NovelToon NovelToon
Sebatas Ibu Pengganti?

Sebatas Ibu Pengganti?

Status: tamat
Genre:Tamat / Selingkuh / Pengganti / Cerai / Penyesalan Suami
Popularitas:7.9M
Nilai: 4.8
Nama Author: D'wie

Hati siapa yang tak bahagia bila bisa menikah dengan laki-laki yang ia cintai? Begitulah yang Tatiana rasakan. Namun sayang, berbeda dengan Samudera. Dia menikahi Tatiana hanya karena perempuan itu begitu dekat dengan putri semata wayangnya. Ibarat kata, Tatiana adalah sosok ibu pengganti bagi sang putri yang memang telah ditinggal ibunya sejak lahir.

Awalnya Tatiana tetap bersabar. Ia pikir, cinta akan tumbuh seiring bergantinya waktu dan banyaknya kebersamaan. Namun, setelah pernikahannya menginjak tahun kedua, Tatiana mulai kehilangan kesabaran. Apalagi setiap menyentuhnya, Samudera selalu saja menyebutkan nama mendiang istrinya.

Hingga suatu hari, saudari kembar mendiang istri Samudera hadir di antara carut-marut hubungan mereka. Obsesi Samudera pada mendiang istrinya membuatnya mereka menjalin hubungan di belakang Tatiana.

"Aku bisa sabar bersaing dengan orang yang telah tiada, tapi tidak dengan perempuan yang jelas ada di hadapanku. Maaf, aku memilih menyerah!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23. Curiga

Jika mencintai seseorang begitu

menyakitkan, kenapa Tuhan harus membuat manusia memiliki perasaan cinta?

Aku mengerti.

Aku tahu itu.

Tuhan menciptakan perasaan cinta untuk manusia karena cinta itu begitu manis walaupun diiringi dengan rasa sakit dan derita!

Aku mencintainya, sangat mencintainya.

Perasaan ini tetap ada sejak pertama kali kami bertemu. Meskipun pahit dan perih yang aku rasa akibat mencintai seseorang yang tak pernah mencintaiku, tapi aku bisa apa?

Rasa ini tumbuh subur dengan sendirinya dan terlanjur mengakar kuat hingga menyisakan sesak saat sehari saja tidak melihatnya.

Namun untuk bertahan pun aku sudah tak kuasa.

Biarlah aku yang mengalah. Semoga kau berbahagia di sana.

Tatiana menutup buku kecil yang akhir-akhir ini ia jadikan tempat untuk meluapkan isi hatinya. Kini Tatiana tidak memiliki siapa-siapa lagi untuk meluapkan isi hatinya. Ia sudah menutup komunikasinya dengan Raya. Entah mengapa, ia berpikir bisa saja suatu hari nanti Raya membocorkan keberadaannya pada orang lain. Meskipun ia merasa sangsi akan ada yang mencari dirinya. Toh Tatiana merasa tidak pernah diinginkan sama sekali. Bahkan bisa saja mereka di sana justru berbahagia dengan kepergiannya itu.

"Tiana, tolong beritahu keluarga Bu Ayu kalau administrasinya sudah bisa diurus. Setelah cairan infus habis, Bu Ayu sudah diizinkan pulang," ujar seorang dokter tempat dimana Tatiana bekerja. Tatiana yang sedang melamun sontak tergagap.

"Baik, Dok," ucap Tatiana yang segera beranjak dari mejanya.

Ya, setelah mendapatkan kontrakan, Tatiana pun segera mencari pekerjaan. Tatiana yang memang mantan seorang perawat pun mencoba mencari pekerjaan di rumah sakit. Tatiana sebenarnya ingin bekerja di rumah di rumah sakit besar, tapi sadar kondisinya saat ini sedang hamil, Tatiana pun mencari pekerjaan di rumah sakit kecil dan klinik. Namun sayang, setelah satu Minggu berlalu, ia belum juga mendapatkan panggilan.

Di bawah teriknya matahari, dengan motor bekas yang ia beli, Tatiana membawa tubuhnya berkeliling memasukkan CV lamaran pekerjaan ke berbagai klinik dari yang lumayan besar hingga kecil.

Karena kelelahan, Tatiana lantas duduk di bawah pohon sambil meminum air kelapa muda yang dibelinya dari penjual yang tepat berada di samping sebuah klinik bersalin.

Sepertinya rejeki sedang berpihak padanya, tanpa sengaja perempuan yang pernah hampir menabraknya tempo hari melihatnya. Ia pun segera turun dari mobil dan menyapa Tatiana.

"Jadi kamu mau cari pekerjaan?" tanya perempuan itu setelah mereka saling berkenalan.

"Iya, Mbak."

"Memangnya riwayat pekerjaan sebelum ini apa?"

"Saya seorang perawat, Mbak. Makanya tadi saya masukin lamaran di klinik Anida. Semoga saja saya bisa segera mendapatkan pekerjaan."

"Klinik Anida?"

"Iya, mbak. Klinik di samping ini."

Tiba-tiba perempuan itu tertawa membuat Tatiana bingung apa alasannya.

"Nama saya tadi siapa, hayo?" seloroh perempuan itu.

"Anida Hartanto."

"Lalu nama klinik di samping?"

"Klinik Anida," jawab Tatiana polos.

"Masih belum paham?" Ditanya seperti itu, jelas saja Tatiana menggeleng. Ia memang belum paham.

"Ya ampun. Baiklah, mari kita berkenalan sekali lagi." Perempuan itu menyodorkan tangannya ke arah Tatiana. Tatiana pun menyambut tangan itu dengan bingung. "Perkenalkan, namaku Anida Hartanto. Pemilik dari klinik bersalin Anida. Bagaimana? Sudah paham sekarang?"

Mata Tatiana pun seketika membulat.

"Mbak ... Pemilik klinik Anida itu? Benarkah?"

"Ck, kamu pikir aku bohong. Ya udah, yuk lanjut ngobrol di kantor aku aja."

Perempuan bernama Anida itu lantas membawa Tatiana ke klinik bersalin Anida tempat Tatiana memasukkan lamaran pekerjaannya tadi. Setelah masuk ke ruangan Anida, barulah ia percaya kalau perempuan itu benar-benar pemilik dari klinik tersebut.

Setelah mengobrol beberapa saat, Anida lantas mengambil CV lamaran Tatiana dari meja resepsionis dan membacanya dengan teliti.

"Kamu punya riwayat bekerja di rumah sakit besar di Jakarta, kenapa tidak mencoba mencari pekerjaan di rumah sakit juga, bukan di klinik yang tidak begitu besar ini?"

"Mbak sendiri kan seorang dokter, pasti tahu gimana sibuknya bekerja di rumah sakit, sementara saya sedang hamil. Tentu saya tidak bisa terlalu lelah. Oleh sebab itu saya memilih mencari pekerjaan di klinik mbak. "

"Jadi kamu sedang hamil? Kesini pindah sama suami?"

Tatiana menggeleng, "sendiri, Mbak. Saya sedang proses cerai."

"Ah, maaf. Saya tidak tahu."

"Tidak masalah, Mbak."

"Baiklah kalau begitu, saya terima kamu bekerja di sini. Mulai besok kamu sudah bisa bekerja, bagaimana? Bisa?"

Mendengar ia diterima bekerja di klinik tersebut membuat Tatiana tersenyum lebar, "bisa, Mbak. Bisa banget. Terima kasih ya, Mbak, sudah menerima saya bekerja di sini."

Sejak saat itu juga Tatiana pun mulai bekerja di klinik Anida. Klinik ini buka 1x24 jam. Namun menimbang Tatiana yang sedang hamil, Tatiana hanya diberikan shift untuk bekerja di siang hari.

...***...

Hari sudah mulai sore, jam kerjanya pun sudah berakhir. Dengan sepeda motornya, Tatiana pun segera keluar dari area parkir Klinik Bersalin Anida. Tatiana ingat, susunya sudah hampir habis, Tatiana lantas melajukan motornya menuju ke salah satu minimarket yang tak jauh dari klinik.

Setelah mendapatkan susu yang ia ingin beli, Tatiana lantas menghampiri tempat buah-buahan. Saat sedang memilih buah, tiba-tiba ada seseorang yang menegurnya.

"Suster Tatiana?"

Tatiana lantas menoleh, "Anda ... "

...***...

Dengan pikiran berkecamuk, Samudera melajukan mobilnya kembali ke rumah sakit. Hari ini ia izin tidak bekerja. Ingin bekerja pun pikirannya sedang kacau jadi ia memilih izin selama 2 hari. Karena selama satu tahun ini, Samudera nyaris tidak pernah izin jadi Samudera diizinkan untuk tidak bekerja selama 2 hari.

Saat memasuki ruang rawat inap Ariana, dahinya tiba-tiba berkerut sebab ia mendapati Triani sedang duduk di kursi di samping brankar Ariana. Tampak sekali Triani sedang mencoba menarik perhatian Ariana, tapi Ariana justru diam tak bergeming.

"Ana kok diam aja sih? Memangnya Ana nggak kangen Tante?" tanya Triani, tapi Ana tak merespon sama sekali.

"Ana mau makan apel? Kalau mau, nanti Tante kupasin?" ujar Triani lagi.

Namun Ariana tetap saja diam tak bergeming. Saat melihat pintu terbuka dan memunculkan sosok Samudera, Triani pun tersenyum lebar.

"Kak Sam," seru Triani yang segera berdiri hendak menyambut Samudera. Ia juga mengulurkan tangan hendak menyambut apa yang Samudera pegang, tapi Samudera justru melewatinya saja. Entah mengapa sejak ibu Tatiana meninggal, Samudera merasa tidak nyaman dengan keberadaan Triani. Tidak seperti awal saat mereka kembali bertemu, ada perasaan menggebu tak terkatakan. Namun setelah ibu Tatiana meninggal, Samudera perlahan menyadari perbuatannya itu salah. Ia pun mulai menjaga jarak dan merasa tak nyaman setiap kali mereka berdua saja.

"Mama mana?"

"Tante sudah pulang. Barusan aja. Memangnya kak Sam nggak berpapasan?"

Samudera menggeleng, ia justru langsung menghampiri brankar sang anak.

"Hai anak ayah, udah enakan?" Samudera mencoba mengajak Ariana bicara.

"Ayah ... "

"Ya ... "

"Bunda ... " Mata Ariana berkaca-kaca. Sungguh, hati Samudera sakit, sesakit-sakitnya melihat ekspresi sang putri yang begitu merindukan Tatiana.

"Maaf ya, Sayang, bunda belum bisa pulang. Tapi bunda sudah titip salam. Kata bunda, maaf bunda belum bisa pulang. Bunda baru akan pulang dengan syarat, Ana harus sehat dulu. Tidak sedih lagi. Jangan lupa minum obat juga. Bagaimana, Ana mau ketemu bunda kan?"

Ariana pun mengangguk.

"Jadi ... "

"Ana akan rajin minum obat supaya cepat sehat dan tidak sedih lagi supaya bunda cepat pulang," jawab Ariana lemah, tapi mampu membuat Samudera merasa sangat senang sekali.

Triani berdecak pelan. Ia kesal karena Ariana begitu mudah dibujuk hanya dengan iming-iming kepulangan Tatiana.

'Memangnya apa hebatnya perempuan itu sih sampai keponakan ku sendiri lebih memilih dia dibandingkan aku?' kesal Triani dalam hati.

Tanpa ia ketahui, Samudera mendengar saat ia berdecak tadi. Meskipun kecil, tapi pendengaran Samudera masih sangat jelas sekali. Diam-diam, Samudera memperhatikan raut wajah Triani yang tampak kesal. Entah karena apa, Samudera pun tidak tahu. Bisa jadi karena ia abaikan, bisa jadi pula karena kata-katanya barusan. Namun hal tersebut nyatanya cukup membuatnya curiga.

...***...

...HAPPY READING ❤️❤️❤️...

1
Dewi Arsandi
Luar biasa
Dewi Arsandi
Kecewa
Yuliaya
akhirnya ... sejak mereka akur lg, yg bikin penasaran tuh ttg rumah... ternyata dibeliin rumah baru...
Yuliaya
ini pulang ke rumah Samudera atau ortu Samudera ya? Klo ke rumah Samudera, asli pengen tahu kondisi rumah, masih sama atau udah berubah ya setelah kepergian Tatiana?
maria handayani
/Shy/
Yuliaya
Awalnya lupa ko, itu karna lihat buku nikah aja, pas usaha buka hp Tatiana...
Yuliaya
Terima kasih penjelasannya, dah gitu aja...
Yuliaya
Tapi kamar ini benar2 punya Tatiana.....
Yuliaya
melakukan yg terbaik itu seperti apa?
TongTji Tea
masak ada kanker mulut Tau Tau stadium 4 thor.kalo kanker paru,kanker hati ,ovarium wajar karena di dalam .kalo mulut kan perubahan sedikit aja berasa.lidah kita kegigit aja terasa .Hehehe ini hanya Dari segipandang logika lo Thor .😀
Yuliaya
Tatiana nih, paham bener maunya pembaca 😊
Yuliaya
aduh Mba, hati2 berkendara sambil mendengarkan musik, nanti peringatan orang ga kedengeran....
Yuliaya
pindah kerja, pindah rumah.... bukan maksud menghilangkan kenangan Triana sih, tp menghargai Tiana sbg istri
Yuliaya
lhooo ko jadi Tiana sih...
Yuliaya
hayo lho Aska..... main diketemuin aja sih.... harusnya si mama diajak ngobrol dulu... Jd bikin dosa tuh si mama...
Yuliaya
eehh jangan dulu nyerah.... nanti ga seru.... ga ada kamu, ga ada yg bisa dikomentarin 😁
Yuliaya
jalani dulu saja itu yang seperti apa? bikin Triani berharap aja
Yuliaya
dulu juga nikah sama Tatiana karna Ariana maunya diurus sama Tatiana kan? Apa akan terulang?
Yuliaya
Pakaian Tatiana pasti ga banyak...
Yuliaya
lalu seperti apa? tolong ceritakan, jadi pengen tahu...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!