdiam. Ia tak percaya bahwa Alan benar-benar akan menghabisinya.
“Pergilah ke Jalan Flores daerah B, bawa seluruhnya jangan sampai ada yang tersisa! Dan hilangkan semua jejak!” Ucap Alan menelepon anak buahnya.
“Kak Alan…” Elea berlari dan memeluk Alan.
“Apa ada yang terluka?” Tanya Elea.
“Apa kau tak salah bertanya?” Tanya Alan heran melihat Elea yang mengkhawatirkannya.
“Kak!!” Elea kesal Alan tak menjawab pertanyaannya.
“Hehehe… Aku baik-baik saja sayang. Lihatlah, calon suamimu masih sangat tampan dan mempesona!” Alan menghibur Elea agar tak mencemaskannya.
“Kak!! Kau mulai lagi!!” decak Elea.
“Ayo, kita lanjutkan perjalanan. Mungkin sekitar 2 jam lagi kita akan sampai” ucap Alan lagi dan Elea mengangguk senang.
Sepanjang perjalanan Elea memggenggam lengan Alan bahkan ia tertidur nyaman dengan bantalan lengan kekarnya. Alan justru sangat senang jika Elea bergantung pada dirinya. Bahkan saat jalanan macet ia mencuria-curi kecupan pada Elea. Lebih tepatnya ia melambatkan kecepatan mobilnya.