Yun Li An, satu-satunya Jenderal perang wanita kerajaan Choi, dia telah mengalahkan ribuan pasukan musuh setiap kali berperang.
Namun sayangnya dia harus mati di tangan kepala pasukan yang dia pimpin, karena dia tidak menyetujui keinginan Putra Mahkota.
"Jenderal Yun, jangan salahkan aku yang melakukan ini padamu. Tapi salahkan dirimu sendiri, yang membuat Putra Mahkota menginginkan nyawamu!"
Tang Liu An, ketua mafia yang sangat ditakuti oleh banyak kelompok mafia lainnya, karena selalu membuat berbagai senjata dan obat.
Tetapi dia dikhianati oleh anak buahnya yang ingin merebut sebuah cincin penyimpanan yang dia ciptakan. Karena di dalam cincin itu terdapat berbagai senjata dan obat yang berhasil dibuat oleh Tang Li An.
"Di mana ini, dan kenapa aku memakai pakaian seperti ini?"
🍀 Silakan baca tuk kelanjutan ceritanya
Jangan lupa untuk memberi dukungan pada karya-karya Ana
Terima kasih 🙏 😄
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ⁖℘ձռձ༢࿔ྀુ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#Bab 21
Raja Quan telah tiba di perbatasan, tetapi Yun Li An tidak segera menemuinya.
Yun Li An membawa mutiara milik kerajaan mereka, dan dia ingin agar Raja Quan menyingkirkan dulu rasa sombong yang ada pada dirinya.
"Jenderal Yun, Yang Mulia sudah ada di sini! Cepat bawa mutiara itu kemari!" seru Panglima perang Ho.
Yun Li An yang mendengar suara keras itu hanya diam, dia tidak peduli akan kedatangan Raja Quan.
"Jenderal, kau tidak segera ke sana?" ucap Salah satu prajuritnya.
"Untuk apa, mengantarkan nyawa? Aku datang bukan hanya untuk memberikan mutiara ini, tetapi aku juga memiliki tujuan lain, selain mendamaikan dua kerajaan, yang tidak bisa dilakukan oleh seseorang yang sombong di dalam istana!"
Mendengar itu, Bai Qin yang duduk tidak jauh dari mereka merasa, jika orang Yang Yun Li An maksud adalah Putra Mahkota.
"Hey, Jenderal Yun! Apa kau tidak mendengarku?" ucap Panglima perang Ho lagi.
Yun Li An hanya mengibaskan tangannya, dia malas meladeni orang yang bersikap arogan di depannya. Mungkin jika di dunianya yang dulu, orang seperti itu sudah mendapatkan sebuah lubang di kepalanya.
Melihat sikap Yun Li An, Raja Quan yang menahan kesal akhirnya turun dari kudanya, dan berjalan menghampiri sang Jenderal perang itu.
"Jenderal Yun, aku mendengar kau membawa mutiara kerajaan kami. Apakah itu benar?" ucap Raja Quan.
Yun Li An menoleh lalu berdiri, "Benar, hanya saja aku melihat sikap Panglima perangmu yang sangat tidak baik padaku, jadi aku..."
Raja Quan mengangkat tangannya, dia sangat mengerti maksud dari ucapan Yun Li An.
"Bawa Panglima perang Ho kemari! ucap Raja Quan yang tengah geram pada Yun Li An.
Yun Li An hanya diam melihat raut wajah Raja Quan.
"Yang Mulia, saya sudah di sini," ucap Panglima perang Ho.
"Jenderal Yun, aku telah membawa orangnya. Apa yang ingin kau lakukan padanya, maka lakukanlah!"
Yun Li An mengangguk, " Raja Quan, sepertinya kau salah paham. Aku tahu Panglima perang kerajaan Quan sangat sombong, tetapi dia adalah seorang Panglima. Akan sangat memalukan jika dia dipukuli oleh prajuritku hingga sekarat,"
Kedua tangan Raja Quan dan Panglima perang mengepal.
"Begini saja, aku memiliki dua pilihan untuk Raja Quan," ucap Yun Li An lagi.
"Katakan!"
"Aku bisa menyerahkan mutiara ini dan tidak melakukan apapun pada Panglima perang Ho, tetapi aku memiliki masalah pada tanah yang diberikan oleh Yang Mulia Kaisar Choi padaku. Apakah Raja Quan memiliki sesuatu untuk mengubahnya?"
Kedua mata Raja Quan membulat, begitu juga dengan Panglima perang Ho dan Bai Qin.
Dari makna ucapan Yun Li An sudah sangat jelas, jika dia menginginkan sebuah wilayah dari kerajaan Quan untuk dirinya secara pribadi.
"Jenderal Yun, kau jangan keterlaluan!" ucap Panglima perang Ho.
"Panglima perang Ho, saat ini bukan waktumu berbicara,"
Yun Li An menatap tajam pada Panglima perang Ho, yang berbicara mendahului Raja Quan.
"Kau!"
"Raja Quan, aku masih menunggu jawabanmu,"
Raja Quan tampak tengah berpikir, mutiara itu memang sangat berharga bagi kerajaan Quan. Karena itu dia ingin mengambilnya kembali. Tetapi hampir semua wilayah kerajaan Quan sangat bagus, dan cukup disayangkan jika Raja Quan memberikannya pada orang lain.
"Jenderal Yun, tanah mana yang kau inginkan?" ucap Raja Quan.
Yun Li An tersenyum, "Raja Quan ini cukup pintar!"
"Yang Mulia, apa yang anda katakan? Kita tidak bisa memberikan sebagian wilayah kerajaan Quan padanya," ucap Panglima perang Ho.
"Jika begitu, persiapkan kedua tangan dan kakimu, untuk digantikan dengan mutiara ini!"
Panglima perang Ho membulatkan kedua matanya mendengar ucapan Yun Li An.
Raja Quan menatap Yun Li An dengan serius, dari sifat yang dimiliki oleh Yun Li An, Raja Quan yakin jika wanita di depannya itu akan melakukan apa yang dia katakan.
"Aku ingat kerajaan Quan mempunyai hutan yang memiliki air terjun dan air yang jernih. Menurut Raja Quan bagaimana?" ucap Yun Li An.
Hutan yang dimaksud oleh Yun Li An adalah hutan yang memiliki aliran air yang tidak akan pernah kering, karena air di dalam hutan itu sangat melimpah. Terlebih dia menginginkan bagian yang mempunyai air terjun.
"Jenderal Yun, kau meminta wilayah itu. Apakah kau berniat untuk membatasi sumber air di kerajaan Quan?" ucap Raja Quan.
"Tentu tidak, aku tidak akan membatasi air yang mengalir ke kerajaan kalian. Aku berpikir jika mutiara ini sangat berharga, dan sangat layak jika ditukar dengan wilayah itu,"
"Jenderal Yun!"
"Tetapi jika Raja Quan tidak bersedia. Mungkin aku bisa menjualnya ke tempat pelelangan, dan untuk melawan pasukan perang kerajaan Quan, aku memiliki cara sendiri,"
"Jenderal Yun, kau..."
Syuuut!
Sreet!
Sebuah pisau kecil yang Yun Li An lempar menggores pipi bagian kiri Panglima perang Ho. Seketika darah mengalir dari luka goresan itu.
"Jenderal Yun, beraninya kau!" Panglima perang Ho memyentuh pipi kirinya.
"Sayang sekali meleset, sudah lama aku tidak menggunakan pisau kecil itu,"
Raja Quan mengepalkan tangannya, dia merasa jika Yun Li An tengah memberikan peringatan padanya saat ini.
"Baik, aku akan memberikan tanah itu padamu. Tetapi kau tidak boleh menghentikan arus air itu ke wilayah kerajaan Quan!" ucap Raja Quan.
"Baik, itu tidak masalah. Jika demikian aku menginginkan sebuah bukti atas tanah itu!"
Raja Quan mengangguk, "Berikan aku kertas dan kuas!"
"Yang Mulia, anda tidak boleh melakukan itu,"
Raja Quan menatap Panglima perang Ho dengan tajam, karena dia masih belum bisa melihat posisi mereka yang tidak menguntungkan saat ini.
Dengan kesal Panglima perang memberikan kertas dan kuas pasa Raja Quan.
Yun Li An melihat Raja Quan menuliskan sesuatu pada kertas yang diberikanoleh Panglima perang Ho, sementara di bawahnya ada seorang pengawal yang menjadi meja.
"Ini adalah yang kau inginkan!" Raja Quan memberikan sebuah kertas pada Yun Li An.
Yun Li An cukup puas dengan kesepakatan itu, karena dia telah memiliki tanah pribadi lagi dan itu dari kerajaan musuh.
"Terima kasih atas kebaikan Raja Quan, luas wilayah ini cukup bagus!" ucap Yun Li An.
"Baiklah, berikan padaku mutiara itu!"
Yun Li An mengambil sebuah kotak dari kantong pelana kuda miliknya.
"Ini mutiara yang kau inginkan," Yun Li An memberikan kotak berisi mutiara kepada Raja Quan.
Raja Quan membuka kotak itu, lalu memeriksanya. Setelah memastikan jika itu adalah mutiara milik kerjaannya, Raja Quan menutup kembali kotak itu.
"Baiklah, kau sudah mendapatkan apa yang kau inginkan. Aku harap kerajaan kita tidak lagi berperang. Jika kau melanggarnya, maka aku tidak akan segan menghancurkan semua pasukan perang kerajaan Quan!" ucap Yun Li An dengan penuh ancaman.
"Baik, kedua kerajaan akan berdamai!"
Yun Li An tersenyum.
"Semua, kita kembali ke istana!" seru Yun Li An sambil mengangkat tangannya.
"Kita kembali!" ucap beberapa pasukan khusus.
Yun Li An membungkukan sedikit badannya pada Raja Quan, sebelum dia berbalik.
Panglima perang Ho yang masih tidak menerima semua itu menarik pedangnya, dan melesatkannya ke arah Yun Li An.
Plak!
Syuuut!
Jleb!
"Aaaaaakh!"
Bruk!
Pedang yang Panglima perang Ho lesatkan, di tendang dengan baik oleh Yun Li An, bersamaan dengan itu sebuah pisau kecil Yun LiAn lempar dan tepat mengenai leher Panglima perang Ho.
Panglima perang itu terjatuh dan seketika mati.
Yun Li An menatap Panglima perang Ho dan Raja Quan dengan tajam.
"Jangan pernah melakukan trik licik di belakangku, jika kalian tidak mau menemui Raja neraka dengan cepat!" ucap Yun Li An.
Raja Quan hanya bisa diam melihat Panglima perangnya mati. Dia tidak bisa melakukan apa-apa, karena itu kesalahan Panglima perangnya sendiri yang diam-diam menyerang Yun Li An, sang Jenderal perang kerajaan Choi.
dan dari kerajaan mana asalnya. jangan sampai mata mata dari kerajaan Huang deh.
Seandainya Raja wu menikah dg orang lain bagaimana pembagian kerajaaan ini?
sedangkan pulau & pembangunan nya hasil keringat jendral Yun?
hrs dapat kaisar yg hebat, dingin dan tak tersentuh wanita tp bucin akut sama jendral Yun 🤣🤣🤣🤣hrs ya thor.. 🤣