🌷🌷🌷🌷🌷
"Jangan kamu kira karena ke jadian malam itu, aku akan berubah pikiran, Ay. Aku tidak mencintaimu! Sebab di dalam hatiku hanya ada Bela, tidak bisa di gantikan oleh siapapun termasuk dirimu, kamu paham kan?" seru Rian penuh emosi. Setelah itu dia pun langsung berlalu pergi meninggalkan Ayla yang masih berdiri di tepi meja makan.
Dengan suara bergetar menahan tangisnya Ayla tetap memaksakan untuk mencegah Rian.
"Rian! Jika selama ini kamu hanya mengagap aku sebagai sahabatmu. Maka mulai sekarang, aku benar-benar akan menjaga jarak diantara kita," lirih Ayla disertai air matanya. Namun, Rian tak bicara sepatah katapun dan langsung berlalu pergi.
"Ayla, kamu harus kuat, mulai sekarang kamu harus menata hidupmu sendiri, karena cepat atau lambat perpisahan ini tetap akan terjadi. Sekarang kamu tidak sendiri lagi, ada anak, mu yang membutuhkan, dirimu." isak Ayla duduk bersimpuh di atas lantai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zaenab Usman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertengkar.
🌿🌿🌿🌿🌿
Ditempat yang ramai, Nando seakan-akan merasa sendiri, rasanya untuk menjalani hari-hari nya begitu hampa.
Tetapi Nando tidak bisa berbuat apa-apa, karena rasa cintanya kepada Ayla sudah mengalahkan rasa sakit hatinya.
Semua itu karena Nando sudah pernah merasakan ditinggal oleh Nesa kekasihnya.
Nesa adalah wanita yang sangat baik pada semua orang tidak pernah sombong kepada siapapun, mereka sudah berpacaran dari sewaktu masih duduk di kelas 2 SMA.
Sampai akhirnya mereka memutuskan untuk kuliah di Universitas yang sama pula. Nando berencana akan menikahi Nesa begitu mereka lulus kuliah nanti, namun sayangnya takdir berkata lain, karena ternyata Tuhan lebih menyayangi Nesa dan mengambilnya, kurang lebih 2 tahun yang lalu.
Nesa dinyatakan mengidap penyakit kanker Stadium akhir. Berbagai macam cara sudah dilakukan Nando dan keluarganya, termasuk operasi, namun setelah dirawat beberapa bulan. Nesa menghembuskan nafas terakhirnya di pangkuan Nando.
Semenjak itulah Nando selalu tertutup kepada wanita manapun, karena bagi Nando tidak ada yang bisa menggantikan sosok Nesa di hatinya.
Namun semenjak mengenal Ayla semuanya berubah. Nando bagaikan menemukan sosok Nesa pada diri Ayla, kepribadian mereka berdua pun hampir sama, dan karena Ayla lah Nando sudah bisa tersenyum seperti dulu lagi.
Nando pun sudah menceritakan kisahnya kepada Ayla, jadi Ayla juga sudah pernah mengunjungi kedua orang tua Nesa dan ke makam nya.
Kedua orang tua Nesa, sangat menyayangi Ayla, meskipun mereka baru mengenalnya, karena Ayla benar-benar bisa mengobati rasa rindu mereka kepada almarhum Nesa.
"Woi bro lo kenapa lagi? apa lo ada masalah sama Ayla." tanya Andre yang datang menghampiri sahabatnya itu. Sebab tadi Andre sedang bersama kekasihnya sendiri, begitu juga dengan Rian, karena memang hanya Nando yang tidak memiliki kekasih.
"Gak kenapa-napa! gue cuma lagi mikirin untuk membuka usaha Restoran gue di kota A.." sahut Nando.
"Berarti benar dong, kalau lo lagi mikirin Ayla." cibir Andre.
Ketika mereka sedang mengobrol, Rian pun datang menghampiri mereka bersama Bela.
"Kalian berdua kenapa malah di sini.?" tanya Rian yang masih berdiri disampin Nando.
"Agh gak, nih Nando lagi ngebahas mau buka usaha Restorannya di kota A." jawab Andre.
Mendengar jawaban dari Andre, Rian pun langsung duduk lalu menghadap ke arah Andre dan Nando.
"Apa yang dikatakan Andre itu benar Nan.?! tanya Rian kepada Nando langsung.
"Iya, rencananya sih..! tapi nunggu kita wisuda dulu." sahut Nando.
"Ya jelaslah, nunggu wisuda dulu, Ayla nya juga kan masih di sini." ucap Andre yang tidak pernah mau diam.
Mendengar obrolan Rian dan kedua sahabatnya, Bela pun angkat bicara juga.
"Nando, jangan bilang kalau lo benar-benar menyukai Ayla ya." tanya Bela tidak suka.
"Kalau gue memang benar-benar suka sama Ayla, emangnya kenapa?" Nando balik bertanya kepada Bela.
"Nando, lo tuh buta apa bodoh sih, Ayla bukanlah cewek baik-baik, lihat saja semenjak dia ada di kampus kita. Semua cowok pada ngejar-ngejar dia, itu berarti karena dia cewek murahan kan?" ucap Bela menjelek-jelekan Ayla. "Buka mata lo, jangan mau dibodohin." ucap nya lagi.
"Tapi, jika yang bodohin gue itu Ayla, gue gak masalah! dari pada gue harus dibodohi oleh cewek yang bermuka dua, dan menurut gue, Ayla gak kayak gitu."
"Para cowok yang ngejar-ngejar Ayla, adalah orang-orang yang paham saja, mana batu kerikil dan mana yang berlian asli. Karena jika berlian yang asli, dia akan disimpan di tempat yang tak terlihat. Namun berbeda jika itu palsu, mereka akan dijajarkan di depan kaca etalase."
Setelah mengatakan itu Nando pun langsung pamit pergi.
"Gue duluan." pamit Nando. Karena sebetulnya kedua sahabat Rian, Nando maupun Andre sama-sama tidak menyukai Bela, bukan tanpa alasan mereka tidak menyukai Bela. Karena mereka tahu bagaimana kelakuan Bela jika di belakang Rian.
Mereka pun sudah berulang kali memperingati sahabatnya itu, namun Rian tidak pernah percaya. Karena Bela, punya beribu-ribu cara untuk menyakinkan Rian kembali.
"Itu anak kenapa sih sensi amat." rutuk Andre.
"Semua ini pasti gara-gara Ayla, Nando kan dekat sama dia, sudah pasti kan jika Nando terkena hasutannya." ujar Bela yang masih menjelek-jelekan Ayla.
"Bela, lo kenapa sih gue perhatiin, selalu jelek-jelekin Ayla, apa Ayla pernah jelek-jelekin lo? enggak kan!
dan gue rasa yang bermasalah tuh elo bukan Ayla."
Mendengar sekarang malah Andre yang bertengkar dengan Bela. Rian pun lalu mengebrak meja.
"Udah, kalian semua apa-apaan sih! kita semua ke sini buat senang-senang, bukannya malah bertengkar kayak gini." sergah Rian marah.
"Yang bikin kayak gini tuh cewek lo Ri, bukan kita."
Setelah mengatakan itu pun Andre langsung pergi menghampiri kekasihnya.
"Kamu lihat sendiri kan sayang, gimana kedua sahabat kamu, membela Ayla dan menyalahkan aku, padahal kan aku hanya memperingati mereka." dusta Bela dengan sedih.
"Sudahlah, ayo kita pulang, ini sudah malam." ajak Rian sambil merangkul bela keluar dari Bar tersebut.
Setelah sampai di apartemen Bela. Rian pun langsung pamit pulang. Karena sekarang sudah jam 11.30 malam.
Karena sudah larut malam jalanan yang sudah sepi, membuat Rian lebih cepat tiba di rumahnya.
Rumah yang sudah kurang lebih enam bulan ini dia tempati bersama seorang gadis yang selalu setia menunggu kepulangannya.
CEK LEK... Rian membuka pintu dengan kunci serep yang selalu dia bawa.
Lampu di ruangan masih terlihat menyala sebagian, sedangkan TV pun masih menyala juga. Itu pertanda jika masih ada orang di sana.
Lalu Rian menoleh ke arah sofa, tempat biasanya Ayla menunggu dan benar saja, disana ada Ayla yang sedang tertidur dengan nyenyak, sambil memeluk bantal sofa.
Rian berjalan pelan dan duduk di sisi Ayla, lalu Rian mengelus kepalanya dengan sayang dan mencium kening Ayla cukup lama.
"Maaf kan aku! kenapa kamu selalu menungguku pulang, padahal aku sudah memberitahumu tidak usah menunggu ku lagi." ucap Rian berbica pelan, karena takut Ayla terbangun dari tidurnya.
Hanya kata-kata itulah yang selalu Rian ucapkan apabila menemukan Ayla tertidur di sofa, karena menunggu kepulangannya.
Karena tak tega membangunkan Ayla, seperti biasa Rian pun langsung menggendong Ayla, ala bridal style. menuju lantai atas tempat kamar mereka.
Setelah meletakkan Ayla dengan pelan, Rian pun langsung membersihkan dirinya ke dalam kamar mandi. Lima belas menit Rian sudah keluar dan langsung berganti pakaiannya, yang selalu Ayla siapkan meskipun Rian tidak akan pulang.
Sesudah mengeringkan rambutnya, Rian pun langsung naik ke atas tempat tidur. Namun baru saja Rian membaringkan tubuhnya dan menghadap ke arah Ayla, namun Ayla malah terbangun. Dan ketika Ayla membuka mata nya, yang pertama kali dilihatnya adalah Rian.
"Apakah aku sedang bermimpi?" tanya Ayla yang masih memandang wajah Rian lekat.
"Tidak, ini memang nyata, aku memang sudah pulang, apakah aku telah mengganggu tidurmu?" tanya Rian mengelus kepala Ayla.
"Apa kamu sudah makan malam diluar.?" bukannya menjawab pertanyaan Rian, namun Ayla malah menanyakan Rian sudah makan malam atau belum.
"Sudah, tadi aku makan malam bersama Bela.!" sahut Rian jujur.
Deg...
Rasanya, tak sanggup mendengarkan kenyataan ini. Namun Ayla bisa apa.
"Syukurlah, kalau sudah, karena aku tadi tidak memasak." ucap Ayla lirih.
"Lalu apa kamu sendiri sudah makan.?" tanya Rian khawatir.
"Sudah, tadi sewaktu pulang dari kampus, aku sudah makan."
"Tapi itu kan sore Ayla, bukan malam! nanti kamu bisa sakit. Ayo kita turun ke bawah, biar aku masakkan sesuatu untukmu." ajak Rian yang sudah mau bangun.
Ketika Rian Ingin bangun, Ayla langsung menarik tangannya.
"Rian, tidak usah! aku masih kenyang, kamu cukup temani aku tidur saja." pinta Ayla.
Mendengar ucapan Ayla, Rian pun kembali lagi berbaring dan langsung menarik Ayla kedalam pelukannya.
"Jika begitu tidurlah, aku akan menjagamu." ucap Rian, sambil mengelus pucuk kepala Ayla dan menciumnya dengan sayang.