Karena pengkhianatan suami dan adik tirinya, Lyara harus mati dengan menyedihkan di medan pertempuran melawan pasukan musuh. Akan tetapi, takdir tidak menerima kematiannya.
Di dunia modern, seorang gadis bernama Lyra tengah mengalami perundungan di sebuah ruang olahraga hingga harus menghembuskan napas terakhirnya.
Jeritan hatinya yang dipenuhi bara dendam, mengundang jiwa Lyara untuk menggantikannya. Lyra yang sudah disemayamkan dan hendak dikebumikan, terbangun dan mengejutkan semua orang.
Penglihatannya berputar, semua ingatan Lyra merangsek masuk memenuhi kepala Lyara. Ia kembali pingsan, dan bangkit sebagai manusia baru dengan jiwa baru yang lebih tangguh.
Namun, sayang, kondisi tubuh Lyra tak dapat mengembangkan bakat Lyara yang seorang jenderal perang. Pelan ia ketahui bahwa tubuh itu telah diracuni.
Bagaimana cara Lyara memperkuat tubuh Lyra yang lemah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisy hilyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
"Tuan, Nona ingin bertemu."
"Ya." Xavier membereskan segala sesuatu yang ada di atas meja. Menyimpannya ke dalam laci, dan tak lupa mengunci laci tersebut.
Pintu terbuka, sosok gadis kecil yang mengenakan piyama hitam bergambar bulan sabit muncul tanpa ekspresi. Langkahnya pasti, tubuhnya tegap berdiri. Beberapa saat Tian terpesona oleh sosok tersebut, menatap tak berkedip Lyra yang menyelipkan sebuah jepit kecil di kedua sisi rambutnya.
"Berhenti menatapnya!" Xavier berdesis sambil melempar pena pada tubuh asistennya itu. Lancang!
Sial! Kenapa hatiku tidak terima ada yang menatapnya seperti itu. Ada apa denganku?
Xavier merutuki diri sendiri.
"Ah, jika begitu saya pergi dulu." Tian beranjak dari hadapan sang tuan, keluar dengan membawa hatinya yang tak karuan.
Ia duduk di sofa depan ruang kerja Xavier bersama dengan Nira yang menunggu majikannya.
"Kau Nira?" tegur Tian pada pelayan kecil yang lekas berdiri saat melihat kedatangan dirinya.
"Saya, Tuan," jawab Nira sopan.
"Duduklah!"
Mereka berdua duduk dalam hening, tak satu pun yang memulai percakapan. Dalam hati, Tian begitu ingin menanyakan perihal perubahan Lyra. Akan tetapi, dia lebih memilih diam dan menunggu dengan tenang.
"Apa aku mengganggumu?" tanya Lyra yang berdiri di hadapan Xavier dengan kaku.
Gadis manja dan selalu mencari perhatian itu kini berubah kaku dan dingin. Tak ada lagi senyum merayu, tak ada lagi rengekan manja yang meminta ditemani. Xavier merasa sedang berhadapan dengan mendiang Yolanda--ibunda Lyra yang memiliki sifat tegas dan berani.
"Ah, tidak. Duduklah!" sahut Xavier dengan ramah, dia bahkan menunjuk kursi yang ada di hadapannya.
Kenapa dia ramah sekali? Bukankah dia tidak pernah menerima kehadiran Lyra di ruangan ini? Ada apa dengannya? Apakah dia demam?
"Hei, Lyra! Kenapa melamun?" tegur Xavier saat gadis itu hanya diam tak bereaksi dengan perintahnya.
Oh, hatiku! Kenapa tiba-tiba merasa senang dia memanggil namaku? Tidak, ini adalah perasaan Lyra.
Lyra menghela napas, berperang melawan perasaannya sendiri. Ia duduk dengan penuh wibawa, menatap dingin sosok laki-laki tampan bermata tajam di depannya.
"Ada apa kau datang mencari ku?" tanya Xavier menautkan kesepuluh jarinya di atas meja.
Kenapa hatiku merasa senang dia datang mencari ku? Astaga, perasaan apa ini? Aku menunggu. Apa yang aku tunggu sebenarnya?
Xavier mengutuk diri sendiri atas perasaan asing yang tiba-tiba mendominasi.
"Xavier, bagaimana pekerjaanmu? Apa harimu menyenangkan? Atau ada yang mengganggumu lagi? Aku akan memijat bahumu, dan kau akan tidur nyenyak malam ini."
Bayangan Lyra tersenyum tiba-tiba melintas dalam benak, tawanya yang renyah mengiang di telinga. Xavier menunggunya mengatakan sederet pertanyaan tersebut. Akan tetapi ....
"Akhir pekan ini aku ingin keluar menemui seseorang. Mungkin untuk waktu yang lama, aku sendiri tidak tahu pastinya," ucap Lyra tanpa mengubah ekspresi dan nada suaranya yang dingin.
Xavier tertegun, alisnya saling beradu satu sama lain. Tidak sesuai harapannya.
Menemui seseorang? Siapa? Apakah seorang laki-laki?
Tanpa sadar, jari Xavier saling meremas dengan kuat membayangkan Lyra bertemu dengan seorang laki-laki.
"Pergilah!" Xavier memalingkan wajah dengan perasaan yang dia sendiri tak dapat menjelaskannya.
Ada rasa sakit, tidak terima dengan pertemuan itu. Yang sebenarnya Xavier pun tak ingin mengizinkan Lyra pergi dari mansion untuk waktu yang lama. Untuk apa? Siapa yang akan dia temui?
Lyra beranjak, tanpa kata lagi dia berbalik hendak keluar.
"Aku akan meminta beberapa pengawal pergi bersamamu," ucap Xavier menghentikan langkah Lyra.
"Tidak perlu. Aku akan pergi bersama Nira dan Lusi. Kau tidak perlu repot mengirim pengawal untuk menjagaku. Aku mampu menjaga diriku sendiri," tolak Lyra secara langsung dan tegas.
Dia bahkan tidak menoleh lagi ke belakang dan melanjutkan langkahnya keluar dari ruang kerja Xavier.
Sial! Kenapa hatiku merasa sakit karena penolakannya? Ada apa sebenarnya? Bukankah bagus dia pergi dari sini? Tidak akan ada lagi yang mengganggu Myra.
Sosok gadis kecil itu telah menghilang di balik pintu. Tian dan Nira berdiri dari duduk mereka. Asisten Xavier itu menundukkan kepala sebentar ketika berhadapan dengan Lyra.
Namun, gadis itu berlalu begitu saja tanpa meninggalkan sepatah kata pun jua. Hal tersebut membuat hati Tian merasa kehilangan sesuatu.
"Paman Tian, apa kabarmu hari ini? Bagaimana harimu? Apakah pekerjaan membuatmu lelah?"
Sederet pertanyaan itu akan selalu dia dengar ketika bertemu dengan Lyra, tapi sekarang sepatah kata pun tak ada. Dia benar-benar telah kehilangan Lyra yang manja dan polos. Rasa rindu hadir menelusup relung jiwa, tak lepas pandangan dari punggung ringkih gadis kecil yang terus berjalan menjauh itu.
"Anda benar-benar berubah, Nona."
maaf Thor tambah kan tokoh cowoknya yg lebih baik dari segala-galanya dari Xavier...
kan tambah seru jadi y...
tambahkan lg up nya Thor